11

77 9 0
                                    

Air  yang memenuhi bathup mulai tumpah ke lantai akibat volume yang disebabkan oleh keduanya.

Kini Jungkook memangku Kiara yang spontan saja bergelayut di leher sang pria  dengan bibir saling berpagut---ciuman mereka panas seperti bara api yang membakar adrenalin. Pasrah, Kiara seperti sudah menyerahkan hatinya pada Jungkook telak. Manakala ia tidak dapat menolak. Sewaktu Jungkook mulai menjamah tubuhnya yang sudah tidak mengenakan apa-apa dalam sebentar saja.

Perasaan rela Kiara membuatnya lupa bahwa ia masih belum pulih setelah adegan percintaan kemarin. Jungkook melepas pagutan selagi ia membuka kemeja serta celananya yang basah dan membuangnya ke lantai kamar mandi.

Ia memeluk punggung Kiara. Ciumannya turun menyusuri kulit sang gadis yang spontan memberikan akses. Kiara mencengkram pundak kokoh itu ketika bibir melumat dadanya bergantian, seolah ingin memakannya, seakan itu adalah benda kesukaannya.

Tanpa ampun pula Jungkook pun mulai membelah Kiara. Tidak ada ritme lembut yang dimainkannya. Membuat Kiara berulangkali memekik sakit di antara gerakan rusuh, menusuknya berulangkali, mengakibatkan semakin banyak air yang tumpah ke lantai kamar mandi. Air di dalam bathup turut bergelombang seakan sedang ada tsunami kecil di sana. Jungkook memegang erat-erat pinggul sang gadis dan mengggerakkannya sesuai inginnya tak peduli bahwa Kiara sedang sangat kesakitan menahan betapa keras Jungkook terus mengacaukannya labianya.

“Mppph … hhh…”

“Akh!” Kiara mencengkram pudak Jungkook saat pria itu meremas payudaranya kuat sekali lalu beralih menggulumnya, menghisapnya dan menggigitnya menimbulkan bunyi-bunyi decitan dari mulut Jungkook yang menggelikan. tanpa sadar air matanya mengalir dari sudut matanya kendati berbaur dengan air dari bathup.

Jungkook tak berhenti. Ia seakan tidak mau berhenti. Dilihatnya Kiara yang sudah sangat kelelahan dan sudah melakukan pelepasannya tadi.

Namun, Jungkook masih belum puas. Ia mengganti posisi menjadi berada di atasnya, dahi mereka berulangkali bersentuhan sewaktu Jungkook mulai menghujamnya lagi. Kiara mencengkram pinggiran bathup kuat-kuat kendati beberapa kali pegangannya tergelincir. Pandangannya dipenuhi oleh tubuh Jungkook yang menaunginya. Kiara dapat melihat bekas luka di tubuh kokoh tersebut. Di antara ngilu dan nikmat yang bersatu. Napas yang beradu, riak air yang berdecak, serta dorongan seolah tiada akhir.

Hingga sampai pada puncaknya. Keduanya kembali berpagut, dengan lidah saling bergumul sekian menit. Saliva berbaur, mengalir dari masing-masing bibir.

Keduanya berusaha mengatur napas setelah pergumulan hebat barusan.  Kiara memeluk punggung Jungkook dan mengecup pundak pria itu berulangkali.

Lantas saat Jungkook menatapnya, Kiara kembali meletakkan telapaknya pada paras tampan tersebut. Bulir-bulir air mengalir dari rambut dan wajahnya. Kacau. Mereka sama-sama kacau.

Menatap mata Jungkook, Kiara tergerak ingin melontarkan apa yang dirasakannya saat ini. Dia sungguh memuja, mengagumi dan berbahagia akannya. Atas dasar seluruh perasaan yang terkumpul di hatinya, yang seakan ingin meledak bersama debarannya tersebut, Kiara ingin mengatakan apa yang dirasakan hatinya kepada Jungkook. sejujur-jujurnya, dari relung yang terdalam.  

“Aku mencintai---“

Tau-tau Jungkook mengalihkan pandangannya lantas beranjak.

“Aku lelah. Kau mandilah sendiri. Aku akan keluar mencari udara segar.”

Lantas tubuh Adonis itu meninggalkannya sendirian dengan hati yang tercabik-cabik.

***
“Sial.”

Wooshik menghela. Jungkook memejam sambil menjambak poni. Tubuhnya tersandar di sofa rumah Wooshik.

Jika sudah begini, Wooshik sudah tau sekali Jungkook stress karena apa dan apa yang ingin dia luapkan. Pastilah karena gadis itu. Kiara.

Burning Desire [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang