MPTA || 75. Nggak Mau Ngalah!

1.1K 73 30
                                    

— بسم الله الرحمن الرحيم —

— اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Punya saudara sedarah itu ngeselin, tapi kalo dia pergi jauh aku malah rindu.

— Syaza Aslam

— Syaza Aslam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Lho kenapa nangis?" tanya Umi Fatimah seraya terkekeh karena ketika sudah membuka pintu, ia melihat putranya yang sedang menangis di pelukan sang istri.

"Nggak tau, umi," jawab Huma mengelus punggung Bintara.

"Lepas dulu pelukannya, jangan nangis," bisik Huma tetapi Bintara malah menggelengkan kepalanya.

"Udah gede masih nangis," sindir Abi Khalil lalu tertawa.

"Abi nggak diajak!" pekik Bintara sembari mengeratkan pelukannya, Bintara masih kesal dengan abinya jika ia mengingat mimpi itu.

"Nggak boleh gitu," tegur Huma dengan lembut.

"Nak? Kenapa bohong?" Umi Fatimah memandang Huma dengan pandangan sendu, walaupun umi Fatimah sedikit kecewa tetapi ia memilih untuk tidak menghiraukannya. Karena mungkin, Huma memiliki alasan.

"Umi.." panggil Huma dengan lirih.

"Iya nak? Cerita aja nggak papa," ucap Umi Fatimah seraya berjalan ke arah Huma.

"Huma bohong karena ada alasannya, sesudah bangun dari koma Huma memang nggak amnesia. Huma memilih bohong karena Huma nggak mau jadi penghalang untuk Aa' Mumtadz buat nikah lagi—"

"Sa-sayang—"

"Diem A'," sela Huma yang membuat Bintara kicep.

"Huma bohong karena Huma mau Aa' Mumtadz nikah lagi, biar bisa punya anak. Mangkanya Huma mikir, kalo Huma lupa sama semuanya pasti Aa' bisa nikah sama Ning Arum. Tapi nyatanya enggak, Huma malah bikin orang-orang malah makin repot. Maafin Huma, Umi, Abi," lirih Huma dengan mata yang berkaca-kaca

Huma berpura-pura amnesia karena ia ingin Bintara menikah dengan Ning Arum dan bisa memiliki anak. Jika ia tidak lupa, maka Bintara akan lebih susah untuk dibujuk tetapi ternyata semuanya sia-sia karena Bintara tetap kekeh tidak ingin menikah dan membagi cintanya.

"Tapi apa, sayang? Bohong kamu itu sia-sia, apapun yang terjadi aku nggak akan pernah menduakan kamu." Bintara mengangkat kepalanya dari ceruk leher Huma sembari menghapus air matanya, wajahnya terlihat sangat sembab sekali membuat Huma gemas.

"Maafkan Abi, ya nak. Karena Abi sudah memaksa suami kamu, mulai sekarang Abi akan terima keadaan," timpal Abi Khalil, sungguh ia menyesal karena secara tidak langsung ia telah menyakiti dua hati sekaligus.

My Promise To Allah [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang