3. Melihat ke Dalam

132 14 13
                                    

*Believe in meI will make you seeAll the things that your heart needs to know

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Believe in me
I will make you see
All the things that your heart needs to know

I'll be, waiting for you
Here inside my--

"Rhe! Ojo bengok-bengok koyo wong bento. Mbrebeki uwong!" (Jangan teriak-teriak seperti orang gila. Berisik!)

Di tengah hari yang sedang panas-panasnya, bibir gadis kecil berusia delapan tahun yang tadinya melantunkan To Love You More milik Celine Dion tanpa musik itu seketika terkunci di hadapan Nenek. Yang tadinya berdiri di atas kasur sembari merentangkan tangan layaknya seorang diva dalam konser dunia, kini Rhea meremat tangannya sendiri di depan tubuh.

"Mudhun! Aku gak seneng nduwe putu penyanyi. Musik iku haram!" (Turun! Saya nggak suka punya cucu penyanyi. Musik itu haram!)

Setelah menghardik cucunya, Hajjah Ainur, nenek Rhea dari Abas, ayahnya beranjak kembali menuju rumah belakang, entah untuk mengerjakan apa. Sebagai putri yang penurut, tentu saja Rhea tak menjawab apapun selain "Nggih, Uti," kemudian beringsut turun dari tempat tidur sambil menahan gemetar ketakutan. Meski pikiran bocah itu belum sepenuhnya berkembang, Rhea ingat betul bahwa neneknya sering menegurnya yang suka menyanyi. Namun baru kali ini Rhea mendapat cecaran keras dari sang nenek, lengkap dengan mata melotot dan suara ngotot yang seketika membuat nyalinya melorot.

Ruang terapi itu lengan. Dokter Kamila mengangguk dua kali. Wajahnya menggambarkan simpati penuh atas rangkaian cerita yang dibawa kliennya, hasil dari perenungan Rhea untuk pertanyaan pekan lalu tentang kenangan masa kecil yang kurang menyenangkan.

"Tanggapan orang tua waktu itu gimana?"

"Ibu bilang, sih saya memang salah, Dokter. Karena waktu itu kami numpang di rumah Nenek, jadi harus menghormati. Tapi setelah dipikir-pikir... Bener juga."

"Jadi, intinya Ibu mau Mbak Rhea memaklumi kemarahan Nenek?"

"Betul."

"Setelah itu Mbak masih suka nyanyi?"

"Suka tapi pelan-pelan, Dokter."

"Setelah kejadian itu, masih berapa lama Mbak Rhea tinggal di rumah Nenek?"

"Dua tahun, Dokter. Lalu kami pindah ke sini, sudah sekitar tiga belas tahun."

Dokter Kamila mengangguk paham. "Tapi Mbak Rhea hebat, loh, tetap memilih jadi penyanyi dan bisa sampai ke tahap ini."

"Sebenarnya bukan memilih, sih, Dokter. Waktu ujian praktek SD dulu guru saya bilang, suara saya bagus. Nah pas saya cerita ke Ibu Bapak, mereka mendorong saya buat tampil, diikutin lomba. Awalnya saya agak pede juga, apalagi pas tiba-tiba ada yang nawarin job. Tapi karena waktu itu ekonomi keluarga juga lagi turun, jadi saya jalani aja."

Silent Descent || Part Of Purple Universe ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang