Happy reading all~!
\(^o^)/Sekarang pukul empat pagi, waktu yang tepat untuk melaksanakan sholat subuh dan meminta permohonan untuk diberikan kebahagiaan, keselamatan, kesehatan agar bisa menjalankan hari ini sebaik mungkin.
Sera baru saja melipat mukenanya dan hendak pergi ke dapur membuat sarapan sebelum teriakan kecil menyadarkannya.
"Ibu..!"
Sera mengerjap beberapa saat, itu suara Bumi. Memanggilnya dari kamar mandi di dalam kamar tidurnya.
Astagah! Sera ternyata lupa kalau anak itu sedang buang air besar.
Sera berlari mendekat, terlihatlah Bumi yang menggigil di atas closet duduk. Matanya yang masih menatap sayu tanda mengantuk juga terlihat sangat jelas.
Maafkan Sera, ia lupa.
"Ibu.. dinin.." Bumi berucap lirih.
Tubuhnya sudah membiru akibat terlalu lama di dalam kamar mandi, apalagi subuh-subuh begini.
"Ya ampun, sayang.. maafkan ibu," Sera cepat-cepat memandikan Bumi dan memakaikannya baju.
Banyak anak panti yang sudah bangun ketika Sera memandikan anak itu. Karena mereka mandinya bergantian, jadi siapa cepat dia dapat.
Bumi sudah hangat sekarang, dengan lapisan 2 baju, kaos dan sweater. Bumi sudah siap untuk sarapan.
Di meja makan, semua sudah duduk rapi. Tinggal Bumi saja yang belum berada di sana.
Caka tersenyum kecut ketika anak panti membicarakan Bumi secara blak-blakan.
"Caper nggak sih? Dia nempel mulu sama ibu, dikira kita juga ga butuh ibu apa?" Esppa mengeluh.
Disampingnya, Ratu ikut mendesah pelan.
"Iya nih, nyebelin banget! Udah bikin kakak meninggal masih suka caper, dasar nggak tahu diri," timpal Ratu.
Caka yang sejak tadi membuka telinga untuk mendengar pun lebih tersenyum lagi, terpaksa.
Sebenci itu ya? Sama Bumi.. Bumi masih kecil waktu itu.. batin Caka.
Bumi datang dengan Sera. Mereka memakan makanan itu dengan khidmat akhirnya, tanpa harus ada yang berceloteh.
Pukul setengah tujuh pagi.
Semua sedang bersiap berangkat sekolah, termasuk si kecil Bumi.
"Ibu.. Bumi belangkat dulu.." ucapnya seraya salam.
"Nono juga!!" Sahut Nono disampingnya.
Sera mengangguk, "belajar yang rajin oke?"
"Hum!" Mereka serempak mengangguk, rambut lebat itu berayun-ayun saat mereka mengangguk.
"Yaudah, itu bis sekolahnya udah mau berangkat.. cepat lari.." ujar Sera.
Mereka berlari mendekat ke arah bis sekolah yang sudah menunggu di depan panti.
Terlihat, si kecil Nono melambaikan tangannya di balik kaca.
"Dadah.."
~•🌍•~
Sera telah selesai membereskan rumah besar ini sendirian. Baju baju sudah tertata rapi di jemuran belakang rumah, lantai sudah mengkilat bersih, baju di keranjang sudah ia habis setrika.
Sejenak, ia menghela napas panjang.
"Hah... Selesai," gumamnya seraya merebahkan diri pada sofa.
"Pneumonia.. pneumonia.. apa ada alasan mengapa Bumi terkena penyakit itu?" Lagi-lagi dirinya bergumam yang hampir tidak dapat di dengar.
"Rasanya.. aneh,"
"Sudahlah! Yang perlu dipikirkan adalah, uang yang harus aku dapat untuk pengobatan Bumi.." potongnya cepat.
"Dari mana aku bisa mendapatkan uang yang banyak?"
Sera asik berenang dalam pikirannya, rumah yang sedari tadi hening bertambah hening. Benar-benar tidak ada suara sama sekali.
"Walaupun panti ini tergolong mewah, tetap saja.. tidak mungkin kan? Aku menggunakan uang panti semuanya untuk pengobatan Bumi.."
"Atau, apa aku perlu bicara dengan Tuan Arta?"
"Tidak-tidak, si Yuna pasti akan ikut.. malasnya.."
Sera terdiam kembali. Apa ada cara? Tolong bantu dia.
♪°♪
Annyeong!!
Halo aunty en uncle kesayangan Bumi..!
Kayaknya udah lama ya, Sybill ga update lagi..
Sybill sebenernya ga sibuk sih, malahan kosong melompong, ga ada tugas sama sekali. Cuma ga ada ide buat bikin lanjutan.
Ayam sori aunty uncle..
Sybill buat ini ngebut, selesai halaqah pagi langsung update. Jadi maklum ya pendek..
Mianhae..
Ok, segitu dulu, selamat membaca😘
Jangan lupa vote dan komennya..
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY BUMI
Randommembantu ibu panti menjemur pakaian, mencuci piring kotor, menjaga adik-adiknya, ikut berjualan, bukankah itu sudah dikatakan hebat bagi anak seusia bumi? Lantas, mengapa tidak ada yang mengadopsinya? Bumi juga ingin seperti adik dan kakaknya yang m...