"Querencia" adalah tempat di mana jiwa merasa betul-betul di rumah, di mana setiap sudut mengembalikan kenangan manis, dan di mana hati merasa damai dalam kehangatan yang diberikan oleh kenangan lama dan harapan baru.
Watanabe Haruto ♡ Park Jeongwoo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dengan penuh rasa gugup dan tegang Jeongwoo berdiri di hadapan pintu ruang kerja Sang Ayah yang ada di rumah sambil memegang satu kertas hasil ujian yang sudah dia lakukan selama satu minggu penuh tekanan itu. Tapi berkat hasil dari belajar kerasnya Jeongwoo bisa berhasil mendapatkan nilai dan peringkat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Kini Jeongwoo mendapatkan peringkat ke-2 dalam kelas dan peringkat ke-5 untuk peringkat satu angkatan, dan kalian tahu siapa yang mendapatkan peringkat pertama untuk satu angkatan? Yup, kalian benar jika menebak Haruto. Jeongwoo masih kagum dengan prestasi yang Haruto dapatkan selama ini, dia beberapa kali mendapatkan peringkat satu untuk satu angkatan dan kini ia mendapatkannya lagi.
"Kapan ya aku bisa mendapat peringkat pertama?" gumam Jeongwoo tanpa sadar.
Pintu terbuka tiba-tiba menampilkan sosok pria tinggi yang masih rapi dengan setelan jas hitam biru gelapnya. Jeongwoo relfeks mundur beberapa langkah saat sosok itu menangkap matanya saling bertatapan.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Sang Ayah.
"Eoh? Eum.. i-ini, anu..." Jeongwoo tergagap karena terlalu gugup takut dengan reaksi yang Ayahnya akan berikan tentang nilainya kali ini, walaupun kali ini nilai dan peringkatnya bisa naik tapi rasanya tetap saja takut dan gugup. Jeongwoo tidak tahu apa yang akan Ayahnya pikirkan tentang dirinya nanti.
"Itu kertas hasil ujianmu?" tanyanya setelah pria itu melirik sekilas pada kertas yang ada pada genggangam tangan mungil Jeongwoo. Pemuda manis itu mengangguk pelan sambil menyerahkan kertas hasil ujiannya pada Sang Ayah.
Ayah Jeongwoo mengambil kertas itu dan membaca hasil ujian pemudanya dengan teliti. Jeongwoo menundukkan kepalanya tidak berani menatap mimik wajah Sang Ayah yang sedang membaca hasil ujiannya.
"Ini." ucapnya sambil menyerahkan kembali kertas itu pada Jeongwoo lalu berlalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun pada Jeongwoo. Pemuda dengan rambut coklat itu akhirnya bisa bernapas lega. Jika Ayahnya bereaksi seperti itu tandanya ia baik-baik saja dengan nilai yang Jeongwoo miliki saat ini.
Walaupun sudah terbiasa dengan sikap Ayahnya yang seperti itu tidak bisa dipungkiri kalau Jeongwoo benar-benar ingin merasakan lembutnya sentuhan tangan Ayahnya yang membelai wajah dan kepalanya dengan senyum merekah di wajahnya. Hampir setiap malam hingga saat ini Jeongwoo membayangkan hal itu bisa terjadi padanya, tapi sudah sangat lama impian kecil itupun tidak pernah Jeongwoo dapatkan.
***
Senin pagi yang cerah hari ini di stasiun kereta yang penuh dengan ramainya orang-orang Haruto masih setia berdiri tegap menanti pemuda yang cerewetnya minta ampun agar ia diperbolehkan ikut apabila dirinya bisa mendapat libur dan akan pulang ke kampung. Tapi kereta yang akan di naikinya kurang dari lima menit lagi akan berangkat namun Jeongwoo masih belum nampak juga batang hidungnya.