Prologue

6.8K 581 15
                                    

ALANDRA KAERO adalah pemuda sebatang kara yang dikenal berkepribadian ceria dan banyak omong.

Umurnya yang masih 18 tahun dengan tuntutan biaya sekolah, membuatnya harus bekerja disalah satu cafe di ibu kota.

Hidupnya yang malang, membuat Alandra tak serta merta menjadi pribadi yang pendiam. Justru sebaliknya, Alandra memasang topeng ceria untuk mengelabuhi semua orang.

Dia tidak mau dikenal sebagai pemuda menyedihkan karna hidup sendiri dengan aura suramnya. Maka sebisa mungkin, Alandra berusaha bersikap ceria dan cerewet jika berada dekat jangkauan orang-orang.

Melelahkan memang. Tapi hal itu satu-satunya cara agar dia tidak di anggap menyedihkan.

Ibunya pernah berpesan, untuknya tidak boleh menjadi anak yang nakal. Dia harus selalu membantu orang lain dan jangan pernah mencari masalah pada siapapun.

Berbekal ingatan samar dari sang ibu, Alandra akhirnya benar-benar menjadi pemuda yang tidak pernah terlibat masalah bahkan sekalipun.

Hal itu menjadi alasan, banyak orang tua yang menyuruh anaknya bergaul dengannya karna dia termasuk pemuda yang 'bersih' dan sanggup membawa pengaruh positif pada sekitarnya

Seperti siang hari ini, Alan dengan senyum manis dan cerianya menyambut para pelanggan cafe yang mulai berdatangan. Membuat semua yang disambut energi positif itu juga ikut tersenyum.

"Alan!" Pemuda berseragam sekolah datang menghampirinya dengan senyum teduh.

"Loh Gilang? udah pulang?" Alandra menatap Gilang dengan bingung. Setau nya, jam pulang sekolahnya dan sekolah Gilang berbeda.

Sedangkan dia baru masuk kerja beberapa menit lalu, Gilang datang dengan senyum teduhnya seperti biasa.

Ya, Alan bersekolah disekolah negeri, tentu saja dia pulang di jam 1 atau jam 2 siang. Berbeda dengan Gilang yang bersekolah di sekolah internasional yang harusnya pulang sewaktu hari hampir gelap.

Jadi wajar jika Alan terlihat bingung dengan kedatangan sahabatnya itu.

"Hari ini nggak ada jam tambahan, jadi aku pulang awal." Jawab Gilang yang masih terus tersenyum.

Alan pun mengangguk mengerti.

"Mau pesen nggak lang?" Tanya Alan sambil tersenyum lebar.

Gilang mengangguk seraya tersenyum kecil. "Minum aja. Kaya biasa ya"

Alan tersenyum. Membuat kode 'ok' lalu pergi membuat pesanan Gilang.

Namun belum sampai membuat pesanan, ledakan besar terjadi dari arah dapur. Membuat Alan tersentak, dan segera melihat ke arah dapur untuk memastikan.

Sebelum itu Alan harus segera menghubungi Gilang. Karna jika itu tanda bahaya, Alan bisa tenang karna Gilang selamat.

Hanya ada satu cara yang bisa membuat Gilang cepat pergi dari cafe dan terhindar dari bahaya.

"Gilang, tolong ambilin kalung aku dirumah. Aku tunggu sampai 10 menit kalung itu udah harus ada disini." Ujar Alan dengan tenang.

Sementara Gilang yang mendapat permintaan tolong Alan segera berdiri dan berlari keluar tanpa menanyakan alasan. Karna apapun yang Alan minta, adalah perintah mutlak untuknya.

Sesudah telepon dimatikan, Alan segera berlari ke arah suara ledakan. Sial!

Ternyata ledakan gas.

'Kenapa cafe malah nyetok gas coba?! Managernya tolol atau gimana sih? dikira cafe jualan gorengan apa?!' batin Alan menggerutu, sebelum menggeleng dan bergegas keluar sambil berteriak menyuruh semua rekan juga pengunjung keluar dari cafe.

Alandra to Alendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang