15

206 25 15
                                    

@syahhlass
Are u really ok? Sori tp gue gak sengaja lihat lo. Kita di RS yg sama.

Awalnya aku tidak berniat meladeni satu DM dari cewek yang ngakunya seorang fans, dan juga sedang dirawat di sini. Tapi, berdiam saja di kamar dalam masa pemulihan tidaklah menyenangkan. Aku bosan. Gabut. Pengin lari rasanya, lalu bermain drum hingga puas. Sayangnya jangankan lari, turun dari kasur saja aku masih meminta bantuan Mas Ilham atau Bang Naka.

Akhirnya, kujawab pertanyaan itu dengan jawaban superklise. I'm okay. That's all. Ah, kukasih emoji smile 😊 satu biji. Benar-benar itu saja. Tapi, dia masih terus membalas dengan kalimat-kalimat yang pikirku, 'kalau ditanggapi seru juga'.

@syahhlass
Chase Atlantic rilis lagu baru. Gw harap lo cepet keluar RS dan cover ini sih. Udah dengerin belum?

Kuharap juga begitu.

Aku langsung membuka Spotify dan memutar lagu "Die for Me" yang cewek itu maksud. Jujur, aku baru tahu. Selama di rumah sakit, aku jarang memegang ponsel, apalagi bermain social media. Selain karena belum punya tenaga untuk menatap layar dan mengecek huru-hara dunia maya, Mas Ilham juga melarangku. Katanya, lebih baik istirahat saja.

But today is a cheat day. Tidak ada Mas Ilham maupun Bang Naka. Aku bebas, sedikit.

@syahhlass
Anyway, congrats for your upcoming debut ya. Gw ngikutin kalian dari tahun lalu. Ikut bangga dengernya. Gw harap genre kalian gak berubah ngikutin pasar.

Debut, ya? Aku menghela napas panjang. Dari penjelasan dokter, aku mesti bed rest sekitar dua minggu, baru setelah itu mulai terapi agar bisa beraktivitas seperti biasa. Untuk sekarang, aku masih beberapa kali merasa nyeri pada bekas operasi LSS kemarin. Tapi, untungnya tidak sesakit sebelumnya.

Tentu aktivitas biasa tidak sama dengan bermain drum.

Setiap aku bertanya, "Apa saya masih bisa main drum lagi, Dok?"

Dokter selalu berkilah dengan menjawab, "Kita lihat progres terapinya dulu, ya."

Mungkin itu cara untuk menenangkanku, agar aku tidak hilang harapan atau apalah itu. Tapi, aku justru merasa terbebani. Rasanya, bisa atau tidaknya aku kembali di dunia musik nanti bergantung pada hasil usahaku sendiri. Betul, memang, tapi … aku bahkan tidak menginginkan situasi ini, jadi mengapa aku yang harus bertanggung jawab?

Memikirkannya saja membuatku tertawa.

@syahhlass
Gw bakal jd fans terberat lo setelah lo debut nanti. See you on top, Di!

"Label rekaman mana yang sudi buang-buang duit buat musisi kayak gini?"

Aku lantas mencengkeram dan menarik selimutku hingga perban yang melilit kaki kiriku sedikit tampak. Awalnya aku ingin meratap, sok-sokan menyalahkan takdir dan menangisi nasib. Tapi, melihat gambar naga naik motor memakai helm dan jaket ijo ojol sontak membuatku tertawa. Aku pun mengusap wajah dan geleng-geleng.

"Ulah lo, Bang?"

Aku menoleh, bertanya pada lelaki yang baru mengetuk pintu dan berdiri sambil menenteng helm. Aroma debu jalanan yang bercampur dengan aspal panas sudah menjadi ciri khasnya. Tanpa melihat pun sudah ketebak. Seratus persen pasti Bang Naka. Kurang bisa dijelaskan, tapi bau parfumnya kalau sudah dipakai narik selalu begini. Unik.

"Anah, main tuduh aja. Nanang itu yang gambar. Gue mana bisa, Yo."

"Tapi ini lo, kan?"

"Naga itu? Ck," Bang Naka menaruh kotak bekal di atas nakas, "kasihan naganya kalau disamain sama Abang, Yo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nirmala AudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang