eighth

447 56 30
                                    

Resign.

Sumpah demi apapun, Rayne paling alergi terhadap kata itu apalagi kalau dibahas menyangkut masalah hubungannya dengan Orter.

Rayne bahkan hampir tidak ingat bagaimana caranya untuk melakukan wawancara kerja, sejak 4 tahun yang lalu dia diterima di perusahaan ini.

Belum lagi, Rayne juga harus memperbarui CV-nya, dan ketika pewawancara di perusahaan barunya bertanya mengapa Rayne meninggalkan posisi ini, bagaimana mungkin dia harus menjelaskan bahwa dirinya secara tidak sengaja melanggar aturan di perusahaan sebelumnya.

Dipindahkan ke kantor cabang pun bukan pilihan terbaik untuknya, karena Rayne akan sangat malas jika harus beradaptasi lagi di lingkungan baru yang belum tentu cocok dengannya.

"Stres banget gue." erang Rayne sambil menjatuhkan kepalanya ke atas meja.

Rayne seharusnya hanya berusaha untuk mendapatkan promosi, bukannya malah jatuh cinta pada Orter dengan cara seperti ini.

Tapi, sepertinya sudah terlambat untuk menyesal sekarang.

"Good morning, sunshine!"

"Please, jangan berisik." ucap Rayne, kepalanya berdenyut-denyut saat mendengar suara Sophina.

"Sorry.." Sophina terkekeh, menawarinya segelas kopi yang langsung ditolak oleh Rayne.

"Lu udah ketemu Pak Orter lagi?"

Rayne menggeleng lemah, baru sadar kalau beberapa hari belakangan ini, dia dan Orter hanya berbicara seperlunya atau duduk berdampingan ketika sedang ada rapat grup Departemen mereka.

Kemungkinan besar Orter sibuk, tapi ya sudahlah, yang penting Rayne masih bisa melihatnya sesekali.

"Lesu amat nih calon Manajer." celetuk Renatus ketika masuk ke dalam bilik mereka.

Rayne mengernyit. "Siapa?"

"Elu, lah." sahut Max yang ternyata sudah ada di belakangnya.

"Dih ngelantur lu." tukas Rayne, malas menanggapi lebih lanjut.

Kini giliran Sophina yang mengernyit heran. "Lah, lu nggak tau? Pak Ryoh udah open recruitment buat posisi senior Data Analis."

"Gue dipecat?!" teriak Rayne panik, kedua matanya langsung melebar.

Sophina menghela napasnya. "Nggak gitu konsepnya, Ray."

"Nyawa lu udah kekumpul belum sih? Goblok banget, heran." Renatus menoyor kepala Rayne cukup kasar, sementara Max tertawa.

Belum sempat menyelesaikan kebingungannya, tiba-tiba Kaldo datang dan mengetuk pintu kaca bilik mereka. "Rayne, kamu dipanggil Orter ke ruangannya."

Rayne lantas bertukar pandang dengan teman-temannya, mencoba mencari jawaban mengapa Orter ingin bertemu dengannya.

"Ngomong-ngomong, Divisi Marketing love it the report, Ray. Katanya, mau coba di propose ke Board of Director buat dijalanin proyeknya." lanjut Kaldo dengan senyum cerahnya.

"Oke, Pak." Rayne ikut tersenyum, dan mulai bangkit dari kursinya. "Kalo gitu saya permisi dulu."

Rayne baru saja mengambil beberapa langkah ke arah pintu ketika Kaldo berbicara lagi. "Congrats on your promotion, you should be proud of yourself."

Rayne seketika membeku di tempatnya. "Apa, Pak?"

Kaldo hanya mengangkat bahunya sambil terkekeh, kemudian melengos pergi begitu saja.

~~~^^~~~

"Bapak manggil saya?" Rasanya seperti deja vu, tapi kali ini Orter terlihat sedang merapikan beberapa barang miliknya yang kemudian dimasukkan ke dalam kardus.

It's You - [orterayne] verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang