Breaking News!
Pada pukul 5 sore di jalan Omera, telah terjadi kecelakaan tunggal yang mengakibatkan kemacetan hingga persimpangan ditutup sementara. Peristiwa ini mengakibatkan satu orang luka berat dan saat ini korban sedang dirawat intensif di Rumah Sakit Vaidam Ankara.
Kronologi kejadian bermula sebuah mobil sedan melaju cepat dari arah selatan jalan omera menuju ke utara, lalu mobil tergelincir salju dan tidak dapat dikendalikan hingga nyaris merenggut nyawa seorang wanita paruh baya dan anaknya yang hendak menyeberang. Namun ternyata satu orang telah menyelamatkan mereka dan tabrakan tidak dapat dihindari.
Saat ini pihak kepolisian sudah mengamankan pengemudi dan saksi mata.
Kepolisian Turki menghimbau ulang untuk seluruh warga, untuk tidak berkendara dalam kecepatan tinggi saat hujan salju. Demi keamanan dan kenyamanan para pengendara dan juga pejalan kaki.
Sembari berjalan cepat menuju bangsal gawat darurat, Anne sempat mendengar berita kecelakaan itu sudah menyebar ke seluruh kota. Televisi rumah sakit bahkan turut menyiarkannya. Entah apa yang dipikirkan ibunya saat itu hingga dia lebih memilih melihat keadaan wanita yang menolong, daripada ke kantor polisi. Mungkin, itu memang insting sesama wanita. Atau mungkin juga Anne ingin mengucapkan maaf sekaligus terima kasih.
Yang pasti, saat itu Ray berada dalam gendongan sang ibu, tanpa melihat wajah Anne-nya yang begitu gusar. Musibah ini sudah pasti sangat mengguncang hidupnya.
"Merhaba, mohon maaf, apakah ada pasien kecelakaan yang baru saja datang ke sini?" Tanya Anne pada suster di meja resepsionis.
"Maaf, anda siapa?" Tanya Suster.
"Saya.. dan anak saya orang yang telah dia selamatkan dalam kecelakaan itu. Saya ingin melihat keadaannya."
"Baik, silakan isi data ini." Titah suster sembari memberikan sebuah lembaran. Anne mengisinya cepat.
"Pasien berada di ruang VIP no. 37. Namun maaf, anda belum boleh masuk untuk melihat atau bertemu pasien."
"Kenapa?"
"Pasien sedang kritis. Sekarang masih berada dalam penanganan dokter untuk proses operasi. Anda bisa menemui suami atau keluarganya. Silakan.."
Setelah melangkah ke ruangan yang telah disebutkan, Anne memasuki pertengahan lorong. Detik setelahnya dia melihat seorang pria dan wanita muda yang duduk berseberangan di depan ruang operasi. Sepertinya dialah yang tadi disebut sebagai suami pasien.
Anne menghentikan langkah, melihat dari kejauhan suasana menyedihkan yang ada di antara dua orang di sana. Dengan keadaan seperti ini, pasti sulit bagi posisi Anne untuk berbicara atau menyapa orang-orang itu. Dilema, apakah ia harus meminta maaf lebih dulu, atau bersujud untuk mengucap beribu terima kasih.
Sebelum melangkah mendekat, suami dari pasien itu berdiri. Terlihat setengah lingung atau setengah sadar. Dengan sigap wanita muda di depannya berusaha membantu pria itu menyeimbangkan tubuh.
"Kau mau ke mana, Ali?!"
Suara itu berdengung sampai ke ujung lorong tempat Ray dan ibunya berdiam diri. Anne terus memerhatikan pria itu yang kini berjalan ke arah mereka tanpa menjawab pertanyaan wanita itu tadi. Tidak.. ternyata dia melangkah untuk pergi, melewati mereka berdua, tanpa sedikit pun melirik atau menoleh. Di dalam tatapan mata pria itu sekarang hanyalah kekosongan. Suami mana yang berdaya melihat istrinya sedang memperjuangkan hidup dan mati sendirian di ruang operasi. Apalagi dia mendapatkan luka itu setelah kecelakaan yang tragis.
Diam-diam, kedua mata Anne memberat. Dia berusaha mengusap kedua matanya sendiri karena apa yang sedang dia saksikan sekarang, memaksanya untuk kembali pada memori satu tahun yang lalu, saat Baba Ray meninggalkannya. Meninggalkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. RAYAN
Romance| Spin-off 'Anna Keyla' | Mungkin lumrah, ketika manusia menjalani peran atas refleksasi suka dan tidak suka. Insting ini mengarah pada titik kapan waktu untuk meminta, waktu untuk menolak dan kapan waktunya untuk menerima. Dalam frasa lain, ini jug...