"Yang milih lagu ini siapa, sih?"
"Aku, Coach."
"Ciptaan Sammy, kan?"
"Betul."
Guru vokal pria bertubuh gemuk itu manggut-manggut di belakang keyboard-nya, di dalam studio musik serba biru. "Kalau lihat timbre* kamu, memang lebih cocok ke jazz, RnB, atau sekalian folk, sih, Rhe. Bukan ballad yang banyak akrobatik** gini. Tapi secara teknis sekarang kamu udah oke, kok. Buktinya naik dua juga bisa. Dan suaramu itu udah berkarakter banget. Masalahnya mungkin... cuma ketenangan. Karena punya teknik apapun kalau kita nggak tenang, udah pasti jantung berdetak lebih kencang. Napas pendek-pendek jadinya. Konsentrasi juga turun. Apalagi kalau lagu itu selalu ditaruh belakang. Udah nadanya berat, stamina kamu juga keburu habis."
"Terus aku kudu gimana, Coach?" Rhea tampak bingung.
"Turun setengah nggak papa, sih harusnya. Itu wajar. Mariah Carey aja sering turun setengah, lho, Rhe." Tekanan dalam nada bicara Indra sedikit bertambah, mengingat ia pernah mengatakan ini juga di awal latihan dengan Rhea dulu.
"Aduh... Jangan lah, Coach..." tolak Rhea setengah mengerang. "Nanti pada julid lagi pasti orang-orang."
Coach Indra mengedikkan bahu, tidak membantah sebab jawaban Rhea selalu begitu. Meski terkesan kalem dan penurut, Rhea selalu punya standar tinggi untuk dirinya sendiri. Sisi perfeksionis gadis itu hanya memberinya dua pilihan tentang segala sesuatu, lanjutkan dengan sempurna atau tidak sama sekali. Masalahnya, perihal Kemilau yang terlanjur viral ini tidak mungkin ada kata tidak.
Dalam sejenak mereka sibuk dengan pikiran masing-masing sampai Coach Indra kembali bersuara, "atau gini aja." Pria itu menjentikkan telunjuk seolah menemukan ide cemerlang. "Kamu pasti punya idola, kan?"
"Mmm... Punya, sih."
"Nah. Rhe, kebanyakan seniman itu punya muse, orang yang jadi sumber inspirasi dalam berkarya. Pencipta lagu paling sering bikin lagu buat anak atau pasangannya, fashion designer merancang baju kadang terinspirasi dari model favoritnya, penulis juga nulis berdasarkan imajinasi tentang seseorang yang sangat menarik buat dia. Intinya, muse ini orang yang menyentuh hati kamu. Mirip jatuh cinta, tapi lebih ke kekaguman mendalam. Dia pahlawan yang mengilhami seseorang untuk berkarya.
"Mulai sekarang coba kamu cari siapa yang paling menyentuh hati kamu, dan bikin kamu terinspirasi untuk menyanyi." Coach Indra menekan kata paling, kemudian ia mengimbuhi, "Jadi, ketika kamu berdiri di panggung, kamu bukan lagi Rhea Anahita, tapi orang itu. Biasanya, dengan begini kita bakal lebih nyaman dan pede melakukan sesuatu. Punya muse bisa bikin kerjaan kita berasa lebih gampang."
Meski berkata siap, Rhea keluar dari studio guru vokalnya dengan perasaan bingung. Selama ini dia pikir idolanya adalah Tulus. Tapi penyanyi solo pria itu tidak cukup mengilhaminya untuk menyanyi. Rhea hanya suka dengan musik dan lirik lagunya yang menginspirasi. Selain itu, tidak ada kekaguman mendalam yang mirip cinta seperti kata Coach Indra. Lalu siapa pahlawannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Descent || Part Of Purple Universe Project
FanficPurple Universe Project || Taehyung part "Masih pantaskah penyanyi yang tidak bisa menyanyikan lagunya sendiri disebut penyanyi? Jika tidak, lalu aku ini apa?" Nama penyanyi muda Rhea Anahita menjadi dua kali lebih terkenal sekaligus tercemar setela...