Bab 3

205 34 0
                                    

Karya ini dilindungi oleh Undang Undang Hak Cipta no. 28 Tahun 2014. Bagi pelanggar akan diproses sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Diari Kuning,
Hari ini, Kak Ayu berkelahi lagi di sekolah.
Kata Nenek, Kak Ayu bisa ditangkap polisi kalau nusuk orang pakai gunting.
Aku enggak mau Kak Ayu dipenjara.
Untung luka temannya enggak parah, tapi Kak Ayu dilarang sekolah dua minggu sama Bu Guru.
Aku mau buat kue untuk Kak Ayu, biar Kak Ayu senang.

Wita

*****

Tirai cokelat yang menyelimuti jendela raksasa menuju balkon apartemen Wita berhasil menghalau kilau cahaya pukul dua belas siang di hari Sabtu itu, sehingga sepasang suami istri dengan putri mereka dapat menghabiskan waktu dengan nyaman di ruang tamu, tempat favorit mereka.

Ehm, apa pembunuhnya Tuan Carford? tebak Wita saat membaca paragraf terakhir halaman 30 novel detektif Pembunuhan di Malam Tahun Baru. Tangan kanan gadis itu secara otomatis merogoh kantong keripik pedas di kanannya dan menikmati kudapan itu sedikit demi sedikit.

Lagu anak-anak di televisi dan celoteh Keisha yang sedang mengobrol dengan Yusuf masuk ke pendengaran gadis yang bersandar nyaman pada sofa dengan kedua kaki duduk bersila di atas karpet itu. Namun, Wita terlalu fokus membaca sehingga mengabaikannya. Kan, korbannya ditemukan tewas di kamar tidur pukul empat pagi, artinya ....

Wita membalik halaman-halaman sebelumnya untuk mencari petunjuk lain yang mungkin dia lupakan sebelum suara Yusuf terdengar memanggilnya. "Ma, nanti Rere mau main ke sini. Apa boleh?"

"Rere?" Wita sontak memutar kepala, memberikan tatapan kebingungan ke arah Yusuf. Pria itu sedang bermain ular tangga dengan Keisha dan mengambil kesempatan untuk meminta izin kepada istrinya saat giliran batita itu mengocok dadu. "Buat apa? Kalau mau jalan-jalan, pergi aja. Kan, Sabtu Minggu memang waktu istirahat kamu."

Yusuf terbengong ketika melihat reaksi Wita. Pria itu terdiam beberapa detik, lalu melanjutkan penjelasannya secara hati-hati. "Tadi, katanya mau kasih camilan ke Keisha. Sebentar aja, kok, Ma. Kalo dibolehin nanti dia datang jam empat, dari kampus langsung ke sini."

"Sebentar aja, 'kan? Saya kurang suka ada tamu," jawab Wita sambil kembali ke bacaannya. "Nanti kalo mau pergi sama dia sehabis itu, pergi aja. Saya enggak keberatan."

Enggak mungkin pembantunya, karena dia sudah pulang sore dan tetangga korban masih melihat korban melintas di depan jendela pukul tujuh malam.

"Iya, Ma."

"Hmm," jawab Wita cuek sambil membalik-balik halaman. Namun, belum juga gadis itu berhasil melanjutkan sisa cerita, kini suara Keisha yang mengganggunya.

"Ma, ain!"

"Mama lagi baca, Keisha." Wita kembali melakukan analisa dari cerita fiktif yang sedang dia baca. Korban tewas keracunan, 'kan? Dan, ra--

Wita seketika bergeming saat menyadari kesalahannya. Dia menengok ke arah pria yang kini sedang tersenyum sambil memindahkan pion sesuai nomor dadu dan gadis itu memekik marah. "Yusuf!"

"Iya, Ma?"

Capek! omel Wita dalam hati. Dia melotot untuk membalas tatapan polos suaminya. "Berhenti panggil saya dengan sebutan itu, bisa, enggak?!"

Sayangnya, Yusuf sudah imun dengan teriakan Wita sebab tidak ada tanda-tanda bahwa pria itu akan menuruti kemauan istrinya. "Sebutan yang mana, Ma?"

Dasar resek! Sengaja gangguin terus! Wita meraih kantong keripik juga bukunya. Dia berdiri sambil mengentakkan kaki dan berjalan ke kamar tidur sambil melanjutkan omelan dalam hati. Yusuf bego! Bego! Bego!

Miss Lawyer's FAKE Husband: Sekretaris Simpanan Nona PengacaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang