Sinar mentari yang mulai bangun dari tidurnya, sinar terang yang masuk melalui celah jendela, dan suasana pagi yang hangat telah menggantikan dinginnya udara malam.
Amora masuk ke dalam kamar tamu yang sekarang ditempati oleh sepupunya. "Iel! Bangun! Ayo berangkat sekolah!"
"Hmm, 5 menit" gumam Rigel, yang masih nyaman bergelung di dalam selimut tebalnya.
"5 menit mulu dari tadi ih! Bangun cepet nanti kesiangan!"
"Hmm" bukanya bangun, Rigel malah menarik selimut sampai menutupi kepalanya. Kesal dengan tingkah sepupunya Amora pun menarik kaki Rigel dengan sekuat tenaga.
Rigel yang merasa tidurnya terganggu pun membuka matanya. "Iya ini bangun" katanya sambil duduk dengan malas.
"Mora tunggu di meja makan buat sarapan. Awas jangan tidur lagi, Mora buang si Ireng!" Ancam Amora sambil keluar kamar.
Semalam sepulang dari markas Rigel pulang ke rumahnya terlebih dahulu untuk membawa Ireng setelah memutuskan untuk menginap beberapa hari di rumah Amora.
Ireng merupakan kucing peliharaan Rigel, karena bulunya berwarna hitam jadi Amora memanggilnya Ireng padahal niat awalnya Rigel akan memberinya nama Jaguar. Tapi menurut Amora nama itu terlalu bagus untuk seekor kucing hitam, saat itu mereka berdua berdebat hingga akhirnya Rigel kalah, perempuan selalu menang kata itulah yang menjadi kunci kemenangan Amora.
Rigel bangkit menuju kamar mandi "Iya Amor, ini juga mau mandi".
***
Amora yang mendengar suara langkah kaki mendekat, mengangkat kepalanya sebentar kemudian lanjut makan sarapan.
Begitu sampai di depan meja makan Rigel langsung mengambil sepotong roti bakar yang sudah di siapkan Amora "Mor, gue nginep disini seminggu ya."
"Ayah sama bunda kemana lagi sekarang perginya? Vano ikut?" Tanya Amora sudah hafal kebiasaan Rigel. jika Ayah dan ibunya keluar kota, ia akan menginap disini atau tinggal di apartemen.
Kelvano Jairo Galendra, adik Rigel sekaligus anak kedua dari pasangan Raga Galendra dan Arum Fadhila. Raga merupakan kakak dari sang ibunda Amora, Gaby.
"Semarang, Vano sementara nginep di rumah kakek sama nenek"
"Pantes Ireng di bawa kesini semalem. Kenapa ga ke apartemen?". Heran Amora, sudah lama sejak terakhir kali Rigel menginap di rumahnya sewaktu Amora kelas 8. Karena belakangan ini, Rigel lebih sering tinggal di apartemen ketika orang tuanya pergi.
"Males, harus bolak balik kesini ngejemput lo. Sekalian nemenin lo, kasian sendirian mulu di rumah."
Amora yang mendengar jawaban itupun merasa sedikit terharu dengan sikap pengertian Rigel, inget ya cuma sedikit. "Pengertian banget Iel, jadi terhura Amor"
"Eh engga deng, kan sebelum gue kesini lo udah ada yang nemenin." jawab Rigel dengan nada serius.
"Hah, siapa emang? Orang di rumah ini cuman ada Amor dong ko." Kata Amora heran sekaligus penasaran.
"Ada kok yang nemenin, semalem Iel liat sendiri ada yang jagain kamu di sini" Amora percaya bahwa kali ini Rigel berkata dengan serius, ketika Rigel menyebut dirinya sendiri dengan kata Iel artinya sedang berbicara serius, Itulah yang Amora ketahui darinya.
"Beneran ada?" Kata Amora bertanya dengan serius sekarang, dan memperhatikan Rigel dengan seksama menunggu jawabanya.
Rigel yang melihat bahwa Amora mulai percaya bahwa ia berbicara dengan serius pun mendekatkan dirinya pada Amora, "mba kunti".
Amora yang mendengar itupun ngelag terlebih dahulu, sebelum tersadarkan oleh sebuah tawa menggelegar datang dari Rigel.
Prangg
Suasana berubah menjadi sunyi, Amora dan Rigel saling bertatap tatapan ketika mendengar suara barang jatuh yang berasal dari ruang tamu.
"Iel beneran liat mba kun ya? Kalo iya, jangan jangan dia marah lagi gara gara Iel ketawain." Jawab Amora takut, karena dari area meja makan dan ruang tamu tidak saling terhubung jadi mereka hanya bisa menebak apa yang menyebabkan barang itu jatuh.
"Engga lah, gue boongan. Lagian kan gue bukan indigo" ucap Rigel sedikit porno.
"Liat ke depan sono Mor!" Titah Rigel.
"Gamau, kan Iel yang bawa bawa nama mba kun, jadi Iel yang harus periksa" kata Amora
"Yaudah bareng aja periksanya sekalian berangkat ke sekolah" jawab Rigel untuk menutupi sedikit rasa parnonya.
Mereka berdua pun berjalan ke arah ruang tamu dengan Rigel yang berada didepan, dan Amora yang berjalan dengan sedikit menyembunyikan diri dibelakang badan Rigel.
Saat mereka sedang fokus melihat area ruang tamu Rigel merasakan bulu kuduknya berdiri karena gesekan bulu pada area kakinya. "Mor, kok di kaki gue kayak ada sesuatu yang berbulu"
"Coba liat kebawah." Ucap Amora.
"Bareng ya, satu, dua, tiga" kata Rigel mengantisipasi.
Meong
"Setan!" Umpat Amora.
"Anji*g!" Kata Rigel secara spontan.
Saat mereka melihat kebawah mereka langsung melihat sepasang mata kuning yang menyala dengan bulu warna hitamnya melihat ke arah mereka.
"Itu kucing, Iel" ujar Amora membenarkan.
"Itu maksudnya, maklum Amorgue kan sering ketuker nyebutnya". Kata Rigel memberikan pembelaan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desiree
Teen FictionBagai burung merpati yang terbang bebas di angkasa, bagai langit yang seluas samudra. Harapan itulah yang mungkin menjadi impian salah satu makhluk hidup di muka bumi ini. Harapan yang entah akan terwujud atau hanya akan menjadi mimpi.