Chapter 05

60 6 4
                                    

Alhamdulillah akhirnya bisa update juga meskipun dipadatin sama kerjaan🥰

Siapa yang udah nungguin???

Selamat membaca ya🥰

| ××× |

"Aku tidak menyangka kita bertemu lagi." Arkanza berdiri tepat disisi kanan Sheza dengan hanya berjarak beberapa langkah.

Sheza melotot. "Kenapa kau bisa ada disini?" Kepalanya celingukan mencari keberadaan Hamiz tapi tidak ia temukan. "Kau menguntitku?" Sheza tertawa tidak percaya.

"Pergilah!" usirnya kemudian. "Aku tidak merasa kita punya urusan penting. Soal kemarin... Kau sendiri yang bilang'Menolong seseorang yang sedang kesulitan. Bukan karena berharap timbal balik.' Lalu sekarang apa? Kau tidak sedang berusaha memerasku karena telah menolongku kemarin, kan?" tuduh Sheza bengis.

Arkanza hanya diam mendengarkan. Sama sekali tidak menyela ataupun menyangkal tuduhan Sheza pada dirinya. Ia hanya membiarkan perempuan itu berspekulasi apapun tentangnya.

"Sudah ku duga..." Sheza tersenyum miring. Merasa jijik melihat keberadaan Arkanza di hadapannya. Lagi, laki-laki itu tidak menatapnya. Melainkan pada tanah yang mereka pijak."

"Sebutkan berapa jumlah yang harus kubayar sebagai imbalan karena kau sudah menolongku. Setelah itu jangan pernah kau tampakkan lagi wajahmu dihadapanku!" sambar Sheza dagunya terangkat tinggi. Angkuh.

"Ayo, katakan! Berapa jumlahnya!"

Tiba-tiba saja Hamiz muncul karena mendengar suara kerinutan. Dari jauh, Hamiz dapat melihat Sheza bersama seorang laki-laki. Dengan tergopoh-gopoh Hamiz pun menghampiri mereka.

"Sheza ada apa? Paman mendengar suaramu agak marah-marah tidak seperti biasanya."

"Paman, laki-laki ini masuk kesini tanpa permisi. Dan dia mencoba untuk memera---"

"Siapa---oh Arkanza. Sejak kapan kau datang?"

Arkanza menghadap Hamiz dan tersenyum. Sementara Sheza langsung mengatup mulutnya rapat-rapat.

"Baru saja, pak Hamiz," jawab Arkanza.

"Mau berkuda lagi, hm?" tanya Hamiz sambil tertawa.

Arkanza hanya mengangguk sebagai jawaban.

Mata Sheza semakin membulat melihat obrolan santai keduanya.

"Pa-paman mengenalnya?"

"Tentu saja. Semua orang mengenalnya. Tidak ada yang tidak tahu siapa Arkanza ini, Sheza."

Arkanza tersenyum. "Anda terlalu berlebihan, pak Hamiz."

"Hampir paman lupa. Arkanza ini Sheza. Keponakan dari istriku. Dan Sheza, ini Arkanza. Putra dari Syekh terkenal di Istanbul sekaligus pemilik sekolah El Zein---

Sheza memutar bola matanya. "Aku tidak butuh riwayat lengkapnya, paman, " sela Sheza nada suaranya berubah datar.

Hamiz pun memaklumi sikap Sheza dan melirik Arkanza tidak enak. "Arkanza ini adalah pemilik kuda putih yang berada di sebelah kuda mu. Kalian mungkin akan sering bertemu. Jadi paman harap---"

"Apa paman sudah selesai? Aku tidak butuh penjelasan panjang lebar tentang siapa laki-laki ini." Sheza menggeram.

"Baiklah... Tidak akan paman lanjutkan. Jadi apa yang membuatmu terdengar marah seperti tadi, Sheza?" tanya Hamiz penasaran.

"Maaf menyela, pak Hamiz. Ini kesalahan saya yang membuat keponakan anda terkejut. Dan juga, mungkin ia syok melihat tamu tak diundang datang kemari."

Arkanza beralih ke Sheza. "Mengenai pertemuan kita kemarin, sepertinya masih ada yang harus saya luruskan nona Sheza." Sheza langsung menatap tajam Arkanza.

Hati Tak Bertuan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang