bonus; propose

430 43 6
                                    

Dua minggu setelah perbincangan mereka tentang pernikahan, Rayne berkunjung ke apartemen yang sengaja dibelikan Orter untuk mereka berdua.

Rayne membuka pintunya kemudian berjalan masuk, tapi dia mengernyit heran ketika menyadari bahwa Orter tidak kelihatan ada di dalam sana.

"Sayang?" panggil Rayne, suaranya bergema di apartemen mereka yang sunyi.

Rayne mengeluarkan ponselnya, berencana untuk menelepon Orter ketika dia mendengar suara aneh yang datang dari arah kamar.

"Orter?" panggil Rayne lagi sambil berjalan mendekati pintu kamar, dia masih bisa mendengar suara seperti seseorang yang sedang terburu-buru.

"Sayang, jangan masuk dulu!" suara Orter yang terengah-engah terdengar dari balik pintu.

Beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka, memperlihatkan Orter dengan rambut acak-acakan dan pakaian yang kusut.

"Lagi ngapain?" Rayne menatapnya dari atas hingga ke bawah, lalu melirik curiga ke belakang Orter.

Tidak ada orang lain di kamar itu dan ketika Rayne kembali mengarahkan pandangannya, Orter sedang tersenyum lebar. "Kamu tumben telat?"

"Tadi aku dari rumah Mama dulu. Nih, ada titipan buat kamu." kata Rayne yang mengulurkan satu paper bag dengan toples transparan berisi kue kering.

"Pantesan aja kamu rapi sama wangi." Orter memajukan tubuhnya untuk memberikan ciuman singkat di bibir Rayne.

"Daripada kamu, kucel gitu." ledek Rayne.

Orter melirik penampilannya sendiri, memang benar dirinya terlihat seperti bumi dan langit jika dibandingkan penampilan Rayne sekarang.

"Iya sih, aku kayak gembel." Orter malah tertawa, dan itu membuat Rayne terkekeh geli kemudian mendorong-dorong tubuh Orter agar menjauh darinya.

"Sana, mandi dulu gih."

"Oke, sayang."

~~~^^~~~

Ketika Orter sedang mandi, Rayne sengaja memasuki kamar yang akan menjadi milik mereka untuk melihat-lihat. Semuanya tampak masih sama, belum ada yang dipindahkan atau disusun kecuali tempat tidur mereka.

Rayne kemudian berjalan ke arah lemari yang mereka beli, sebagian pakaian mereka masih berada di tempat yang sama seperti pada saat dia merapikannya.

Karena bosan, Rayne hampir saja tertidur saat menunggu Orter ketika tangannya menyentuh sesuatu yang keras di dalam sarung bantal.

Rayne bersandar, sementara tangannya meluncur ke dalam dan menemukan sebuah kotak beludru kecil dengan merek perhiasan terkenal di depannya.

Rayne baru saja ingin mengintip isinya, bersamaan dengan Orter yang tiba-tiba masuk dan berhenti di depan pintu ketika dia melihat apa yang dipegang Rayne.

"Sini balikin." Orter mendekat dengan harapan mengambilnya, tapi Rayne malah menariknya kembali.

"Ini punya siapa?" tanya Rayne sambil memutar-mutar kotak itu di tangannya.

Orter menghela napasnya, gagal sudah semua rencananya. "Punya aku, buat kamu."

"Gila, ini pasti mahal." ujar Rayne masih sedikit kaget.

"Seharusnya buat minggu depan, tapi--" Orter lantas meraih tangan kiri Rayne, dan duduk di tepi tempat tidur sebelum mengangkat kepalanya. "Rayne Ames."

"Tunggu, tunggu, tunggu!" ujar Rayne panik. "Kamu mau ngelamar aku sekarang?"

Orter mengangkat bahunya, lalu melemparkan handuk yang menggantung di lehernya ke lantai. "Aku tadinya mau ngelamar kamu pas acara dinner keluarga kita, tapi kamu udah nemuin duluan. Kecuali kalo kamu mau nunggu seminggu lagi?"

"Nggak mau, kelamaan!" Rayne menggeleng sambil menunjukkan bahwa dia siap mendengarkan Orter.

"Rayne Ames, sayangku.." Orter terkekeh pelan sambil mengusap-ngusap tangan Rayne yang ada di genggamannya. "The one who has been sharing my life for the past three years."

Orter mengedipkan matanya pada Rayne yang sekarang tersenyum menatapnya. "You're not just my boyfriend. But, my soulmate. And I love you so much."

Rayne terharu, sementara Orter terus menatapnya dengan penuh kasih. "I want to be with you until the end. I want to start a family with you. I want to be able to call you mine."

"Iya, iya! Aku mau nikah sama kamu!" sela Rayne sambil pura-pura menyeka air matanya.

Orter berdecak kesal, sebelum akhirnya tertawa. "Rayne, aku bahkan belum nanyain itu!"

"So why don't you kneel down, and propose to me?" Rayne menggodanya dengan senyum main-main di bibirnya.

"If that's what you want." Orter memberinya isyarat untuk pindah ke tepi tempat tidur sementara dirinya sendiri berlutut di hadapan Rayne.

Orter kemudian membawa tangan kiri Rayne ke bibirnya, memberikan ciuman di jari manisnya, yang membuat Rayne mendengus geli.

Orter perlahan membuka kotak itu, memperlihatkan cincin emas putih yang sederhana tapi cantik, sesuai dengan definisi Rayne di hidupnya.

Orter meraih cincinnya, dan mendekati jari manis Rayne, dia berhenti sejenak karena merasakan matanya sendiri yang berkaca-kaca.

"Will you marry me?"

Rayne dengan semangat menganggukkan kepalanya untuk menjawab, dan Orter segera memakaikan cincin itu di jari manis Rayne.

"Orter, I love you. I really do." Rayne menariknya untuk berdiri, dan langsung memeluknya erat.

"I love you too, Rayne." gumam Orter, senyum lembut muncul di bibirnya sebelum dia mencium sekilas bibir Rayne.

"Satu dunia harus tau kalo kamu punya aku." celetuk Orter dengan sangat serius, membuat Rayne terkekeh lalu menepuk pundaknya.

"Dasar posesif, tapi aku suka." Rayne bisa merasakan dirinya terpesona lagi dan lagi bahkan setelah 3 tahun lamanya menjalin hubungan dengan Orter.

Dan bagi Orter, saat itu adalah hari yang paling membahagiakan. Hari di mana akhirnya dia berani untuk melamar Rayne dan menjadikannya sebagai pasangan hidupnya.

Fin.

It's You - [orterayne] verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang