03

119 16 7
                                    

Keesokan harinya, dengan berbaik hati Jungkook mengantarkan Kiara ke rumah bibinya yang dia ketahui dari Kiara merupakan sosok yang kejam dan selalu menyalahkannya. Jungkook ikut bersama Kiara hingga di depan pintu dan  sebelum membiarkan Kiara masuk, Jungkook menawarkan untuk saling bertukar nomer ponsel. Alasan Jungkook adalah supaya Kiara bisa bercerita padanya jikalau ada masalah apapun.

Betapa baik Jungkook. Betapa mulia hatinya.

Setidaknya, begitulah pendapat Kiara mengenai pria itu.

***

Pukul dua dini hari Jungkook beranjak dari ranjang---meninggalkan wanita tanpa busana yang terbalut selimut di sampingnya. Ia membawa tubuh kekar mengenakan piyama namun dibiarkan terbuka—menampilkan otot perut hingga dadanya itu menuju dapur guna mengambil sebotol air minum dari lemari es dan menenggaknya hingga tandas. Jakunnya bergerak-gerak tiap tegukan sedangkan ia begitu menikmati bagaimana air meluncur membasahi kerongkongannya yang kering.

Sumpah, dia merasa haus sekali.

Setelah puas minum, sambil menyeka bibirnya, ia melihat foto Lee Sohee—ibunya Kiara di layar ponsel yang dia genggam. Seseorang sore tadi mengiriminya foto Sohee yang babak belur dengan wajah lebam—tergeletak di lantai berdebu.  Jungkook menyekap wanita tersebut di sebuah  gedung lama. Dijaga oleh tiga orang yang dia bayar. Tugasnya adalah untuk memberi makan, mengawasi, serta memberikannya siksaan.

Ada beberapa pesan yang menyertai foto tersebut,

Dia berusaha kabur beberapa kali jadi kami menghajarnya supaya dia tidak berbuat hal serupa kedepannya. Apa kau tidak keberatan jika kami membunuhnya kalau dia masih berusaha kabur?”

Jungkook melangkah menuju kamarnya lagi sambil membalas pesan tersebut, “Tidak. siksa saja dia. Kalau terjadi sesuatu, kau harus menghubungiku.”

“Baik.”

Setelah balasan tersebut, Jungkook meletakkan ponselnya di nakas seraya ia membaringkan dirinya lagi di samping wanita yang masih lelap. Entah ini wanita yang keberapa. Jungkook tak biasanya membiarkan wanita tertidur di sampingnya setelah ‘menggunakan tubuhnya’ untuk kepuasan.  Tapi karena wanita ini tampak sangat kelelahan, Jungkook membiarkannya untuk kali ini.

Namun beberapa saat ia merasakan tangan hangat si wanita perlahan melingkari perutnya. Disertai erangan manja.

“Aku kedinginan. Bisakah kau memelukku?”

Jungkook tidak menanggapi.

“Sayang.”

Tak lama, Jungkook akhirnya berbalik. Wanita berambut merah burgundy kusut dan berantakan itu tersenyum senang kala wajah Jungkook dilihatnya. Tapi sayang, dia harus merengut kecewa sewaktu Jungkook menepis tangannya yang mencoba mengelus wajah tampan itu, yang selalu tampak awet muda dan menarik kesan yang kuat saat pertama kali melihatnya.

Sebab ada banyak pria tampan, tapi  tak semua pria tampan memiliki kesan. Dan Jungkook memilikinya.

Jungkook yang manis, Jungkook yang lucu, Jungkook yang lembut, Jungkook yang kuat dan Jungkook yang menggoda—perayu handal. Serta hal-hal lain yang sulit dijelaskan. Hanya tiga puluh persen Seolbi dapat menilai  Jungkook, tujuh puluh persen lainnya seperti Jungkook memiliki bermacam lapisan kepribadian. Mungkin tidak akan ada wanita yang dapat memasuki hatinya, terkecuali pria itu sendirilah yang mempersilakannya masuk.

Terlebih  beberapa kali Jungkook mengatakan bahwa dia sangat membenci wanita.

Meski begitu, menurut Seolbi, Jungkook adalah tipe ideal semua wanita.  Dia berpendapat demikian karena sudah sangat terlalu menyukai Jungkook dan rela menyerahkan tubuhnya demi memuaskan hasrat si lelaki yang seakan haus akan suara desahan.

Burning Desire [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang