O3. Studi Banding Masjid

4.5K 618 187
                                    

Vote + komen = beramal
Beramal = dapat pahala
So, jangan lupa vote dan komen, guys!
Mari saling berbagi senyuman.
Semoga sehat selaluu



Rencana belanja kebutuhan puasa kemarin akhirnya terealisasikan juga. Kali ini kegiatan belanja bulanan tersebut diprakarsai oleh Ian. Mengapa Ian? Betul, karena ia sudah ngotot mau cari barang promo ramadhan.

"Belanja apa aja, ya?"

"Lo yang ngajak, lo juga yang bingung," gerutu Marvin yang mengambil posisi bagian pengemudi mobil.

Aufal ikut menyahut. "Nanti beli keripik kentang yang banyak, ya. Gue kalau habis tarawih suka ngemil yang asin-asin soalnya."

"Jangan kebanyakan makanan soil, Pal. Itu nggak baik buat tubuh," peringat Rendy.

Kerutan di dahi Aufal tercetak kali ini karena sepanjang ia hidup, baru hari ini Aufal mendengar kata 'makanan soil'.

"Makanan soil apaan, Ren?"

Ian yang berada di baris kedua mobil menengok pada Aufal yang ada di belakang. Kali ini, ia mencoba menjelaskan pesan apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Rendy.

"Makanan soil adalah makanan yang sulit dicerna oleh tubuh. Jika dimakan terus menerus akan menumpuk di dalam tubuh selama seribu tahun kalau tak sembahyang apa gunanya."

Refleks, Rendy yang kesal lantas memukul bahu Ian sampai membuat pemuda itu mengaduh kesakitan.

"Tangan lo kalau nampol panas banget buset! Ketauan itu tangan ahli maksiat, ya!" tuduh Ian.

Melihat pertikaian kecil mereka dari spion dalam mobil sontak membuat Marvin terkekeh dan meledek Ian. "Ada orang yang beneran nanya, malah lo asbun. Ya gimana Rendy nggak marah?"

"Soil maksudnya Bang Rendy itu salty oil, Bang. Berminyak sama asin, kan susah buat dicerna tubuh," jelas Celo yang duduk di samping Marvin.

"Keripik kan digoreng ya, Bang. Ditaburi bumbu biar ada rasanya, kalorinya udah tinggi," sahut Jiro. "Kayak gitu emang nggak bikin kenyang, kenapa? Karena dia itu rendah serat, tapi lemaknya tinggi makanya susah dicerna. Apalagi banyak zat-zat aditif yang bikin ketagihan."

Rendy hanya bersidekap dada dan bersandar, memilih tak ingin melanjutkan pembahasan tentang makanan itu lagi.

Tak lama setelahnya, mereka bertujuh sudah sampai di pusat perbelanjaan. Menjelang ramadhan, memang tempat belanja seperti ini sangat ramai oleh pengunjung—terutama ibu-ibu.

"Pergi belanja bertujuh udah kayak mau tamasya," celetuk Rendy.

Tidak ada yang mempedulikan kalimat Rendy barusan, yang ada hanyalah Marvin dan Bintang membagi tugas kepada masing-masing anggota ke bagian mana harus berbelanja. Namun, bukannya setuju, Ian malah memberi ide lain.

"Emang kenapa sih, harus dipisah? Kan kita bisa barengan?" tanya Ian.

"Lo yakin? Nggak kelar-kelar loh nanti."

Ian berpikir sejenak. Benar juga yang dikatakan Bintang.

Akhirnya, semua menerima dengan keputusan pembagian kelompok belanja yang sudah dibagi oleh Marvin dan Bintang. Rendy dan Aufal di bagian buah-buahan, Celo dan Jiro di bagian bumbu dapur, Bintang di bagian sayuran, dan Marvin bersama Ian di bagian kebutuhan sekunder lainnya.

"Ian, stok yakult di kulkas masih nggak, ya?" tanya Marvin.

Sejenak, Ian yang sedang memilih minuman ion menengok. "Beli aja buat Rendy. Buat bersihin usus dia dari kemaksiatan."

Terkekeh, Marvin dibuat tertawa dengan jawaban Ian yang asal bunyi. Marvin melihat Ian berdiri, memasukkan beberapa minuman ion ke dalam troli belanjaan lalu mengajak Marvin untuk segera pindah ke rak jajanan.

Kosan Nomor 7 | NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang