“Sebagai laki-laki saya tahu haram memandang perempuan yang bukan muhrimnya. Namun jika itu dirimu, saya rela melakukannya meski harus menanggung dosa.”
Arkanza Zayyan El-Zein|×××|
Suara riuh tepuk tangan menjadi tanda betapa ramainya aula tempat Arkanza membawakan dakwahnya. Ditambah adanya satu pertanyaan yang menarik perhatian semua orang, baik laki-laki ataupun perempuan. Termasuk Azzaira, gadis cantik dengan hijab putih susu yang berada ditengah-tengah kaum hawa itu tidak pernah absen dalam setiap ceramah yang diisi oleh Arkanza. Dimana pun Arkanza berdakwah.
“Ustad bolehkah saya bertanya?” tanya seorang muslimah.
Arkanza mengangguk. “Silahkan. Akhwat mau bertanya apa?”
“Apakah boleh jika saya mengharapkan cinta dari sosok laki-laki yang selama ini saya kagumi? Dan apakah pantas jika saya berdoa kepada Allah agar ia dapat meluluhkan hati dari seorang laki-laki yang saya kagumi?”
Degup jantung Azzaira jelas berdebar menantikan jawaban dari Arkanza. Azzaira seperti merasakan jika pertanyaan yang selama ini dipendamnya terwakilkan.
“Boleh. Tidak ada larangan. Tapi harus ingat satu hal. Rasa cinta kita tidak boleh lebih besar dari cinta kita kepada Allah SWT.”
“Lantas apakah ada cara agar Allah dapat mengabulkan doa kami ini, Ustad?”
“Saya pernah dengar kalimat seperti ini dari Abi saya--Syekh Jafar. Beliau selalu berkata begini. ‘Sebelum kau mencintai hambanya, cinta dulu penciptanya. Kalau kau ingin meluluhkan hatinya, luluhkan dulu hati penciptanya.’ Dengan cara apa?” Arkanza menatap seluruh para jemaahnya.
“Menjaga sholat, mengerjakan seluruh amal sholeh yang sudah menjadi kewajibanmu, dan menjauhi segala larangan yang sudah diperintahkan untukmu. Kalau kalian sudah melakukan itu semua, insyaallah urusan hati Allah sudah memberikan yang terbaik untukmu.”
“Ustad Arkanza sendiri apakah sudah memiliki tambatan hati?” Suasana di Aula kembali heboh. Sebagian dari mereka menggoda Arkanza dengan segudang pertanyaan sama tentang siapa sosok yang berada di dalam hati Arkanza saat ini.
Azzaira ikut penasaran menanti jawaban Arkanza.
Arkanza sendiri hanya tersenyum. Senyum yang mampu membius seluruh mata yang memandang untuk menatap ke arahnya.
“Kak Azzaira…”
“Kak Azzaira…” panggil gadis disebelah Azzaira yang sontak membuat Azzaira tersadar dari lamunannya.
“Shanum,” pekik Azzaira.
Shanum Anaya Noor, gadis pecicilan yang merupakan sepupu dari Arkanza itu terkikik geli melihat wajah kaget Azzaira.
“Apa kak Arkanza begitu tampan sampai kau tidak berkedip, kak Azzaira?” goda Shanum mencolek bahu Azzaira.
“Kau suka pada kak Arkanza kan?” tembak Shanum.
“Shanum!” Azzaira melotot karena Shanum tidak berhenti menjahilinya.
“Aku akui, dilihat dari sisi manapun kak Arkanza memang terlihat sempurna. Tatapan matanya yang teduh dan cara bicaranya yang lembut. Mau kusampaikan padanya?” jahil Shanum.
“Shanum, berhenti menjahiliku!”
“Sayang sekali, padahal niat ku ingin membantu. Aku bisa saja membuat kak Arkanza menyukaimu.”
“Shanum dengar… Aku dan Arkanza hanya berteman. Kami sama sekali tidak memiliki perasaan!” sangkal Azzaira dengan tegas.
“Kenapa tidak kak? Kalian kan sudah bersama dari kecil. Tidak mungkin tidak timbul perasaan. Aku akan beritahu kak Arkanza!” Tanpa bisa dicegah Shanum segera berlari keluar aula dan pergi menemui Arkanza.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Tak Bertuan
Fiksi UmumSheza Humaira yang putus asa karena nyaris menjadi korban pelecehan dan perundungan sejak kecil, tidak percaya dengan keberadaan Allah. Hingga suatu hari... Ia yang jauh dari kata baik, justru bertemu dengan Arkanza Zayyan El-Zein. Lelaki taat dan t...