Bagian 6

36 9 2
                                    


24 Tahun kemudian..

Kensington Gore SW7 2EU, London

Jalan setapak itu kini mulai penuh dengan orang-orang yang berlalu lalang. Suara-suara kendaraan, derap kaki para pekerja yang pergi ke tempat dan wilayahnya masing-masing. Langit di atas sana pun terlihat berkabut meski cahaya matahari sedikit mengintip dari bangunan-bangunan megah Kensington, dan selalu begitu. Seolah mendukung industri di kota London yang ramai dan sibuk.

Di tengah itu, seorang pria berjaket hitam memasuki kedai kopi yang berada di seberang institusi seni 'Royal Collage of Art'. Suara bel pintu terdengar nyaring.

"Hi, Dude. You're coming again."

Belum genap 5 detik dia muncul, seorang pria usia 25 tahun berdarah Inggris-Turki itu menyapa dirinya, sembari merapikan celemek. Terlihat senang ia datang.

"One coffe Arabica, please." Pintanya.

"For you, 50.000 dolars, please."

"Are you kidding me? again?"

"Hahaha yes, Dude. Wajahmu tidak pernah tersenyum selama datang di kedaiku. Entah lelucon apa lagi yang harus kulontarkan padamu."

"Tersenyum hanya akan membuat spekulasi buruk. You know that."

"Seperti kau peduli dengan itu saja, Ray."

Setelah membayar dan mendapatkan satu gelas kopi, Ray pergi ke sudut meja kedai. Dari sana dia dapat melihat jalanan dan sungai Gone, London.

"Kenapa kau selalu duduk di dekat kaca ini? Ingin melihat-lihat wanita, huh?" Aslan si pramusaji datang. Duduk di hadapan Ray.

"Whatever, aku sedang menunggu seseorang."

"Siapa?"

"Kau tidak mengenalnya."

"Wanita, huh?"

"Master Hazar."

"What?!! Master Hazar?! Kau akan bertemu dengannya?"

Ray terkekeh kecil melihat ekspresi Aslan yang sangat terkejut, karena ini adalah pertama kali sosok terhormat itu akan berkunjung di kedainya. Fyi, Ray dan Aslan adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di akademi seni rupa 'Royal Collage of Art, London'. Mereka satu instansi hanya saja berbeda jurusan. Aslan mengambil program Desain Grafis dan Komunikasi. Sedangkan dia Seni rupa murni.

Aslan seorang laki-laki berdarah campuran. Dia hidup di London lebih lama dari Ray, karena sejak pertama kali dia datang, Aslan sudah bekerja part time di kedai Kopi 'Arabica' Kensington Gore. Jangan anggap remeh seorang pramusaji di eropa, bayarannya sungguh fantastis. Aslan salah satu laki-laki kaya yang pernah ia temui. Gaya hidupnya saja yang tidak memperlihatkan itu.

Nilai plus nya lagi, Aslan seorang muslim. Meski dari tampangnya dia seperti pria kristiani dengan rambut berwarna coklat. Apalagi wajah bule nya yang mencolok itu.

"Daya tarikmu tak pernah berubah. Tidak pernah kutemukan seorang Master mau menemui muridnya, apalagi di kedai kecil ini."

"Beliau hanya memiliki keperluan. Jangan berlebihan."

"Tentu saja aku benar, bodoh! Apa kau tak pernah dengar jika Pak Hazar adalah Master yang sulit didekati?"

Ray hanya mengangkat bahu.

"Okey, aku akan menyiapkan cemilan untuk kalian. Hubungi aku jika Master sudah sampai." Aslan bangkit dan bergegas pergi. Meninggalkan Ray yang kini menyesap kopi hitamnya. Sepertinya suhu di ruangan itu benar-benar rendah. Kopi yang dia diamkan beberapa menit saja sudah mulai terasa dingin.

MR. RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang