53 Ayah...Cookies Kangen!

3.9K 305 88
                                    

Rony beberapa kali mengetuk pintu, tak ada sahutan. Ia melirik jam diponselnya. Pukul sepuluh lebih, Salma mungkin sudah tidur.

"Ah, kan gue punya kunci cadangan." monolognya, membodohi diri sendiri.
Rony mengambil kunci rumah yang sengaja dimiliki masing-masing, jaga-jaga jika kejadiannya seperti ini.

Benar, saat masuk kamar ia melihat perempuannya meringkuk, miring. Bantal disisi kanan dan kiri, tidurnya mulai susah, serba salah.

Rony menghela napas, begitu pelan. Lelahnya hilang seketika, ia tak mengganggu. Memilih membersihkan diri sebelum bergabung ke peraduan.

Salma terusik, berubah telentang. Perutnya rada sesak, miring lagi. Lalu terlentang lagi, miring ke sisi sebelahnya. Lalu frustasi dan membuka mata. Tidak bisa tidur.

"Masss..." ia merengek frustasi, Salma tak tahu jika lelakinya sudah pulang pun Rony tak mendengar rengekannya karena gemericik air.

Salma membuka mata lebih lebar, menajamkan pendengaran. "Mas?" beonya, mendengar suara dari kamar mandi.

Ia beringsut, tubuhnya gerah sekali. Padahal pendingin udara dikamar hidup.

"Mas." Salma berteriak.

Rony sayup-sayup mendengarnya, lantas mematikan keran air guna menajamkan pendengaran.

"Mas." Salma berteriak lagi.

Rony baru ngeh, ia menyahut. "Iya."

Salma menghela napas, "Huft, ternyata Mas Rony." ia sempat berpikir yang tidak-tidak. Barangkali maling kan?

Rony keluar dari kamar mandi, Salma meliriknya. Rony mendekat, menaikan sebelah alisnya. Salma manyun.

"Kenapa?"

Salma lebih manyun, merengek manja. "Gak bisa bobo, telentang salah, miring salah. Rasanya serba salah." setengah menangis.

Rony meringis pelan, ia harus apa? Rony bingung sendiri.

Salma semakin frustasi, tubuhnya lelah. Tapi matanya enggak memejam, padahal sudah sepat sekali. Iya, sepertinya insomnia.

"Perutnya sakit gak?" Rony bertanya khawatir.

Salma menggeleng, menarik pinggang Rony. Dipeluknya tubuh itu, dingin. Salma memejamkan netranya, menikmati rasa dingin pun harum sabun mandi yang menguar. Kulit bertemu kulit.

"Ca?"

"Enggak sakit, cuman rada begah aja." balasnya, masih diposisi yang sama.

"Ca."

Salma berdecak, "Ck, bisa diem dulu gak? Enak, dingin."

Kruk!

Salma mendengar itu, Rony meringis.

"Mas?" Salma mendongak.

"Laper..."

●○●○●○●○

Karena tidak bisa tertidur Salma memilih menemani lelakinya makan saja, mereka duduk disofa. Salma menonton televisi mencari tontonan seru dari pada frustasi karena tidak bisa tertidur kan? Padahal malam sudah cukup larut.

Salma bersila diatas sofa, sesekali mengusap perutnya. Sedangkan Rony diam, lahap sekali. Benar, lelakinya lapar.

Salma meliriknya, geleng-geleng kepala dan tersenyum tipis melihat lelakinya ngibrit lagi ke dapur yang hanya beberapa langkah. Mengambil lauk dan menambah nasi lagi, lalu kembali lagi duduk disebelah Salma.

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang