Butuh waktu sekitar 15 menit bagi Orter untuk bisa bernapas dengan lega setelah cukup lama mengantri di coffee shop andalan perusahaan mereka.
Orter akhirnya menerima sambutan sang barista di hadapannya dengan senyuman hangat.
"Pak Orter cakep banget senyumnya." sapa Lemon, barista yang sedang bertugas. "Pesen yang biasa?"
Orter menggeleng sambil menatap daftar menu. "Ganti menu deh, hari ini saya mau Signature Chocolate yang ukuran tall ya."
Lemon sempat terdiam, sedikit kaget mendengar pesanan Orter yang jauh dari biasanya. "Tumben banget, Pak?"
"Lagi pengen aja." jawab Orter terkekeh, yang membuat Lemon mengiyakan pesanannya tanpa bertanya lagi.
Jujur ini terlalu aneh, karena biasanya Orter hanya akan langsung membayar tanpa menyebutkan pesanannya.
Lemon sudah hafal di luar kepala tentang Caramel Macchiato, yang selalu menjadi pilihan Orter di hari-hari sebelumnya. Tapi, hari ini sepertinya berbeda.
~~~^^~~~
Rayne sekarang paham betul rasanya menjadi seseorang yang benar-benar tidak berguna, apalagi ditambah perkataan Kaldo tentang dirinya yang kurang teliti dalam mengolah data.
Maka sore itu ketika jam pulang tiba, Rayne lebih memilih naik ke atas atap gedung kantornya, untuk merenungkan dirinya sendiri yang tidak teliti, tidak cekatan, dan tidak mampu untuk sekedar berargumentasi pada perkataan Kaldo.
Pemandangan langit senja adalah salah satu dari ciptaan Tuhan yang paling indah. Warna jingga, merah, kuning, dan sedikit goresan biru tua, tersapu dengan eloknya di atas langit.
Dan bagi Rayne, pemandangan yang tersaji di hadapannya ini sungguh memikat mata, karena mampu membawa senyum di wajah lelahnya.
"Langitnya bagus, ya."
Rayne tersentak saat suara seseorang menyapa ringan di telinganya. Begitu matanya kembali menaruh titik fokus, ada Orter dengan kemeja lengan panjangnya yang digulung sampai ke siku sambil mendekat ke arahnya.
"Pak Orter ada perlu sama saya?" Rayne langsung bergeser, guna memberikan ruang untuk Orter ikut duduk di sampingnya.
"Drop the formalities, Ray. Ini udah bukan jam kantor."
"Nggak bisa, Pak. Saya udah kebiasaan."
Rayne masuk ke perusahaan ini selang 1 tahun setelah Orter. Pertemuan mereka sebenarnya biasa saja. Hari pertama saat Rayne masuk kerja, dia diajak berkeliling area kubikelnya, kemudian bersalaman dengan semua rekan kerjanya, termasuk Orter saat itu.
Tidak ada kesan yang terlalu berarti bagi Rayne, tapi semakin lama dia bekerja di sini, barulah dia tahu kalau Orter ini bukan rekan kerja yang bisa diremehkan.
Karena dalam kurun waktu 5 tahun, Orter sudah bisa menjabat sebagai Manajer tim, ditambah lagi dengan fakta bahwa dia juga sudah memegang gelar S2 di bidang Bisnis dan Manajemen.
"Bapak tau darimana kalo saya ada di sini?"
Orter tetap diam, sengaja tidak merespon pertanyaannya sama sekali yang membuat Rayne bertanya-tanya dalam benaknya.
"Kamu tau nggak, sih? Kenapa ada kalimat wish upon a star?" Orter mengikuti Rayne untuk memandang garis horizon yang membatasi bumi dan langit.
Rayne menggeleng enteng. "Nggak tau, Pak. Emang kenapa?"
"Because the stars are the perfect place for everyone to keep wishes for a better tomorrow." Orter kini melirik Rayne dari sudut matanya. "Sunset itu artinya akhir tapi juga awal. New start lah, istilahnya."
"New start, ya.." gumam Rayne lebih kepada dirinya sendiri, sambil sesekali menghela napasnya.
"Mau nggak?" Orter menyodorkan tangan kanannya pada Rayne, mengisyaratkannya untuk mengambil satu gelas minuman yang ada.
Rayne sendiri terlihat bingung, tapi dengan cepat mengambilnya karena tidak ingin membuat tangan Orter menggantung terlalu lama.
"Katanya, cokelat bisa naikin mood seseorang kalo lagi stres."
Rayne mengernyit bingung, masih berusaha mencerna semua ucapannya barusan. Sementara selang beberapa detik setelahnya, Orter tersenyum padanya.
"Omongannya Kaldo nggak usah terlalu dipikirin. A little mistake can be happens, apalagi ini proyek yang kamu handle sendiri."
Di saat napasnya mulai tercekat, Rayne buru-buru mengusap kedua matanya agar Orter tidak sadar kalau dia ingin menangis.
Tapi percuma, karena Orter langsung menatapnya dengan ekspresi khawatir. "Kamu nangis?"
"Nggak, Pak. Ini mata saya kayaknya kelilipan karena debu." sangkal Rayne sambil menggelengkan kepalanya cepat.
"Kamu mau pinjem bahu saya nggak?" tawar Orter tiba-tiba.
Rayne mendengus geli, sambil sesekali menyedot minuman yang tadi diberikan oleh Orter. "Buat apa, Pak?"
"Ya, siapa tau aja kamu butuh sandaran."
Rayne nyaris tersedak karena jawaban itu. Orter sebenarnya sadar tidak sih dengan konsekuensi dari ucapannya?
Tapi yang tidak disangka-sangka adalah ketika Orter benar-benar menarik pelan sisi kepala Rayne untuk bersandar pada bahunya.
Entah mendapat keberanian dari mana, tapi secara perlahan tangan Orter menyentuh helaian rambut milik Rayne.
Reaksi Rayne tentu saja kaget, matanya melebar saat merasakan telapak tangan Orter yang sekarang mengusap-ngusap lembut puncak kepalanya.
Orter yang mendapati Rayne sudah nyaman bersandar di bahunya hanya tersenyum kecil. "Ada yang mau kamu omongin nggak? Kalo nggak ada, ya gapapa."
Seakan terbuai dengan rasa nyaman yang diberikan Orter, maka Rayne pun mulai mengeluarkan apa yang menjadi beban pikirannya. "Saya ngerasa useless banget, padahal Bapak udah percaya sama saya. Ini kayaknya emang saya yang nggak kompeten, kan?"
Tangan Orter beralih turun untuk menepuk bahu Rayne. "Kesalahan itu wajar kok dalam ngelakuin pekerjaan. Anggep aja sebagai motivasi biar kamu kerjanya makin teliti dan bener."
Rayne hanya bisa terdiam sambil mendengarkan perkataan Orter, yang jelas terlampau lebih dewasa dan bijak dari dirinya. "Gitu ya, Pak?"
"Iya. Emang susah jadi budak korporat kayak kita gini, ada aja masalahnya." canda Orter yang akhirnya membuat Rayne tertawa.
"You just have to prove me that you can do this. Paham?" lanjut Orter sambil menatapnya, dan Rayne menoleh ke arahnya sambil mengangguk-angguk sebagai jawaban.
Pertama kalinya mereka berdua bertukar pandang dari jarak sedekat ini, dan baru kali ini juga Orter sadar bahwa lengkung bibir Rayne jauh lebih cerah dibubuhi cahaya senja dari langit.
tbc..
~~~^^~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
It's You - [orterayne] ver
Фанфик[COMPLETED]✔ Di antara semua yang terjadi dalam kehidupan pekerjaannya yang biasa-biasa saja, mungkin kehadiran Orter adalah salah satu yang harus disyukuri oleh Rayne. [remake from my works with the same title] bxb bahasa non-baku harsh word fiksi...