3. Undangan-(2)

94 8 0
                                    

Pesta pernikahan sepupunya pun dilangsungkan dengan sangat meriah, besar, dan mewah. Ia juga bertemu sang papah yang sangat ia rindukan selama ini karena mereka terpisah selama 1 tahun. "Putri papah!!! Papah kangen dan rindu bangettt sama kakak. Kakak baik-baik saja kan? Kakak ada kesulitan tidak? Astaga! Mohon ampun Yang Amat Mulia Anisha Rosnah, saya tak fokus melihat bahwa anda ada di sini, maklumlah Yang Mulia saya rindu dan kangen sekali pada putri semata wayang saya ini! Bagaimana dengan kabar anda dan Pangeran Mateen, Yang Mulia?" Tanya papah-nya tersenyum ramah pada Anisha sambil memeluk putrinya tersebut,

"Paman ini kebiasaan sekali, mohon jangan panggil saya dengan sebutan -Yang Mulia- paman!, panggil saja Anisha paman! Saya ini hanya orang biasa! Dan kabar suami saya, yaitu Pangeran Mateen sangat baik dan beliau sedang mempersiapkan pelatihan polo-nya untuk bertanding dengan negara Thailand, paman doakan saja agar suami saya memperoleh keberhasilan yang baik." Jelas Anisha ramah.

"Saya minta maaf Anisha, dan semoga Pangeran Mateen diberikan kelancaran dan perlindungan oleh Tuhan dalam menjalankan pertandingan tersebut. Amin"

"Amin, terimakasih atas doa baiknya paman!"

"Oh ya kak! Kakak punya kenalan buat kamu, dia itu anak dari sahabat lama papah dari Manado, sebentar ya kak papah cariin dia dulu, kamu tunggu disini jangan kemana-mana!"

"Iya papah!" Azeemah bergumam, pria dan anak sahabat mana lagi yang akan papah-nya kenalkan pada dirinya. Hal ini sudah sangat sering, bahkan ia bisa menebak bahwa pasti ada sesi perkenalan secara tiba-tiba. Pernah ada juga ada pria jenis kutu buku(uhhh! Pria kutu buku bukanlah minatnya), mekanik terkenal dengan gaji yang memadai(ini bukan juga), pengusaha internasional(ohhh tidak-tidak! Tidak akan!), dokter(sahabatnya sudah ada yang menjadi dokter, yang ada nanti malah tambah ribet), pembalap(tidak minat dan tidak mauuuu juga!)

Dan papah-nya pun datang,

"Ini dia kak! Anak sahabat papah, sahabat papah namanya ibu Patris, dan ini anaknya, hehhheh kamu ayo perkenalkan diri kamu pada anak saya!"

(Om dudaaaaaaa!) Teriaknya dalam pikirannya.

"Kamu bukannya penyanyi yang pernah bernyanyi sama saya waktu itu di Cafee Janaa ya?" Tanya pria tersebut dengan ekspresi senang sekaligus terkejut, "Kamu anaknya pak Dewa? Wahhh senang bertemu kamu kembali lagi!"

Anisha berbisik, "Beliau ini siapa Zeem? Kalian sudah pernah bertemu?"

Azeemah balas berbisik, "Dia ini pelanggan yang pernah datang ke Cafe tempat aku kerja dan dia juga pernah ngajak aku nyanyi bareng, ajaib juga bisa ketemu dia lagi" Senyumnya sambil berbisik.

"Ihhh! Siapa tau dia jodoh kamu Zeem! Saya berharap sih begitu, dari auranya sudah pas, mapan, dan cocok untuk kamu." Bisik Anisha kembali,

"Aminin aja kali ya!"

"Loh kok malah bisik-bisik! Jadi kalian berdua sudah pernah bertemu, dan dimana?"

"Di Cafee Janaa pak! Anak bapak ini pernah saya minta untuk bernyanyi bersama saya waktu itu, suaranya bagus dan indah sekali untuk didengar!" Puji pria itu.

"Terimakasih atas pujiannya Teddy! Anak saya memang sangat berbakat, walau penampilannya mungkin saat pertama kali kamu melihat seperti laki-laki, tapi percayalah hatinya sangat lembut seperti sutra."

Teddy melirik penampilan Azeemah mulai dari atas hingga bawah, menurutnya ia sangat cantik, bukan kata cantik yang asal-asal, tapi perasaanya itu adalah cantik yang sebenarnya. Cantik yang memukau, cantik yang menenangkan, tapi... ah buang pikiran

"Wanita yang selalu ceria, sama seperti dia yang dulu. Ayo Teddy!, buang masalalumu, cari yang memang benar-mencintaimu apa adanya, bukan karena ada apanya. Mungkin dia bisa jadi Teddy! Jangan keraskan hati ini." Teddy berbicara dalam hatinya.

"Berapa usia kamu kalau boleh saya tau?"

"23 tahun pak! Bulan Februari tanggal 15 nanti genap 24 tahun."

"Wahh tanggal 15!? Sama berarti dengan saya, cuman bedanya saya bulan April. Apakah kamu sudah punya gandengan untuk sekarang? Maaf kalau saya bertanya seperti itu, kalau saya lihat usia kamu yang sekarang untuk masa sekarang juga banyak anak muda yang sudah punya gandengan."

"Untuk saat ini belum pak. Belum berminat juga." Kalau om duda jadi gandengan aku boleh nggak? Dijamin hatiku sar-ser-sar-ser.

"Kalau saya boleh tau juga, teman kamu yang disamping ini siapa? Gaun kalian sama dan sepertinya kalian sangat akrab." Tanya Teddy lagi yang memaksudkan Anisha.

"Kalau ini sahabat saya pak! Nish perkenalin diri kamu sendiri gih!" Senyum Azeemah dengan nada yang lembut.

"Nama saya Anisha Rosnah Bolkiah. Saya adalah sahabat Azeemah, Azeemah adalah wanita yang baik. Saya dan Azeemah bersahabat ketika kami berdua masih berkuliah di Universitas Bath, tepatnya di London. Saya sudah menikah dengan suami yang saya sangat cintai. Senang berkenalan dengan anda." Jelas Anisha dengan datar dan detail.

"Senang juga berkenalan dengan anda." Balas Teddy dengan baik.

Tiba-tiba ponsel Anisha berbunyi, dan menandakan adanya hubungan Via-VC dari sang suami yaitu Mateen. Ia pun segera mengangkat VC tersebut.

Mateen bersuara sambil ia menyetir, "Halo dear, where are you now!? You have good day with your friends my love?"

"Yes of course, i have really-really good and gracious day. Im at Azeemah's cousin's wedding ceremony, do you wanna see them?"

"Yes. If you want it, i want it too."

Lalu Anisha pun mengubah rotasi ponselnya, "This is Azeemah, we have a same gown that Donatella made's."

Azeemah pun melirik, "Hai bestie! Mateen, apa kabar? Lihatlah, aku pakai gaun keinginan istrimu yang sangat tersayang ini, dia sangat lihai dalam urusan menata berpakaian."

"Im good, Zeem! Istriku memang begitu, dia sangat lihai dan tau cara menata berpakaian."

"Tuh, istrimu ini memang pintar sayang. Kamu ingin kemana? Kenapa hanya sendiri" Tanya Anisha pada Mateen.

"Aku mau menjemput keponakan kita ke sekolah, ini sudah saatnya jam pulang. Sudah dulu ya my love, ingat! Pengawal harus selalu ada disamping kamu, sahabat kita Azeemah kamu juga harus jaga, titip salam juga untuk pak Dewa. Bye, my love! Emmm where's my kiss my love?" Tanya Mateen dengan nada yang sedikit manja, saat melihat itu dalam perasaan masing-masing, Teddy dan Azeemah merasa iri dan juga berpikir kapan keduanya bisa seperti itu.

"Here! Here's your kiss, husband!" Anisha memberikan kiss bye pada sang suami sambil ia tersenyum dan menutup ponselnya.

Dan kembali lagi, Teddy dan Azeemah iri lagi!

Sedangkan papah Azeemah mengejek dalam hati "Keduanya saling iri, mungkin suatu hari nanti jodoh. Hmmm semoga saja."




Me, B, And HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang