02

161 19 4
                                    

Kiara masuk ke  rumah Jungkook sesudah pria itu membuka pintunya dan mempersilakannya masuk. Ia memperhatikan rumah sederhana namun memiliki nuansa hangat dengan cat warna krem yang nyaman dipandang. Dengan dekorasi minimalis yang keren dan tertata rapi.  Kiara suka sekali tata letak sofa hitam yang ada di depan televisi. Hiasan dinding berupa lukisan-lukisan serta beberapa figura disusun diagonal. Kiara tak sadar ia sudah berada di dinding penuh dengan figura lantaran tertarik memandangi foto-foto masa kecilnya. 

Kiara terpaku pada satu figura yang menampilkan Jungkook masih mengenakan seragam SMP, dirangkul oleh seorang wanita cantik.

“Itu ibuku.” Jungkook berdiri di samping Kiara. “Dia meninggal di hari kelulusanku saat SMP.”

Kiara menoleh pada Jungkook di sampingnya. “Ibumu sangat cantik,” pujinya dan melihat darimana ketampanan itu berasal. 

“Eum, wanita tercantik. Dia cinta pertamaku.” Jungkook tersenyum sambil melihat keadaan mereka yang masih basah. “Oh ya, kau perlu ganti baju. Aku sepertinya punya baju yang pas untukmu.”

“Maaf merepotkan,” ujar Kiara ketika Jungkook melangkah menuju kamarnya. Pria itu menyahut dari dalam. “Menolong sesama adalah keharusan. Benarkan?”

Kiara mengerjap. “Eum… mungkin?” jawabnya tak yakin. Karena sepanjang hidupnya, dia tidak pernah di hadapkan pada situasi dimana dia memperhatikan orang-orang di sekitarnya.

Hidup Kiara terlalu serba instan. Dia seringnya tidak peduli pada orang lain karena terbiasa dimanja oleh orang tuanya. Hal tersebut pula yang membuatnya menjadi sosok yang lemah dan tak siap menghadapi tekanan. Makanya, ketika diterpa  hal seberat ini membuat mentalnya tak kuat lantas dia pikir bunuh diri adalah satu-satunya cara terbebas dari derita.

“Kau bisa pakai kamarku.” Jungkook menunjuk kamar dimana tadi dia masuk karena Kiara memperhatikan kamar di sebelahnya.

“Itu kamar sepupuku. Dia sedang tidak di sini,” beritahunya.

Kiara tak bertanya lagi. dia berjalan ke dalam kamar sambil memegang kaus hitam dan celana training senada yang diberikan Jungkook.

Sementara Jungkook meraih ponsel di saku dan mengetik pesan untuk seseorang, “Rencana berhasil, besok jalankan rencana berikutnya.”

Dia pun menerima pesan balasan.

Harus kami apakan?”

“Yang penting jangan sampai dia mati karena itu bagianku.”

“Siap bos.”

lalu dia menyimpan ponselnya lagi dan pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman hangat.

Jungkook sangat senang karena segalanya berjalan lancar sampai ke titik ini. Dia hanya perlu menjalankan beberapa rencana lagi untuk menuntaskan pembalasannya. Ibunya pasti bangga karena sudah berhasil membuat ayahnya hancur. walau ini masih belum seberapa sampai ke rencana utama, yakni, menghabisi mereka semua.

Sebelum itu, Jungkook harus benar-benar membuat mereka tenggelam dalam penderitaan.

Kiara muncul beberapa saat ketika Jungkook selesai membuatkan teh hangat, lantas membawanya ke meja depan TV.

Jungkook tersenyum. “Apa kau tinggal bersama kedua orang tuamu?” tanya Jungkook ketika Kiara duduk agak berjauhan dengannya di sofa itu. terlihat jelas sebenarnya Kiara sangat defensif sebab mereka baru saja kenal.

“Aku kini tinggal bersama adik ibuku,” jawabnya.

“Oh ya?”

Kiara mengangguk. “Keluargaku sedang dalam masalah yang berat. ayahku masuk penjara sedangkan ibuku melarikan diri.”

Burning Desire [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang