Bagian 5

17 5 0
                                    


"Permisi, apakah Nona Ali ada di rumah?"

Hitna berdiri di depan gerbang, dengan sopan bertanya kepada satpam yang terlihat memdekati keberadaannya. Siapa gerangan perempuan dengan pakaian kusut ini? Tiba-tiba bertanya soal pemilik rumah? Demikian ekspresi laki-laki penjaga gerbang tersebut.

"Maaf, saya belum memperkenalkan diri. Nama saya Hitna, seorang ibu anak satu yang tinggal di desa tak jauh dari wilayah ini. Saya kenal dengan Nona Ali dan pernah di undang untuk datang kemari."

Satpam tersebut masih terdiam beberapa saat. Antara curiga dan waspada. Lalu berkata "Apakah anda memiliki tanda pengenal? Maaf saya tidak bisa asal memperbolehkan orang asing masuk. Tuan Ali sedang tidak di rumah."

"Apa Nona ikut?"

"Tidak, Nyonya ada di dalam. Untuk itulah saya bertugas untuk menjaga ketat rumah ini selama tidak ada Tuan Ali."

Hitna terdiam lama. Menggenggam erat ujung bajunya. Siapa dia? Apakah pantas perempuan tidak memiliki identitas apapun itu mendesak masuk? di rumah orang besar itu?

"Baik. Mohon maaf jika saya mengganggu. Permisi.." Hitna berbalik, melangkah menjauh dari pintu masuk. Mungkin dia bisa bertamu wanita itu di lain waktu, meski dia sendiri yakin, satpam pasti akan menolak kedatangannya lagi dan lagi.

10 langkah darinya pergi, terdengar derik gerbang yang terbuka. Hitna menoleh dan di sana muncul sebuah mobil berwarna hitam yang keluar dari pekarangan rumah. Entah ini kebetulan atau memang keberuntungan lagi, seseorang yang berada di sana adalah Nyonya Ali dan supirnya. Melihat Hitna terdiam di pinggir jalan, mobil itu pun berhenti.

"Ray Anne! Hei.. Kenapa Anda berdiri di sini?" Tanya wanita muda yang beberapa waktu lalu dia temui di pasar. Dialah Nona Zara, Nyonya dari keluarga Ali. Sosok yang ingin dia temui hari ini.

(Ray Anne : Ibu dari Ray)

"Saya.. " Hitna terdiam lama. Sedikit terkejut, panik dan bingung.

"Apa Anda mau bertamu di rumah kami?" Ekspresi wanita itu masih sama seperti terakhir kali mereka bertemu. Terlihat ramah, ceria dan begitu cantik. Hitna hanya mengangguk sungkan.

"Saya ditolak masuk oleh satpam. Sepertinya rumah Anda sedang dijaga ketat."

"Ya Tuhan.. Tidak seperti itu. Maafkan satpamku ya. Dia memang terlalu kaku dan waspada. Ah ya, kemarilah. Ikut denganku. Kita ngobrol di mobil saja."

Nyonya Ali membukakan pintu, meminta Hitna masuk. Tidak ada alasan baginya untuk menolak tawaran baik itu, kan? Apalagi sesuatu yang ingin dia bicarakan cukup penting dan harus segera dia sampaikan.

"Saya dengar, Tuan Ali sedang pergi. Apa benar, Nona?"

"Ah ya. Sebelum menjawab itu. Tolong ubah panggilannya ya, jangan panggil aku seperti itu." Wanita itu terlihat tertawa kecil mendengar Hitna yang masih saja terlihat kaku. "Panggil Zara saja."

"Hm.. Bagaimana jika Anne? Sepertinya tak lama lagi Anda akan menjadi seorang ibu."

"Ah.. Ya. Doakan aku, Anne." Istri dari Tuan Ali itu tersenyum, mengusap perutnya yang terlihat semakin besar. Sepertinya ini sudah minggu terakhir menjelang persalinan.

"Anda sudah USG? Laki-laki atau perempuan?"

"InsyaAllah, perempuan." Jawabnya lagi. "Sebenarnya awalnya, aku tidak ingin tahu dan membiarkannya jadi kejutan setelah persalinan nanti. Tapi karena keluarga kami semuanya berasal dari indonesia, jadi kami perlu memberi kabar."

"Kapan kalian akan kembali ke sana?"

"Sepertinya setelah Ayzaa lahir. Suamiku sekarang juga sedang pergi untuk mengurus passport dan yang lainnya. "

MR. RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang