08

121 15 0
                                    


Kiara takut.

Ia teringat tatapan Jungkook siang tadi. Juga sikapnya yang tidak pernah Kiara sangka-sangka akan begitu marahnya. Gadis itu berhenti di depan rumah sambil memandangi pintu. Ini sudah jam 10 malam. dan tadi sebenarnya, Jungkook berulangkali menghubunginya. Namun karena dia sibuk melayani pelanggan, jadilah panggilan dari Jungkook harus terabaikan. 

Cemas dalam dadanya membuatnya begitu ragu untuk masuk bahkan untuk sekedar mengetuk.

Kendati demikian, Kiara tetap meberanikan dirinya. di arahkannya kunci yang dia pegang ke pintu lalu setelah terbuka, ia pun masuk dan melangkah perlahan.

Suasana terasa biasa saja seperti sebelumnya. Ia pun kini berada di ruang tengah yang redup.

Terlalu sunyi. Kiara pun melanjutkan langkahnya menuju kamar. Walaupun dia hampir terlonjak ketika mendengar suara dentingan gelas  yang pecah diiringi debaman dari arah dapur.

Kiara langsung menoleh dan melihat sosok Jungkook terkulai di lantai. Seketika ia panik lantas segera menghampiri tubuhnya. Dipangkunya kepala Jungkook sambil menepuk-nepuk pipinya.

“Jung! Jungkook! hey, apa yang terjadi? Jungkook!”

“Eng…” Jungkook mengerang sambil berusaha membuka matanya.

Kiara memeriksa dahinya dan terkejut lantaran suhu Jungkook yang sangat panas. “Kau demam.”

“Kiara…” panggil pria itu sambil beringsut memeluk perut sang gadis yang kalut. Wajahnya tersembunyi di sana sehingga Kiara merasakan suhu napas Jungkook yang berembus panas.  “Aku kesepian. Kenapa pulang lama sekali?”

“Kita harus ke kamarmu dulu. kau demam,” ujar Kiara. Dipegangnya lengan Jungkook yang berotot itu. Kiara berusaha mengangkatnya, namun tubuh Jungkook berat sekali. “Jung, jangan di lantai. Ayo.”

Jungkook pun perlahan menurut saat dia diajak berdiri dan berjalan menuju kamar. Dengan susah payah Kiara membawanya dan meletakkannya di ranjang sesampainya di kamar.

Walau begitu Kiara terkejut saat Jungkook menariknya ikut berbaring. Sampai-sampai tubuhnya turut memantul di kasur selagi Jungkook memeluknya erat sekali.

Seketika suhu panas Jungkook menempel dan terasa sekali di tubuhnya. Seakan Jungkook ingin menyalurkan panas tubuhnya untuk Kiara juga.

Sangat ketat. Mati-matian Kiara berusaha menjauhkan jarak mereka. Tapi dia heran, walaupun sakit, tenaga Jungkook benar-benar masih sangat kuat.

Wajah mereka dekat sekali. hampir tiada sekat sehingga napas mereka bersahut-sahutan. Sehingga Kiara dapat membaui aroma napas Jungkook yang berbau alkohol.

Lama sekali Kiara membiarkan posisi itu sampai rasanya dia sudah sangat berkeringat karena kepanasan dipeluk sangat erat. Belum lagi jantungnya yang berdebar tak karuan.

“Jung?”

Jungkook hanya menggumam.

“Jungkook.”

“Apa?”

“Kau demam.”

“Lalu?”

“Kau harus minum obat.”

“Aku tidak butuh obat.”

“Terus?”

“Aku butuh Kiara.”

“Aku kan bukan obat.”

“Bagiku kau obatku.”

Kiara tidak percaya akan ada percakapan seperti ini. rasanya cukup menggelikan.

Burning Desire [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang