MPTA || 32. Musibah

906 66 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Lelah mu akan terbayarkan, do'a yang selalu kamu langitkan akan Allah balas, tenang saja. Hanya butuh kesabaran untuk itu semua.
— Ira_Lskr

— Ira_Lskr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Setelah Huma keluar dari rumahnya dan membereskan beberapa bajunya yang masih tersisa. Saat ini Huma berada di sebuah taman untuk menenangkan hatinya, sesekali air matanya mengalir begitu saja.

Wajah yang sendu seketika tersenyum teduh ketika Huma melihat seorang wanita, yang tengah duduk di sebuah bangku dengan pakaian syar'i dan kain penutup wajah yang menutupi sebagian wajahnya. Hatinya merasakan damai ketika melihatnya. Ingin menghampiri tetapi Huma takut.

Huma merogoh saku baju nya dan mengeluarkan ponselnya.

"Halo assalamu'alaikum."

"Iya Hum wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarakatuh. Ada apa?"

"U-ura."

"Kenapa Hum? Kok kayak nangis? Jangan bikin gue panik."

Terdengar suara grasak-grusuk dari sebrang sana.

"Saya di usir."

"HA?! KOK BISA?!"

"Say—"

"Tenang ya Hum, tenang. Sekarang lo ada di mana?"

"Saya di taman—"

"Oke sekarang lo diem di situ, gue susul sekarang."

"T-tapi —"

Belum sempat Huma berbicara tetapi sambungan telpon itu dimatikan begitu saja oleh Ura, membuat Huma berdecak pelan.

"Bang, Huma kangen. Mau tinggal sama Abang aja," parau Huma dengan mata yang terus menatap wanita bercadar tersebut.

Setelah beberapa menit ditunggu, akhirnya Ura datang dengan berlari ke arah Huma.

"HUMA!" teriak Ura seraya memeluk Huma dengan erat.

My Promise To Allah [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang