Paula menarik napas sebentar lalu memasuki ruangan Kepala Sekolah. Jarinya memilin-milin berusaha menghilangkan ketakutan dalam dirinya.
"Kamu, Paula, ya? Murid baru yang sudah bisa menyogok satpam ke KFC. Wow. Saya tidak bisa membuat surat pernyataan kamu ke guru BK. Tapi, saya akui kamu mempunyai mental yang kuat. Padahal bapak kamu seorang abdi negara, tapi kamu bisa menyogok. Hahaha. Jangan-jangan-"ucap Pak Hendri yang dihentikan oleh Kepala Sekolah.
"Dia adalah murid baru, Hendri. Bisa kah kita bicarakan baik-baik? Kalau kamu tidak bisa, keluar saja."tegas Kepala Sekolah memelototi Pak Hendri.
Pak Hendri pun tampak gusar mendengar ucapan kepala sekolah. Beliau pun meninggalkan ruangan kepala sekolah.
Paula menundukkan kepalanya sejenak. Ia tidak tau kalau hal kemarin bisa fatal.
"Nak Paula, duduklah. Santai saja. Saya hanya mau menasehati."ucap Kepala Sekolah sembari mempersilahkan Paula duduk.
"Begini, Nak, kamu pasti tau apa kesalahan kamu, kan?"tanya Kepala Sekolah dengan lembut. Membuat Paula sedikit tenang. Paula pun menganggukkan kepalanya.
"Bapak harap kamu jangan terlambat lagi. Dan jangan menyogok, ya? Itu saja. Silahkan kamu balik ke kelas. Jadilah murid yang baik."lanjut Kepala Sekolah.
Paula tersenyum senang lalu meraih tangan Kepala Sekolah. Setelah menyalaminya, ia pun berjalan ke kelasnya.
Dengan hati yang riang, tanpa sadar membuat seorang lelaki ikut tersenyum melihatnya. Lelaki itu pun mendekati Paula.
"Hai, Bakpau."serunya sembari mengikuti langkah kaki Paula. Paula merasa terheran sekaligus jengkel karena dipanggil Bakpau.
Ia pun menghentikan langkahnya dan memerhatikan lelaki di sampingnya.
Paula meneguk ludahnya melihat lelaki itu. Sebegitu tampan dengan kulit yang sangat putih dan mata yang sedikit sipit. Bibirnya yang kemerahan dan hidungnya yang mancung mengingat kan Paula akan aktor China yang diidolakannya. Siapa lagi namanya? Li. Li. Li. Ah. Siapa ya nama artis China itu?
"Kamu lupa, ya? Namaku GAMA. Cowok yang kemarin di lapangan basket."seru Gama sembari tersenyum manis.
Oh iya, dia yang kemarin.
Paula merubah mimik wajahnya. "Lalu, kenapa memanggilku Bakpau?"
Gama mengejar langkah Paula yang sedang menjauhinya. "Kemarin aku dengar ada yang memanggilmu, Pau? Masa aku panggil Pau Pau Pau?"
"Ya enggak bakpau juga. Itu 'kan roti."sanggah Paula sembari memegangi kedua pipinya yang menghangat.
Gama terkekeh, "Pipimu itu loh kayak roti bakpau."
Paula memutar bola matanya, ia dengan cepat berlari menjauhi Gama. Sontak, Gama tertawa renyah memandanginya.
"Lagian, aku cuma mau bilang. Kalau aku suka roti bakpau."gumamnya lalu memutar badannya.
°°°
"Cie.."goda Raisya sembari memerhatikan Paula yang baru masuk kelas.
"Apa sih, Icha?"balas Paula lalu duduk ke kursinya. Ia sangat malas kalau harus dikaitkan oleh seorang lelaki.
"Eh tunggu dulu, itu kayaknya tetangga aku, kan? Kok bisa kamu dekat sama dia? Aku aja yang udah lama di situ boro-boro disapa, dilirik aja enggak."celetuk Raisya sembari memerhatikan wajah Paula.
"Iya, aku juga baru tau itu tetangga kamu. Aku nggak dekat kok sama dia. Kamu tau sendiri 'kan resikonya."sahut Paula lalu menerima dengan lapang dada kenyataan pahit dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI ATAS LANGIT BIRU
Teen FictionKetika cinta dan cita menyatukan kita dari keluarga yang berbeda