30

289 19 0
                                    

Saat masa ujian telah berlalu, Jeongwoo kini hanya bisa menunggu dengan gelisah hasil pengumuman peringkat paralelnya. Posisi yang diharapkannya tak lain adalah peringkat satu hingga tiga, yang akan membawanya mendapatkan beasiswa penuh serta kebebasan untuk memilih universitas dan jurusan yang diinginkannya. Namun, dalam menunggu hasil tersebut, gelisah tak henti mengusik pikiran Jeongwoo, meruntuhkan ketenangannya.

Untuk sedikit meredakan kegelisahannya, Jeongwoo memutuskan untuk kembali ke panti asuhan, tempat yang telah menjadi saksi banyak kenangan berharga baginya. Di sana, ia bertekad untuk bertemu kembali dengan Rowoon, anak mungil yang telah menarik perhatiannya pekan lalu. Dengan penuh kekhususan, Jeongwoo memohon izin pada Suyeon untuk mengajak Rowoon keluar bersamanya, bermain dan menjelajahi dunia di luar bersama-sama.

“Halo, Rowoon! Apa kabar? Masih ingat kakak?” Dengan ceria Jeongwoo menyapa Rowoon yang setia memeluk boneka kelinci yang diberikannya pekan lalu.

“H-Halo.. Kak Jeongwoo..” balasnya dengan malu-malu. Mata bulat Rowoon menatap Jeongwoo dengan begitu polos.

Jeongwoo tersenyum lembut melihat kepolosan dalam mata Rowoon. “Ayo, Rowoon. Aku punya ide! Bagaimana kalau kita pergi keluar hari ini? Kita bisa bermain di taman atau mungkin mencicipi bungeoppang favoritmu!”

Rowoon tersenyum malu-malu, tapi ekspresinya penuh antusiasme. “B-Benarkah, Kak Jeongwoo? Aku senang sekali!”

Jeongwoo mengangguk. “Tentu saja! Ayo segera siap-siap. Kita akan membuat hari ini menjadi hari yang menyenangkan!”

Dengan gembira, Rowoon melepaskan pelukannya pada boneka kelincinya dan menggenggam tangan Jeongwoo dengan antusias. Mereka berdua pun bergegas meninggalkan panti asuhan, siap menjelajahi dunia di luar bersama-sama. Suyeon mengiringi kepergian Jeongwoo dan Rowoon dengan senyumnya.

Saat bis meluncur menuju pusat kota, Rowoon duduk di samping jendela, matanya tak pernah lepas memandangi pemandangan yang berlalu begitu cepat di luar jendela. Betapa antusiasnya wajahnya, tercermin dari kilauan mata yang memancar dan senyum yang tak lekang dari bibirnya. Jeongwoo merasa hangat melihatnya, membiarkan kegembiraan Rowoon meresap ke dalam hatinya.

Jeongwoo berharap bisa memberikan perlindungan dan kasih sayang kepada Rowoon, bahkan jika itu berarti mengadopsinya atau menjadikannya adik angkatnya. Namun, bayangan tentang reaksi Ayahnya menghalangi langkah-langkahnya. Jeongwoo tahu bahwa Ayahnya mungkin tidak akan menyetujui keinginannya.

“Woah..” seru Rowoon, memecah lamunan Jeongwoo. Jeongwoo menyadari bahwa Rowoon sedang memandangi sebuah gedung Mall yang cukup besar di tengah Kota itu. Sepertinya Rowoon tertarik dengan Mall itu?

“Rowoon, tahukah kamu apa itu?” tanya Jeongwoo, dan Rowoon hanya menggeleng, menunjukkan bahwa dia tidak tahu.

“Itu disebut Mall,” Jeongwoo menjelaskan dengan antusias. “Di dalam gedung itu, kamu bisa menemukan segalanya, tempat untuk berbelanja, makanan lezat dari berbagai macam tempat, bahkan tempat bermain juga ada di sana.”

“Wah.. benarkah? Rasanya tempat itu menyenangkan,” Rowoon berkata.

“Tentu saja! Karena kita akan segera pergi ke sana,” Jeongwoo menjawab.

“Yaay! Asik!” Rowoon bersorak gembira, dan tanpa sadar, tangannya yang mungil menggenggam tangan Jeongwoo saat mereka turun dari bis.

Mereka berjalan beriringan menuju pintu masuk Mall, Rowoon masih terlihat sangat antusias. Jeongwoo tersenyum melihat semangat Rowoon, merasakan kebahagiaan anak itu membawa kehangatan dalam hatinya.

Setibanya di dalam Mall, Rowoon tampak takjub melihat segala sesuatu di sekitarnya. Matanya bersinar-sinar saat melihat berbagai macam toko dan keramaian pengunjung. Jeongwoo menggandeng tangannya lebih erat, memastikan Rowoon tidak tersesat di antara kerumunan.

[✓] Querencia | Hajeongwoo ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang