14

76 9 0
                                    


Kiara berlari secepat mungkin menuruni beberapa undakan anak tangga lalu melintasi halaman rumah itu. tergesa-gesa ia membuka pagar lalu  tubuh kurus tanpa mengenakan alas kakinya segera berhambur menyusuri jalanan aspal bersusah payah. Ia panik ketika melihat Jungkook di belakang yang mengejarnya cepat sekali. Namun, sekilas ia melihat ada Jimin di turut menyusul kendati pria itu jauh tertinggal.

Kiara semakin takut. Ia berjuang mempercepat lajunya dengan tekad dapat melarikan diri dari neraka yang diciptakan Jungkook, yang ujung-ujungnya mungkin akan menghabisinya setelah menyiksanya sedemikian rupa.

Hingga ia tiba di ujung persimpangan, Kiara berbelok dan nyaris terjatuh. Ia menggigit bibirnya menahan pedih, 

Entah sudah seperti apa bentuk telapak kakinya yang terasa sangat perih kala tak sengaja menginjak beberapa kerikil-kerikil tajam. 

Melintasi tiang-tiang listik dan lampu jalanan yang menyala redup---berpendar seakan menyoroti dirinya yang  masih belum mau berhenti walau rasanya ia sudah sangat kesulitan menarik napas. Ia kelelahan, tungkainya mulai kehabisan tenaga . ia pun nyaris terjatuh lagi hingga orang-orang tampak heran saat berpapasan dengannya di terotoar itu.

Hingga akhirnya ia pun tiba di penyebrangan jalan dan memutuskan untuk menyebrang jalan sebelum lampu berubah warna. Berpikir bahwa hanya ini caranya dia bisa terhindar dari kejaran. Kiara berlari sekuat tenaga seakan menyebrangi jembatan yang menentukan nasibnya. 

Walau bertepatan dengan hal tersebut, sebuah mobil melaju sangat kencang lalu langsung menyambar tubuh Kiara. Kejadiannya sangat cepat hingga  tubuhnya terhempas ke kaca mobil hingga retak sebelum terguling-guling ke aspal dengan darah yang bersimbah dari kepalanya.

Kecelakaan beruntun sempat terjadi. Kehebohan yang mencengangkan pun dirasakan orang-orang saat sadar bahwa ada gadis mengenakan jeans serta kaus abu-abu yang tergeletak bersimbah darah di aspal itu. di antara gerimis yang telah turun sejak satu jam lalu.

Jungkook berhenti di tempatnya tak jauh dari tubuh Kiara tergeletak. Begitupula Jimin yang terkejut sampai-sampai matanya membulat sempurna. Napas keduanya sama tidak beraturan. Akan tetapi Jimin lebih dulu bertindak.

“KIARA!” teriaknya. Ia berlari menghampiri tubuh itu. sambil mengambil ponselnya dari saku untuk menelpon ambulans. Dilihatnya Jungkook mendekat selagi ia menghubungi rumah sakit dan berbicara di telepon. Lalu  memberitahu lokasi terjadi kecelakaan. Ia juga memeriksa dua orang terluka ringan lainnya yang ada di dalam mobil.

Sementara Jungkook telah berada di dekat Kiara. Tangan pria itu mengepal dan perlahan ia berlutut di aspal sambil tak lepas memandangi tubuh sang gadis yang sekarat. Gadis itu masih sadar dan dapat melihat Jungkook serta Jimin serta apa yang terjadi pada tubuhnya yang mati rasa.

Jungkook tampak syok. Ia hendak menyentuh wajah Kiara namun tiba-tiba Jimin menepisnya lalu mendorongnya menjauh sampai kedua tangan Jungkook turut menopang tubuhnya di belakang akibat dorongan itu.

Jimin berkata dengan tatapan tajam, “Jauhkan tanganmu. Aku tidak tau apa yang terjadi tapi aku tau ini mungkin dapat membuatmu mendekam di penjara.”

Jungkook langsung bergerak menarik serta mencengkram kerah baju Jimin. “Jangan ikut campur.”

Jimin mendesis geram. Sejak awal dia memang tak suka Jungkook. Sikapnya arogan.  Jungkook yang selalu dia anggap sebagai pria belum dewasa. Sikapnya menyebalkan.

“Bagaimana bisa aku tidak ikut campur jika melihat ada yang tidak beres? Kau pikir semua orang sepertimu jahatnya? Jangan asal menyentuhku dengan tangan kotormu.”  lalu dengan sekuat tenaga Jimin mendorong Jungkook lalu beralih memperhatikan keadaan Kiara.

Ia masih bernapas. Walau darahnya banyak sekali memerahi aspal.

“Bertahanlah, oke?” ujar Jimin sambil memegang tangan Kiara sampai tangannya sendiri ikut terkena darah yang mengalir dari kepalanya. Jimin tampak prihatin. Hatinya cemas bukan main. Mengabaikan Jungkook yang terpaku di sekitarnya.

Tak lama suara sirine ambulans pun datang. Para petugas pun langsung membawa para korban yang terluka ke rumah sakit. Terutama Kiara. Jimin ikut masuk ke dalam ambulans setelah tubuh sang gadis di tandu masuk. ia membantu petugas menutup pintu ambulans tepat di depan muka Jungkook.

***

Sekitar hampir enam jam sejak tubuh Kiara  dibawa keluar oleh dokter dari ruangan operasi dan kini  ia dipindah ke ruangan ICU dalam keadaan masih belum sadarkan diri. Jimin mengambil kesempatan itu untuk pulang agar ia bisa membersihkan dirinya karena sudah menunggu Kiara selama lima jam. Beberapa jam ia tertidur di ruang tunggu lalu terbangun sewatu operasinya selesai dan dokter keluar dari ruang operasi.

Kini ia sudah ganti pakaian: jaket kulit berwarna hitam senada dengan celana yang dia kenakan. Ia memeriksa keadaan Kiara yang kepala  dan kaki gadis itu sudah diperban. Banyak sekali luka lecet ditubuhnya.

Tadi dia sempat bertanya pada perawat bahwa Kiara sudah melalui masa kritis. Beberapa saat memperhatikan, Jimin akhirnya melihat Kiara perlahan tersadar. Kelopaknya bergerak-gerak hingga ia dapat melihat keberadaan Jimin yang menarik kursi untuk duduk di sampingnya.

“B-bos?” Kiara mengerutkan dahi. Suaranya sangat lemah.

“Iya, ini aku.” Jimin sendiri bingung harus mengatakan apa. Tapi dia senang Kiara mengenalinya. Kiara melihat sekitar. Rautnya tampak cemas. Dan Jimin sepertinya tau apa yang membuat Kiara begini. “Tidak ada dia di sini. jangan khawatir.”

“Dimana dia?”

“Maksudmu, Jungkook, kan?” tanya Jimin. dia benar-benar bingung. apa dugaannya salah?

Kiara mengangguk.

Lalu Jimin pun menghela. “Aku masih perlu menanyaimu soal hubunganmu dan Jungkook. karena aku berencana memberikan laporan ke polisi dengan dakwaan penganiayaan. Tapi … kondisimu sedang sangat tidak baik. Aku takut kau stres jadi istirahatlah. Jangan cemas. Aku tidak akan membiarkan Jungkook menemuimu.”

Kiara sangat berharap begitu. Kiara sungguh tidak ingin melihatnya lagi. Terlalu takut. Ia sempat melihat Jimin tersenyum kecil sewaktu kesadarannya menurun. Dan ia kembali tertidur sebab matanya sungguh sangat lelah dan mengantuk.

Sementara tanpa disadari, Jungkook memang sudah ada di sana. di depan ruangan Kiara sambil memperhatikan gadis itu. Jungkook baru bergegeas menjauh dari pintu dan bersandar di dinding sebelahnya setelah Jimin yang sebelumnya memunggunginya, tiba-tiba berbalik. Maka, Jungkook menunggu Jimin pergi. Namun, Jungkook kesal sebab Jimin tak kunjung keluar dari ruangan tersebut.

Jungkook mengumpat sewaktu ponselnya berdering di situasi yang menyebalkan ini. tapi firasatnya sudah tak enak saat dilihatnya nama orang yang tertera di gawainya adalah orang suruhannya.

Ia pun mendengus. Terpaksa menerima telepon tersebut dan kini melekatkan gawainya di telinga.

“Apa lagi kali ini?”

“Bos…” suara anak buahnya terdengar cemas. Jungkook mengernyit. “Apa kali ini cepat katakan.”

“Wanita itu berhasil melarikan diri.”

“Apa?!”

“Kami tidak bisa menemukannya dimanapun padahal kami sudah berusaha untuk---“ Jungkook langsung membanting ponselnya ke lantai hingga hancur. Lalu ia meninju dinding dengan wajah memerah. Kesal. Jungkook menjambak sejumpun rambutnya lalu bersandar di dinding dan perlahan merosot ke lantai.*)



Burning Desire [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang