4~Kali pertama Abel

243 192 129
                                    

Di part ini aku buat lebih panjang, semoga sukaaaa

Jangan lupa untuk masukin perpisahan kalian, VOTE DAN COMMENT selalu.

Happy Reading🌷
.
.
.
.
.
.
.
.

"Jalan kaki?" Tanya pria itu lalu mematikan mesin motor sportnya, kemudian melihat jam tangannya.

Abel cukup terkejut.

Di depannya saat ini adalah Sean, ia terlihat berkeringat dan masih memakai kaos basketnya, sepertinya ia baru selesai ekstra basket.

"Perasaan tadi udah sepi banget" Gumam Abel sendiri.

"Heyy" Ucap Sean lagi melihat Abel tidak menjawab.

Abel tersadar, lalu mengangguk cepat.

Ia tidak boleh membuang-buang waktunya, ia segera memanfaatkan orang di depannya saat ini.

"Gu-gue boleh pinjam ponsel lo? " Tanya Abel hati-hati.

Yaa, yang dipikirkan Abel saat ini bukan ingin menebeng, ia lebih baik menghubungi orang lain, daripada harus diantar pulang, melihat yang di depannya ini adalah Sean.

Entah kenapa didekat Sean membuatnya sedikit gugup dan grogi.

"Ponsel gue mati" Jelas Abel lagi.

Sean terdiam sebentar, melihat ke arah ponsel Abel yang ia tunjukkan padanya.

"Naik." Ucap Sean tanpa panjang lebar sembari wajahnya ke belakang memberi kode untuk naik.

"Ehh jangan, gue pinjam ponsel lo aja, boleh kan? " Ucap Abel sedikit lebih berani.

Sean mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong celananya.

"Ponsel gue juga mati"

Abel hanya ber "ohh" Lalu terdiam sebentar, ia bingung harus bagaimana sekarang, ia masih terasa sangat canggung jika harus berboncengan dengan Sean, selain itu ia takut pula ada yang melihat dan membuat rumor tidak jelas lagi.

"Jadi enggak? " Tanya Sean mulai tak sabar.

Abel mengangguk pelan.

Setelah menimbang-nimbang tawaran dari Sean, mau tidak mau ia terpaksa harus menerimanya, lagipula saat ini juga sedang sepi, tidak ada yang melihat.

Akhirnya Abel menyetujui dan mendekat ke motor Sean.

Detik berikutnya Abel kembali terdiam melihat motor sport merah milik Sean yang sangat tinggi.

"Gimana caranya gue naik, pegangan apa? " Gumam Abel bingung.

Pasalnya ia baru kali ini naik motor setinggi itu, yang ia yakin harganya tidak tergolong murah, pasti sangatlah mahal.

Sean melihat kebingungan Abel dari kaca spionnya.

"Pegang tangan gue. " Ucap Sean tiba-tiba menyodorkan tangannya.

Abel dibuat terkejut kembali.

"Kok dia tahu? "

Dengan cepat ia berpegangan pada tangan Sean, lalu naik ke atas motornya.

"Rumah lo dimana? " Tanya Sean lagi

"Perumahan cempaka"

Sean mengangguk, "satu arah" Ucapnya lagi.

"Memangnya rumahnya dimana? " Abel tidak bertanya, ia hanya bergumam sendiri.

Ia tidak ingin banyak bertanya, melihat sosok di depannya ini orang yang tergolong irit bicara, takut membuatnya risih.

𝗙𝗜𝗥𝗦𝗧 (𝗢𝗻 𝗚𝗼𝗶𝗻𝗴) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang