Bab 12

2.2K 309 59
                                    

Deg

Jantung Langit berdetak lebih cepat setelah mendengar suara tepat dibelakang telinganya. Dia berbalik dengan sedikit terburu-buru, lalu,

Bugh

Alen terhuyung sedikit setelah menerima pukulan dari Langit.

"Adek!!" Nethano segera berlari ke arah Alen karna khawatir.

Sementara netra Alen masih terpusat pada Langit. "Kok lo mukul gue?" Tanyanya dengan alis terangkat.

Mendengar itu, Langit segera menyangkal. "Salah lo yang bikin gue kaget!" Katanya sambil memegang jantungnya yang masih berdetak kencang karna saking terkejutnya.

Langit pikir, tadi itu.. hantu.

"Cih, badan doang gede. Takut hantu" ejekan Alen membuat Langit melotot kesal.

"Bacot!" Serunya sambil melangkah keluar dengan wajah kesal. Niatnya pupus karna melihat Alendra. Padahal tadinya Langit senang bertemu dengan si manis.

Yah aturannya memang si manis harus dijaga dimana pun, sih.

Sementara Nethano dan Alen tertawa kecil dibelakangnya.

"Gilang?" Gumam Alen sesaat melihat satu punggung familiar.

"Hah? adek ngomong apa?" Nethano bertanya dengan polos.

Alen menggeleng.

"Nggak. Pulang yuk" ajak Alen sambil menggandeng tangan Abangnya. Tapi Nethano menahan sambil menampilkan raut sebal.

"Beli ice cream dulu buat Vano!" Katanya.

"Punya Vano udah sampe dirumahnya. Alen pesen pake aplikasi tadi" Penjelasan Alen, membuat Nethano akhirnya mengangguk mengerti dan lantas mengikuti adiknya pulang.

***

Paginya Alen dan Nethano kembali bersekolah. Mereka berangkat menggunakan mobil baru. Yang mana sesaat sampai, mereka menjadi bahan perbincangan para siswa-siswi sekolah elite itu.

Sebenarnya berita tentang Alen yang sebenarnya orang kaya sudah sampai ke telinga semuanya. Tapi ketika melihat langsung tentu saja mereka masih sedikit terkejut dan tidak percaya.

Karna, jelas mustahil ketika kaya dalam kurun waktu kurang dari 1 Minggu!

Tapi walau begitu, mereka enggan bertanya. Sikap dingin yang ditunjukkan Alendra membuat mereka tidak berani mendekat walau tidak semenakutkan itu.

Tapi itu cukup menggertak mereka yang awalnya merendahkan.

"Abang masuk duluan gih" Nethano mengangguk patuh, lalu masuk sambil tersenyum menyapa para siswa-siswi yang dilewatinya.

Sedangkan Alen berdiri dengan tangan disaku celana nya. Dia menatap gerbang masuk dengan datar.

Tak lama menunggu, datang mobil mewah yang berjumlah 9 mobil. Melihat itu, Alen segera mendekat.

Mereka keluar dengan raut datar. Menatap Alen dingin lalu berdiri didepannya. Berdiri berjejer dengan Alen didepan mereka menatap datar.

Hal itu sontak menjadi perhatian semua murid JHS lantaran hal itu adalah hal langka yang tidak pernah terjadi.

"Jangan. Ganggu. Nethano" tekan Alen dingin. Matanya menyorot 9 pemuda dengan tajam, terutama Langit yang paling menyukai Nethano.

"Cih.. gembel kaya lo nggak usah banyak ngatur! ganteng lo begitu?" Lava menatap Alen remeh. Perkataannya juga membuat 8 temannya tertawa kecil.

Sementara Alen menaikkan alisnya. "Gue? ganteng?" Tanya Alen sambil menatap para siswi yang berdiri tak jauh dari mereka.

"GANTENG BANGET!! AAAAAA" Teriakan para siswi membuat Alen tersenyum tipis. "See?"

Alandra to Alendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang