Bab 14

2.3K 331 41
                                    

Disepanjang jalan pulang, Alen hanya menampilkan raut linglung karna hal yang didengarnya tadi. Alen tak menunjukkan banyak ekspresi karna pikirannya benar-benar melayang pada percakapan panjangnya dengan orang asing tadi.

Di sisi lain dia senang, tapi di sisi lainnya dia tertekan dan takut.

Namun ketika sadar dia telah sampai depan rumah Kevano, raut linglung nya berganti dengan senyum hangat yang kuat.

Dia mengetuk pintu, lalu masuk masih dengan senyum.

"Astaga! Alen kamu bawa apa nak?!" Yolanda menatap Alen dengan raut terkejut. Sementara Fian yang duduk disofa segera menoleh.

Matanya melotot saat melihat barang bawaan Alen yang begitu banyak.

"Beli apaan tuh, banyak amat" Fian segera mendekat ke arah Alen dan Yolanda.

Sementara Vano sudah bangun sejak tadi. Dia berjalan keluar diikuti Nethano.

"Wah.. persik!!" Vano berlari kecil ke arah buah kesukaannya.

"Ini buat siapa Alen? buat Vano ya?" Tanya Vano sambil tersenyum manis.

Alen mengangguk. "Iya"

"Makasih!!" Vano menerjang Alen dan memeluknya. "Sayang Alen banyak-banyak!!"

"Dihabisin ya?"

Vano mengangguk semangat sampai poninya bergerak-gerak.

"Eh.. tapi kok banyak banget? ini parcel ya?" Vano menatap Parcel buahnya dan Alen bergantian sambil berkedip heran.

Walau menyukai buah pantat itu, Vano tidak mungkin menghabiskan banyak hanya untuk memakan semuanya.

"Kalo Vano nggak mau, buah itu buat Abang aja" celetukan Nethano membuat Vano segera memeluk parcel nya. Nethano pun tertawa kecil melihat itu.

Sementara Yolanda dan Fian menatap mereka hangat. Hati mereka berbunga-bunga melihat anaknya begitu akur dan bersenang-senang dengan dua kakak beradik itu.

"Ini untuk kalian" Alen menyerahkan untuk Yolanda beberapa buah kesukaan wanita itu. Lalu untuk Fian, Alen membelikan beberapa buah dan dasi formal.

Melihat itu Yolanda cemberut. "Kok bunda buah doang?" Tanya nya bercanda.

"Bunda nggak suka? buat Ano aja sini" Nethano menatap binar buah ditangan Yolanda. Sama seperti putranya, dia memeluknya erat.

Lagi-lagi Nethano tertawa kecil. Senang rasanya menggoda ibu dan anak itu.

"Wow!! makasih loh" Nada suara Fian masih sama. Tetapi dia menatap binar Alen yang berdiri didepannya.

Alen hanya mengangguk. "Ini.. dan ini untukmu" Alen menyerahkan beberapa barang untuk Yolanda dan Vano. Mereka menerima dengan ragu-ragu, namun ketika melihat raut Nethano yang senang melihat mereka menerima hadiah Alen, mereka akhirnya ikutan senang dan menerimanya.

Dalam beberapa detik, Alen melihat Nethano cemberut. Namun dia masih terlihat senang. Mungkin baru setelah orang tua mereka meninggal, Nethano merasakan hadirnya keluarga. Membuatnya senang dan bahagia disini.

Alen diam-diam tersenyum tipis ke arah Nethano, lalu setelahnya memasukkan beberapa batang cokelat ke kantung hoodie kesayangan Abangnya itu.

Sementara Nethano menolah cepat ke arah adiknya, dan disambut senyuman hangat oleh sang adik.

Nethano bersorak senang dalam hati. Dia mengucapkan kata terimakasih lewat mulutnya tanpa suara.

Alen tersenyum lalu kembali mengalihkan pandangannya. Alen dan Nethano tidak sadar bahwa Yolanda dan Fian melihat keduanya. Mereka pun dengan kompak tersenyum tipis.

Alandra to Alendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang