"Querencia" adalah tempat di mana jiwa merasa betul-betul di rumah, di mana setiap sudut mengembalikan kenangan manis, dan di mana hati merasa damai dalam kehangatan yang diberikan oleh kenangan lama dan harapan baru.
Watanabe Haruto ♡ Park Jeongwoo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Haruto!" pekik Jeongwoo tidak percaya saat melihat Haruto sudah berkeliaran keesokan harinya. Haruto hanya memandang Jeongwoo sekilas dengan tatapan malasnya lalu mencoba mengabaikannya.
"Kau ini tidak pernah mendengarkan perkatan orang lain ya?" ucap Jeongwoo mengikuti Haruto dari belakang.
"Aku tidak bisa terus berdiam diri di rumah sakit seperti itu. Aku harus bekerja"
"Dengan keadaanmu seperti ini?"
"Aku sudah lebih baik"
"Benarkah?"
Haruto tiba-tiba berhenti melangkah dan berbalik membuat Jeongwoo tidak sempat menghentikan langkahnya membuat jarak yang sangat sedikit diantara mereka. Wajahnya tepat di depan tatapan tajam milik Haruto itu. Jeongwoo meneguk ludahnya gugup.
"Aku bahkan bisa melemparmu dari sini ke rumahmu sekarang juga" ucapnya dengan nada rendah. Napasnya hangatnya menerpa wajah mulus Jeongwoo membuat darahnya berdesir panas.
"Ouhhh!" Jeongwoo tersadar akhirnya segera mendorong tubuh Haruto menjauh darinya.
"Ja-jangan dekat-dekat seperti itu. Nanti aku ketularan sakitmu" gerutunya.
"Bagus kalau kau mengerti. Kalau begitu jangan dekati aku lagi supaya kau tidak tertular penyakit orang melarat ini"
"Astaga..." ucapannya benar-benar menusuk ke dalam ulu hati Jeongwoo. Meskipun begitu Jeongwoo masih tetap Jeongwoo. Dia sudah kebal dengan segala kata-kata tajam yang Haruto lontarkan padanya setiap saat.
"Hei, tunggu!" Jeongwoo mengejar Haruto dan menghadangnya.
"Apa?"
"Ini" Jeongwoo menyerahkan sebuah salinan catatan materi pelajaran hari ini. Jeongwoo tahu kalau Haruto akan membutuhkan catatan pelajaran itu karena sebentar lagi sudah hampir ujian tengah semester.
Haruto terdiam menatap catatan itu seperti ingin menerimanya namun enggan rasanya. Alhasil Jeongwoo menarik tangan Haruto agar yang lebih tua menerimanya. Haruto menghela napas dan sorot matanya kembali menghangat.
"Terimakasih. Akan aku gunakan dengan baik" ucapnya datar tapi tidak terkesan dingin seperti biasanya.
"Sama-sama"
"Lalu..." ucapannya menggantung lalu Haruto merogoh sesuatu di dalam tasnya.
"Ini" Haruto menyerahkan sebuah amplop putih dan Jeongwoo malah refleks menerimanya. Jeongwoo memandang Haruto curiga lalu membuka isi amplop itu dan benar saja isinya adalah sejumlah uang, banyak.