Bab 10

2.3K 329 39
                                    

Ide di cerita ini ngalir banget cui😭 nangis bgt gbisa fokus ke Rigala karna pikiran dipenuhi alur cerita ini😭

Akhirnya setelah banyak pertimbangan, aku bakal fokus disini aja😌

Horee! siapa yang seneng? atau biasa aja?😃

Tapi ya udah lah ya, berhubung nulis disini terasa ringan, jadi tunggu bab berikutnya!!

Sampai di perumahan private milik keluarga Vishaka, yang Alen yakini adalah marga dari Gempa, mereka akhirnya turun dari motor Alen.

Lilith pun merapikan tatanan rambutnya, lalu setelahnya tersenyum kecil. Ah, dia nampak sangat nyaman berada dekat Alendra. Tentu saja karna Alen begitu baik dan hangat menanyainya dengan berbagai hal juga kata pujian yang selalu dilontarkan sepanjang jalan.

Entah pertanyaan seperti, 'Tante masih keliatan muda, rahasianya apa sih Tante?' Lalu pujian seperti, 'Tante cantik banget, pasti anak Tante juga cantik kaya Tante', 'Tante juga keliatan kaya, pasti aku beruntung bisa nolong Tante', lalu seperti 'Tante keliatan kaya ibu yang hangat. Anak Tante pasti bahagia punya ibu kaya Tante'. Dan lain pujian hingga Lilith dibuat terbang karna lontaran kalimat manis yang keluar dari bibir tipis pemuda itu.

Lilith bahkan menyuruh Alen menghentikan ucapan formalnya seperti sebelumnya. Hingga saat mereka bicara, bahasa yang digunakan Alen menjadi santai namun masih terkesan sopan. Membuat Lilith tanpa sadar merasa senang dan takjub disaat bersamaan.

Wanita itu nampaknya sudah benar-benar terjerat dengan sosok Alendra.

Atau lebih tepatnya, tertipu? entahlah.

Dor

"Ugh" Alen terjatuh dengan lutut menyentuh tanah setelah menerima satu tembakan dari belakang. Peluru itu sudah bersarang dikakinya dengan cepat dan dalam.

Disusul oleh teriakan Lilith yang mungkin sedikit panik atau terkejut, Alen tidak tau. Yang jelas, dia harus benar-benar memainkan perannya sebaik mungkin. Kesempatan tidak datang dua kali, dan dia sudah terlanjur masuk ke sarang musuh.

Untuk berputar dan berbalik pergi, rasanya Alen akan mirip seperti pecundang. Jadi tuntaskan saja sampai selesai, bahkan jika harus mengorbankan beberapa peluru untuk bersarang.

Alen jadi berpikir, jika saja Bumi ia bunuh, apakah masalah akan tetap merambet? sepertinya tidak.

Ah, harusnya Alen membunuh Bumi waktu itu. Tapi karna nasi sudah menjadi bubur, Alen hanya bisa mengandalkan kemampuannya yang lain untuk bertahan hidup dari jeratan para iblis kejam ini.

Iblis yang begitu mengagungkan nama dan kedudukannya, dan malah menganggap rendah manusia-manusia dibawahnya yang bahkan lebih baik daripada iblis arogan seperti mereka.

Kita lihat saja, antara dia dan para iblis ini, mana yang akan menang?

***

"Kemari Lilith" Victor menyuruh Lilith dengan tajam.

Lilith menggeleng dan malah protes ditempatnya. "Kenapa kamu menembaknya, Lan!"

"Kurasa ini memang kesepakatan. Kenapa kamu marah?" Nolan menatap heran.

Lilith terdiam. Sementara Alen ditempatnya tetap terlihat tenang walau dalam hati sudah mengabsen semua penghuni kebun binatang..

"Apa maksudnya saya dijebak? oleh anda?" Alen menatap Lilith tajam. Tidak ada lagi tatapan ramah dan hangat tadi, semuanya lenyap berbarengan dengan ucapan Victor, suaminya.

Alandra to Alendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang