03 : SIAPA DIA

6 2 0
                                    

  Semakin hari Gama semakin mendekati Paula. Paula yang enggan menanggapi Gama pun sudah capek berbicara menggunakan bahasa manusia.

Sepertinya lelaki seperti Gama ini tidak boleh disikapi dengan baik. Itulah yang Paula pikirkan tentang Gama.

Raisya pun tidak tanggung-tanggung membantu Paula. Ia tau konsekuensi yang akan didapati oleh sahabatnya.

Seandainya saja orang tua Paula seperti orang tua lain, mungkin akan lain juga ceritanya.

Hanya seandainya.

Rara menggenggam setangkai bunga mawar di tangannya dengan erat. Bukan hanya dipegang, bahkan ia meremasnya dengan hati yang hancur.

Rara melangkahkan kakinya gontai menghampiri meja belajar Paula. Matanya memicing sembari sedikit berpikir.

Apa yang sebenarnya Kak Gama suka dari kamu sih, Pau?

"Nih, makan tuh bunga!"bentak Rara sembari melempar bunga itu ke wajah Paula.

Paula menggosok dadanya berusaha sabar dengan perlakuan Rara kesekian kalinya.

"Emang anjing ya kamu, Ra! Kalau nggak suka ya dibuang aja bunganya!!"teriak Raisya sembari bangkit dari duduknya.

Kini perhatian kelas ada pada mereka bertiga. Banyak yang berbisik sampai membuat Paula tidak tahan lagi. Ia pun memutuskan untuk keluar kelas sejenak.

"Pau, kamu mau kemana?"tanya Raisya khawatir, namun si empu enggan berbalik atau menjawab sepatah kata pun.

Bruk!

Paula dan Gama saling bertabrakan di depan kelas. Untung saja Paula tidak jatuh ke belakang.

Ya, untungnya Gama cepat menahan pinggang Paula.

Deg!

Deg!

Deg!!

Hati Paula berdesir hebat. Mata indah milik lelaki itu mampu mengunci pandangannya. Namun, Paula buru-buru melepaskan diri.

"Kok dilepasin?"protes Gama cemberut.

"Kamu pikir ini di klub? Ini sekolah. Sadar!"balas Paula sengit. Ia kemudian berjalan cepat menjauhi Gama.

Gama semakin semangat untuk mendekati Paula. Baginya, Paula sangat berbeda dengan gadis-gadis lain. Di saat semua siswi berusaha mendapatkan dirinya, hanya Paula yang menolak.

Satu poin untukmu, Bakpau! Akan kukejar kamu sampe depan penghulu!

Abdi dan Nazar menghampiri Gama. Mereka berdua keheranan mendapati muka Gama yang lagi mesem-mesem.

"Kenapa lagi, Gam? Jatuh cinta lagi?"celetuk Abdi yang paham isi otak sahabatnya itu.

"He'em, Di. You know lah. Paling kalau udah dapat mahkota dari si cewek itu juga pasti ditinggalin. Macam yang ono ono."sahut Nazar.

Tak!

Gama dengan wajah polosnya setelah menjitak kepala Nazar. "Yang ini kayaknya beda."

Abdi mendekatkan telinganya, "Apanya yang beda?"

Nazar masih tidak terima dengan jitakan Gama, namun ia ikut nimbrung mendengar obrolan mereka.

"Beda, bro. Kayak ada sensasi mint gitu."jawab Gama segera meninggalkan mereka berdua.

Abdi dan Nazar hanya tepuk jidat mendengar omong kosong miliknya.




 
    °°°




DI ATAS LANGIT BIRU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang