Seminggu telah berlalu dari hari dimana pembagian kelas di umumkan, semua berjalan sesuai dengan alurnya. Kini Amora sudah jarang berkomunikasi dengan Bulan, walaupun mereka satu sekolah. Mungkin salah satu faktornya dikarenakan jarak kelas mereka yang lumayan jauh.
Di sebuah kelas tepatnya di meja ke tiga dari barisan depan dekat jendela yang mengarah ke lapangan basket, Amora tengah melamun memikirkan percakapan dengan kedua orang tuanya seminggu yang lalu.
Sepulang sekolah Amora mampir terlebih dahulu di cafe melati bersama Bulan, hanya sebentar kemudian mereka memutuskan untuk pulang kerumah masing masing.
Tepat pada pukul 17.30 Amora sampai di depan gerbang rumahnya, dan melihat ada dua mobil di halaman rumah. Mungkinkah mereka adalah orang tuanya? Entahlah Amora tidak ingat pada siapa pemilik mobil itu.
Amora membuka pintu depan rumahnya dan langsung di sambut dengan sebuah pertanyaan. "Amor! Dari mana saja kamu baru pulang jam segini?!" Tanya sang ayah, Faldo Gaviero.
Tidak jauh dari tempat duduk Gaby ada seorang remaja perempuan seumuran yang merupakan saudara Amora, Keyvata Amara Gavindra dan sang ibu Gaby Galendra.
"Sudahlah, lupakan pertanyaan itu. Amora kemari, duduklah" ujar sang ibu. Amora menurut, ia duduk di sofa single berhadapan dengan saudaranya.
"Bagaimana tadi pembagian kelas di sekolah? Kamu masuk jurusan Mipa atau Ips? Oh ya, perlu kamu ketahui kalo di keluarga kita hampir semuanya masuk jurusan Mipa".
"Mah, jurusan Mipa ataupun Ips semuanya sama. Tidak ada yang membedakan kedua jurusan tersebut." Kata Amora dengan pelan. "Amora, masuk jurusan Ips mah". Lanjutnya setelah itu suasana menjadi hening, sang ibu memilih tidak membalas perkataan Amora.
Karena merasa pembicaraan telah selesai Amora memilih masuk ke dalam kamarnya, saat hendak menaiki tangga suara seseorang menghentikan langkahnya.
"Mora, kamar lo punya gue sekarang. Jadi lo pindah ke kamar yang satunya." Ucap Amara seenak jidat.
"Loh. Ga bisa gitu dong! Kan dari dulu juga itu kamar Mora. Kalian juga pasti cuman sebentar kan disini?!" Bantah Amora sambil menghadap ke arah keluarga nya.
"Kami memutuskan untuk tinggal di sini selama Amara sekolah SMA" kata mutlak yang di ucapkan oleh sang ayah. "dia juga sudah ayah daftarkan di sekolah kamu, dan mulai masuk minggu depan". Lanjutnya.
"Kenapa kalian tiba tiba pindah ke sini?! Pekerjaan kalian di sana memangnya sudah selesai"
"Jaga nada bicara kamu Amora!" Bentak sang ibu.
"Amora cuma bertanya mah, mamah yang ngebentak Amora."
"Kamu itu bukannya bersyukur kita memilih tinggal bersama lagi disini! Malah banyak protes." Ucap sang ayah menimpali.
"Mora sudah terbiasa tinggal sendiri di rumah ini sedari dulu. Kalian ma-" ucapan Amora terhenti ketika ada suara anak kecil yang menangis dari kamar tidur orang tuanya.
'Sejak kapan di rumah ini ada anak kecil' batin Amora bertanya tanya. 'Atau jangan jangan' ia pun melihat keluarganya yang saling bertatap tatapan kemudian mereka langsung bergegas menuju kamar tidur ketika mendengar tangisan yang tak kunjung berhenti.
Amora akhirnya memilih menyusul mereka dan melihat ada seorang anak perempuan berkisar tiga tahun yang berada di gendongan ibunya.
"Dia adik kita" ujar Amara yang akhirnya buka suara.
Oh ya, sekarang Amora baru ingat ibunya pernah memberitahu waktu ia masih kelas enam SD sedang mengandung sang adik. Waktu itu Amora tidak percaya karena ibunya tidak memberinya kabar lagi, dan sekarang secara mendadak mereka semua kembali ke rumah ini tanpa adanya kabar terlebih dahulu setelah menghilang selama kurang lebih lima tahun.
Keyvata Amara Gavindra dan Kavitha Amora Gavindra mereka merupakan saudara kembar tidak identik. Orang tua mereka merupakan seorang pengusaha besar dengan sang ibu yang memiliki perusahaan batu bara dan di kelola ayah mereka, sedangkan sang ibu memilih mengurus butik yang dibangun oleh dirinya.
Selama mereka berada di luar kota Amora tinggal seorang diri di rumah ini, yang sesekali di kunjungi oleh kakek,nenek, dan orang tua Rigel yang merupakan keluarga dari sang ibu.
Sedangkan untuk orang tua dan keluarga dari sang ayah Amora tidak pernah bertemu sekalipun dengan mereka sedari ia masih bayi sampai sekarang. Entah alasannya apa Amora juga kurang mengerti.
"Athena Auzora Kyla" sambung Amara. Yah itu adalah nama dari anak perempuan yang tidak lain adiknya sendiri.
Amora tidak bisa berkata kata lagi saking terkejutnya, ia memilih keluar dari rumah tersebut bertepatan dengan datangnya Rigel yang akan mengambil barang yang ketinggalan.
Sudah hampir seminggu ini Amora menginap di apartemen Rigel menghindari pertemuan dengan keluarganya. Lagi pula jika ia pulang kerumah semuanya akan terasa berbeda dengan hadirnya anggota keluarga baru, dan kamarnya yang entah sekarang berada di mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desiree
Teen FictionBagai burung merpati yang terbang bebas di angkasa, bagai langit yang seluas samudra. Harapan itulah yang mungkin menjadi impian salah satu makhluk hidup di muka bumi ini. Harapan yang entah akan terwujud atau hanya akan menjadi mimpi.