ZERO

172 8 104
                                    


"CACAT" Dunia tidak akan pernah menerima seseorang yang menyandang gelar itu.

Matahari mulai terbenam di ufuk barat, cahaya jingganya memikat siapapun yang melihatnya. Seorang anak laki-laki berkursi roda dengan pakaian sekolah masih menempel di tubuhnya sedang berada di tengah taman kota yang sibuk. Ia memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya.

"Rikii!.."

Anak laki-laki berkursi roda itu mencari keberadaan seseorang yang telah memanggilnya.

"Abang?" Ia menyipitkan matanya, melihat seseorang yang telah memanggilnya dari kejauhan.

"Kamu kemana aja abang panik tau" dari raut wajahnya terlihat sangat jelas bahwa ia sedang panik.

"Maafin aku ya bang. Aku cuma mau cari angin di sini"

Anak lelaki yang ia sebut abang itu menghembuskan nafas beratnya lalu menampilkan senyumnya yang seterang matahari kepada si adek.

"Riki lain kali bilang dulu ya sama Abang kalo mau keluar" dia membelai lembut rambut adiknya dengan senyuman yang belum lepas dari wajahnya.

Anak itu melihat wajah abangnya sambil mengangguk paham dan membalas senyum abangnya.

'hal yang sangat aku syukuri walaupun aku tidak sempurna, setidaknya aku masih memiliki mereka yang perduli denganku, tanpa meminta balasan apapun dariku'

𝙰 𝙳𝙴𝚂𝚃𝙸𝙽𝚈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang