Chapter 03

55 5 3
                                    

Teman-teman gimana puasanya hari ini??? Lancar???

Semoga di bulan ramadhan ini, puasa kita, amal ibadah kita, dan segala urusan di dunia selalu diberi kelancaran sampai akhir ya🫶

| ××× |

"Aku akan memberikan cahaya terang di antara kegelapanmu." (Qur'an surah Al Ahzab ayat 43)
...

Hamiz membuka pintu rumahnya menyambut kedatangan istri dan keponakannya.

"Ayo, masuk. Silahkan... Mohon dimaklumi jika kondisi rumahnya berantakan. Paman belum sempat bersih-bersih." Hamiz mencoba bergurau, berusaha mencairkan suasana. Namun, Sheza hanya diam menatap Hamiz datar. Tidak ada senyum diraut wajahnya. Semua tampak biasa.

Salwa mendekati suaminya.

"Maafkan aku tidak sempat menjemput kalian," sesal Hamiz.

Salwa mengusap lengan suaminya. "Tidak masalah, Abi. Apa Abi sudah selesai siapkan kamar buat Sheza?"

Hamiz mengangguk. 'Ini pertama kalinya buat kita. Abi ragu dia akan menyukainya."

Salwa tersenyum. "Abi tenang saja. Umi yakin dia pasti menyukainya." Melirik Sheza yang hanya diam.

"Sheza, ayo kemari. Biar bibi antar ke kamarmu."

Sheza menurut dan mengikuti Salwa dari belakang. Sesampainya di kamar, Hamiz meletakkan dua koper milik Sheza disebelah lemari. Nuansa kamar yang merah muda menyambut pandangan Sheza. Terlihat begitu feminim.

"Ini pertama kalinya paman menyiapkan kamar untuk anak perempuan. Jadi paman tidak tahu, kau akan menyukainya atau tidak."

Lagi, Sheza hanya diam.

"Kalau kau merasa tidak nyaman atau ada yang kurang kau suka... Bilang saja pada paman. Paman akan merubahnya," kata Hamiz lagi yang sama sekali tidak mendapatkan respon dari Sheza.

Salwa mendekati Sheza. "Buatlah dirimu senyaman mungkin tinggal disini, Sheza. Sekarang.. ini juga adalah rumahmu," kata Salwa.

"Istirahatlah. Bibi tahu kau pasti merasa lelah karena perjalanan panjang hari ini, kan? Bibi akan memanggilmu nanti kalau makan malam sudah siap." Salwa membubuhkan ciuman kecil di kening Sheza sebelum berlalu pergi bersama suaminya.

| ××× |

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An Nahl: 97)

Salwa baru saja selesai membersihkan meja makan dan melihat Sheza yang ternyata masih berada di tempat duduknya. Kemudian memandang Hamiz yang rupanya sedang menonton televisi berisikan ceramah. Menginjak usia yang sudah tua, Hamiz memang suka mendengarkan ceramah. Kadang-kadang suaminya itu juga mendengarkan tilawah Qur'an sebelum tidur atau sedang beraktivitas.

"Bibi Salwa..." panggil Sheza tiba-tiba. Salwa menoleh kepadanya, tapi Sheza tidak menoleh dan fokus mendengarkan ceramah. Ucapan selanjutnya yang terlontar dari bibir Sheza membuat Salwa tak berkutik sama sekali.

"Aku banyak melakukan kebaikan dan mengerjakan amal saleh. Tapi kenapa hidupku justru menderita?" tanya Sheza.

"Sheza..."

"Apa karena masalalu ibuku? Aku bahkan tidak meminta dilahirkan dari rahim seorang wanita pelacur. Apa Allah sedang mempermainkan hidupku Bi?" Sheza menatap datar Salwa.

"Astagfirullah, Sheza, Istighfar... Kau jang---"

Sheza bangkit berdiri dari duduknya. Tidak mau mendengarkan lagi kalimat yang keluar dari mulut bibinya.

Hati Tak Bertuan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang