08 | kiss it better

3.2K 234 37
                                    

"Gimana kuliah kamu?"

Alkana memperhatikan anak pertamanya yang tidak merasa terpanggil dengan pertanyaannya. "Zello, kamu dengar ayah."

"Seperti biasa," jawab Zello seadanya. Memang tidak ada yang berarti dari kegiatan kuliahnya, selain bertemu si perempuan galak.

"Kamu nggak bikin masalah?"

Zello tak merasa perlu menjawab yang satu itu. Semua yang dilakukan Zello di kampus pasti bisa ayahnya ketahui dengan mudah tanpa perlu repot-repot bertanya. Jika Zello punya Elio yang selalu bisa diandalkan, maka Alkana punya Damar—anak dari Ardi, salah satu orang kepercayaan Antrasena yang sudah mengabdi bertahun-tahun lamanya.

"Zello nggak punya geng-geng nggak jelas yang bawa pengaruh negatif kayak kamu waktu muda dulu, jadi kamu nggak perlu tanya itu." Beryl membela anak pertamanya.

Suasana meja makan yang dihuni 4 anggota keluarga itu begitu hening setelahnya, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring yang mendominasi.

"Kamu masih ngeband?" Alkana masih melempar pertanyaan.

"Ngapain si nanya terus," sambar Beryl.

Alis Alkana menukik. "Kenapa kamu yang kesal, sayang?"

"Masih, Yah." yang akhirnya Zello jawab tanpa pikir panjang.

"Kalau mengganggu konsentrasi belajar kamu, lebih baik nggak perlu ngeband dulu." kalimat seperti itu sudah diduga akan disampaikan Alkana, meskipun di meja makan yang seharusnya mereka semua sedang nikmat-nikmatnya melahap hidangan.

"Nggak sama sekali, Yah. Jangan larang hobi aku," tegas Zello.

"Prestasi akademik saat ini akan lebih menguntungkan kamu nanti didunia kerja dibanding lagu-lagu yang kamu mainkan bersama anggota band kamu."

"Aku tahu, Yah." Zello ingin menyudahi sesi makan ini saja rasanya.

"Dan lagi, jangan terlibat hubungan dengan wanita kalau kamu belum dewasa dalam menyikapinya." Zello merasa itu sindiran, tetapi Zello tak menghiraukan. Memilih untuk menghabiskan makanannya dan pamit pergi ke kamar.

"Alka, please." Beryl bicara saat Othello juga memilih masuk ke kamar karena memahami situasi yang dingin.

"He killed someone again. Karena alasan yang sama, sayang. Mau sampai kapan?"

Beryl mengikis jarak, sedikit terkekeh sinis. "Kamu lupa kalau dia anak kamu, seharusnya kamu paham darimana sifat buruk seperti itu ada sama Zello."

Alkana terdiam, sebab jauh dari lubuk hatinya ia membenarkan. Meski logikanya menyangkal dan menginginkan anaknya bisa lebih baik darinya, apalagi urusan wanita.

✰✰✰

Ada beberapa alasan yang masuk akal kenapa Floryn dan Chiara makin dekat, sampai-sampai Floryn merasa Chiara sudah pantas disebut temannya atau sahabatnya, mungkin.

Pertama, karena mereka satu fakultas dan satu angkatan pula. Berkali-kali berada di kelas yang sama sesuai jadwal mata kuliah masing-masing, mengharuskan mereka bertemu setiap saat.

Kedua, karena Chiara ternyata setulus itu. Memang tak bisa dinilai dengan hanya beberapa interaksi semata, tetapi Floryn mulai menyadari bahwa diantara yang lain, Chiara yang paling positif dan tak pernah berpikir buruk padanya.

TACHYCARDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang