fourth

508 69 39
                                    

Hari baru, semangat baru, tapi pekerjaan masih sama saja. Begitu pikir Orter sambil berjalan dengan satu tas di pundaknya dan beberapa berkas di tangan kirinya.

Orter tampak bermonolog, mencoba menguasai materi yang harus dia sampaikan nanti. Lift yang berada di sudut kanan lobby, suasananya cukup sepi, karena ini baru menunjukkan pukul 7 pagi, dan kemungkinan besar semua karyawan belum sampai di kantor.

Setelah menunggu sejenak, pintu lift akhirnya terbuka. Orter masuk ke dalamnya dan baru saja dia akan menekan tombol yang bertuliskan angka 12, tiba-tiba pintu lift tertahan.

Orter sudah siap menggeser posisinya agar bisa memberi ruang untuk orang yang akan masuk. Tapi bukannya bergerak, Orter malah senyum-senyum sendiri ketika melihat sosok yang ada di balik pintu lift tersebut.

"Eh, Bapak." sapa Rayne canggung, karena dia belum siap untuk berduaan dengan Orter, apalagi setelah kejadian di rooftop waktu itu.

Orter juga sengaja memberi jarak yang cukup aman agar mereka tetap merasa nyaman walaupun saat ini atmosfir di dalam lift terasa cukup aneh.

"Ray, saya mau meeting sama anak-anak Finance." Orter mencoba memulai obrolan untuk mencairkan suasana. "Kamu sibuk nggak hari ini?"

Rayne memberikan respon yang agak lama, padahal biasanya dia bergerak secepat kilat seperti cahaya.

Orter lantas memerhatikan penampilan Rayne dari atas ke bawah lalu balik ke atas lagi, bibirnya agak kering dan matanya sedikit sayu. "Kamu sakit?"

Rayne menggeleng sekilas. "Nggak, Pak. Cuma agak lemes aja soalnya belakangan ini saya sering begadang."

"Suruh siapa begadang? Udah tau masih weekday juga." omel Orter refleks.

"Kalo nggak begadang, kerjaan saya nggak bakal beres Pak." jawab Rayne jujur.

Orter satu sisi merasa tidak enak, karena secara tidak langsung dia yang menyebabkan Rayne kelelahan. "Oh, yaudah. Hari ini kamu nggak usah ikut meeting."

"Terus nanti Bapak sama siapa?"

"Kan ada Sophina yang bisa jadi back up." Orter tersenyum, sekarang mencoba menyentuh pipi Rayne yang kelihatan pucat. "Kamu kayaknya agak kurusan."

"Pasti sering skip makan, ya?" tebak Orter, dibarengi dengan ibu jarinya yang menyentuh halus pipi Rayne.

Ini seharusnya Rayne menyingkirkan tangan Orter sebelum ada pegawai lain yang memergoki mereka, kan?

Tapi kenapa Rayne akhirnya malah terdiam dan membiarkan Orter mengusapnya sebelum mencubit kecil pipinya sampai dia mengaduh pelan.

"Jangan bandel. Nanti kalo kamu sakit, saya yang nggak bisa fokus kerja." ucap Orter saat jari-jarinya beralih untuk mengacak lembut rambut Rayne.

Rayne mungkin boleh menyuarakan gerutuan karena rambutnya kini menutupi keningnya, bahkan beberapa helai juga menusuk matanya, tapi tetap saja jantungnya sedang berdegup kencang saat ini.

Sepercik rasa hangat tiba-tiba menyambar dadanya, menyebarkan perasaan asing yang selalu Rayne rindukan.

~~~^^~~~

"Sophina meeting di mana dah?" tanya Max yang sedang menambahkan sambal pada mie ayamnya.

Saat ini Rayne sedang berkumpul bersama Max dan Renatus di salah satu meja kantin untuk makan siang bersama.

"Tuh, baru diomongin langsung dateng." Rayne menunjuk ke arah seberang, ada Sophina yang sedang berjalan mendekat sambil melambaikan tangannya.

"Hai, boys." Ketiganya kompak menoleh saat satu-satunya perempuan yang ada di tim mereka menyapa. "Nungguin, ya?"

"Najis, lama banget lu." cibir Renatus, yang kemudian disambut dengan pukulan keras dari Sophina yang langsung mengambil tempat di sebelahnya.

"Ini buat lu, Ray." Sophina memberikan salah satu paper bag yang dipegangnya untuk Rayne.

"Apaan?" Rayne bingung, tapi kemudian dia membukanya dan mengeluarkan sebuah nasi bento lengkap dengan sticky note di atasnya yang bertuliskan, 'Saya masih ada urusan di luar. Kamu jangan lupa makan siang, ya.'

Rayne harus berusaha keras menahan senyumannya agar tidak terlihat seperti orang gila di depan teman-temannya saat ini.

Hanya satu pesan singkat dari Orter, tapi efeknya justru berbentuk seperti buncahan rasa senang yang tidak bisa Rayne jelaskan alasannya.

"Kata gue nih, ya." bisik Max, yang menarik Renatus dan juga Sophina untuk mendekat. "Pak Orter tuh naksir sama Rayne."

Rayne yang ternyata mendengar itu, langsung melihat ke sekeliling dengan waspada, berharap semoga tidak ada pegawai lain yang mendengar omongan Max tadi. "Ngaco, mana ada Pak Orter naksir gue?"

Renatus ikut menatapnya dengan skeptis, sambil menunjuk Rayne dengan garpu. "Buktinya lu doang yang sering diajak ngobrol sama Pak Orter, terus dibelain juga. Udah gitu sekarang, doi sampe nitipin makan siang buat lu."

Max mengangguk-angguk setuju sambil mengunyah. "Yaelah santai aja. Kalo lu mau backstreet sama Pak Orter, kita dukung kok."

Pernyataan itu disambut baik oleh teman-temannya, kecuali Rayne, yang masih berpangku tangan sambil menusuk-nusuk nasinya dengan sumpit. "Tapi kan Pak Orter itu strict banget, masa iya dia mau ngelanggar aturan?"

"Orang kalo udah bucin pasti jadi bego. Disuruh masuk jurang juga pasti mau-mau aja." tukas Renatus yang kemudian meneguk gelas berisikan es teh manis.

Sophina terkekeh sambil diam-diam memerhatikan ekspresi Rayne yang sulit ditebak. "Agak berlebihan, but I get the point too."

"Mungkin aja Pak Orter tuh ngelakuin ini karena dia ngerasa bersalah udah bikin gue kecapean?" bantah Rayne, masih menolak percaya.

"Kayaknya nggak gitu deh." Sophina menggeleng tidak setuju hingga poninya terlihat ikut bergerak. "Lu soalnya nggak liat tatapan Pak Orter pas tadi, sih."

"Tatapan gimana maksudnya?" tanya Rayne setelah menelan potongan ayam teriyakinya.

"Tatapan dia pas nyuruh gue buat ngasih makan siang ke elu. Tau nggak kayak apa?" seru Sophina antusias.

Saat Rayne menggeleng, Sophina melanjutkan dengan senyuman lebar. "Kayak orang yang lagi jatuh cinta. Keliatan banget kalo Pak Orter itu bener-bener perhatian sama lu."

"CIEEE.." riuh tawa dan juga siulan menggoda datang dari ketiga temannya yang sepertinya memang senang ikut campur dalam urusannya dengan Orter.

Dan jika semua teman-temannya berpikiran sama. Apakah itu artinya Rayne boleh berharap pada Orter?

tbc..

~~~^^~~~

btw, kalian suka kapal siapa lagi selain orter - rayne?

It's You - [orterayne] verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang