chapter 4

3 1 0
                                    

Jam terakhir di sekolah, mengantuk, bosan, gerah, haus, lapar itulah yang pastinya dirasakan oleh seluruh pelajar di penjuru negeri. Siklus yang pastinya tidak akan pernah hilang dan mungkin nantinya malah jadi kenangan yang di rindukan.

Menunggu bel pulang berdering merupakan sebuah harapan yang tinggi, bagai seekor burung yang terbang bebas setelah di kurung di dalam sebuah sangkar.

Rasa lega yang akan menghantarkan perasaan bahagia, tapi tidak bagi mereka yang merupakan siswa organisasi bagai air yang disaring dari sungai ke dalam danau yang akan merasakan perasaan lega sesaat tapi harus tenggelam lagi kedalam kepadatan air.

Mungkin perasaan itu lah yang dirasakan sekarang oleh para pelajar di sekolah ini.

Kringg..
Bel pulang berbunyi.

Tepat pada pukul 15.30 siswa siswi berhamburan keluar ruangan, ada yang berlomba menuju gerbang pulang ada pula yang memilih di kelas menunggu koridor dan gerbang sepi dari kepadatan manusia.

"Mor gue duluan ya udah dijemput di depan, tapi yakin nih gamau ikut gue aja?" Tanya Bulan memastikan.

"Engga sono keluar, kasian nanti kelamaan nungguinnya." Ucap Amora sambil membereskan alat tulis.

"Bener ya? Jangan nyesel loh nolak tawaran gue".

"Iya udah sono ihh" usir Amora.

"Kalo dijalan ada apa apa kabarin aja, awas aja kalo ga ngabarin!" Khawatir Bulan sambil berjalan keluar.

"Iyaa" balas teriak Amora karena Bulan sudah lari keluar kelas mungkin karena yang menjemputnya terus menelepon.

***


Mungkin inilah yang dikhawatirkan Bulan, rantai sepeda Amora putus tepat sebelum memasuki kawasan perumahaan di sebuah kawasan sepi penduduk dan hanya ada beberapa rumah saja itupun jaraknya berjauhan.

Bengkel, tapi mungkin itu harus berjalan kaki sekitar 1 km dibawah cuaca yang sekarang tengah mendung.
Handphone, sudah mati sedari di sekolah karena kehabisan baterai.

Minta tolong pada pengendara yang lewat juga mustahil karena kawasan ini memang sepi dari para pengendara kecuali mereka yang akan menuju perumahan di depan atau untuk memotong jalan.

"Yahh putus, harus jalan kaki inimah" gumam Amora.

Karena kesal Amora melampiaskan dengan menendang kerikil hingga batu yang ukurannya sedang.

Guk guk...
Guk guk..

Amora menoleh ke arah kiri disana dia menemukan seekor anjing besar berkulit hitam yang sepertinya merupakan anjing liar.

Karena terlalu fokus melihat anjing itu, tanpa sadar Amora menedang batu berukuran besar ke arah anjing itu yang membuatnya marah dan mengejar Amora.

Melihat itu Amora yang panik langsung lari sambil mendorong sepeda sekuat tenaga. Karena terlalu takut pada anjing itu Amora pun. Lari tanpa melihat arah bertepatan dengan beberapa pengendara sepeda motor menuju ke arahnya dari belakang.

Amora yang tanpa sadar pun malah berlari ke arah tengah membuat para pengendara itu menekan klakson secara bersamaan yang membuat anjing dan Amora kaget.

Brukk

Suara berubah menjadi gaduh dan anjing itupun lari ketakutan karena kaget, meninggalkan Amora yang jatuh tertimpa sepedanya dan beberapa motor yang hampir rubuh.

"Akhh, sakit banget". Ucap Amora dengan berkaca kaca, sambil menahan tangis karena jatuh tepat di jalan yang rusak mana tertimpa sepeda lagi.

"Woy yang bener aja dong!"

"Untung ga ketabrak!"

"Lo gapapa?" Ucap salah satu dari mereka karena merasa kasihan.

Amora yang tadinya menunduk kini mengangkat kepalanya melihat siapa yang hampir menabrak sekaligus menolongnya dari gigitan anjing liar.

Amora yang melihat ada Rigel didekatnya langsung menangis, dan Rigel yang mengetahui bahwa orang yang hampir ditabrak mereka Amora langsung memeluknya.

Rigel Alpha Galendra merupakan sepupu Amora, walaupun mereka jarang bertemu tapi hubungan keduanya lumayan dekat seperti saudara kandung.

Melihat itupun yang lainnya mulai berhenti memarahi Amora walaupun masih merasa heran siapa orang ini, dan mulai menepikan motor mereka ke pinggir jalan begitupun dengan sepeda Amora.

Setelah menunggu beberapa saat dan suasana mulai tenang mereka baru memberikan pertanyaan.

"Gel, lo kenal dia? Kita satu sekolah ya?"
Tanya Devan karena melihat seragam sekolah Amora yang sama seperti peserta mos di sekolahnya.

"Iya, dia sepupu gue Amora" jawab Rigel. "Mor, tadi kenapa? Kalo mau nyebrang liat liat"

"Tadi ga sengaja nendang batu terus kena anjing, eh anjing nya malah ngejar jadinya ya gini deh"

"Lo dikejar anjing?! hahaha, makanya jangan ceroboh kena batunya kan"

" ihh, jangan ketawa, orang lagi kena musibah juga"

"Lagian kenapa nendang batu sih bukanya ngayuh sepeda biar cepet pulang." Omel Rigel.

Belum sempat Amora jawab "gara gara rantai sepedanya putus tuh" celetuk Keano yang sehabis memeriksa sepeda Amora.

"Untung aja ga kenapa kenapa sepupu lo Gel, lain kali periksa dulu sebelum berangkat" kata Keano.

"Ayo gue anterin pulang Mor, kalian pergi aja duluan sekalian bawa nih sepeda" ajak Rigel.

"Eh sepedanya mau dibawa kemana?" Tanya Amora

"Udah tenang aja, aman ko sama kita mah" jawab gavin

"Ayo bisa bangun kan?" Akhirnya Amora dipapah Rigel menuju ke motornya. "Kita duluan, ntar gue nyusul" sambung rigel.

"Yoii, ati ati di jalan nya"

"Awas dikejar anjing"

DesireeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang