Bab 15

2.5K 335 35
                                    

"Abang dirumah dulu ya? Alen harus pergi sebentar" Ujar Alen sambil tersenyum tipis.

Nethano mengangguk patuh. Dia dengan senyum manis menatap adiknya. "Pulangnya beliin Abang buah-buahan yang kaya Vano, ya?" Pintanya dengan raut manis.

Alen tak kuasa menolak. Dia dengan gemas mengangguk setelah mengusap pelan kepala Abangnya. "Alen pergi dulu. Jangan bukain pintu buat siapapun, oke?" Peringat nya sebelum pergi.

Nethano mengangguk mengerti. "Uhm.. Abang ngerti"

Alen pun bergegas keluar dari rumahnya. Mengendarai mobil, lalu melesat menuju cafe untuk berbicara kembali dengan Zeloth atau tepatnya Gilang.

Sampai disana, Alen segera masuk. Matanya mengedar mencari keberadaan sahabatnya.

"Alen!"

Alen menoleh. Melihat Gilang dengan senyum teduhnya, Alen segera mendekat dan duduk didepannya.

"Udah lama?"

Gilang menggeleng. "Baru aja.. pesen dulu gih"

Alen mengangguk. Dia pun segera memanggil waiters untuk memesan minumannya.

"Kaya biasa, Lang?"

Gilang mengangguk cepat, membuat Alen ikut mengangguk. Dia lantas berujar pada waiters.

"Avocado juice without sugar and---"

"Americano" Potong Gilang sambil tersenyum. Sementara Alen menatap datar, waiters itu justru tersenyum sangat lebar. Dia segera mencatat pesanan kedua pemuda itu, lalu berujar dengan sopan.

"Ditunggu ya kak"

"Oke" Sahut Gilang. Dia lalu kembali menatap Alen.

"Eh Len.. kamu---"

"Geli" potong Alen.

Gilang menatap datar. "Sebelum lo kesini kita ngomong pake aku kamu loh.. kenapa sekarang baru ngomong geli? kemana aja?"

Alen menggeleng acuh. "Sekarang kan gue udah nggak make topeng apapun"

Mendengar itu, ekspresi Gilang dalam sekejap menjadi hangat kembali. "Bener juga.. "

Alen tersenyum tipis. Sebenarnya, antara dirinya dengan Gilang, keduanya sama-sama memakai banyak wajah.

Bedanya Gilang benar-benar tidak sadar apa yang sedang dia pasang untuk orang dan kapan waktunya.

Berbeda dengan Alen yang bisa menyesuaikan, Gilang justru bertindak seperti apapun yang dia mau dalam hal tertentu.

Contohnya ketika berhadapan dengan musuh,
Gilang akan menjadi seseorang yang berbeda. Dia akan lebih buas dari hewan buas yang hendak memakan mangsanya.

Tetapi kadangkala, Gilang bisa menjadi begitu lembut saat berhadapan dengan seseorang yang dia sayang. Tetapi bisa juga menerkam mereka.

Gilang pandai mengganti ekspresi dalam sekejap, tetapi sulit untuk menyesuaikan emosinya.

Contohnya ketika dia marah, auranya akan memberat dengan sendirinya. Dan ketika dia merasa baik, dia akan nampak sangat riang dan semangat.

Tetapi bisa jadi hal itu kebalikannya.

Ya, Gilang memang sedikit aneh. Dan kepribadiannya yang seperti itu, membuatnya selalu dijauhi oleh orang-orang. Sebab itu dia hanya punya Alandra sebagai sahabat dan alasannya siap mematuhi apapun yang Alen pinta bahkan jika harus menjilat sepatunya sendiri.

Di sisi lain, Alan merasa beruntung mendapat teman yang berguna, tetapi disisi lain, dia merasa iba sebab Gilang tidak memiliki satu teman pun selain dirinya.

Alandra to Alendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang