Di malam minggu ini saat yang lain berpasang pasangan Rilley hanya menonton film di tengah rumah, itu bukan pilihannya malainkan tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan.
Rilley terusik dengan suara ketukan pintu, malem malem gini siapa yang mau bertamu pikir Rilley.
"Permisi"
Saat membuka pintu, Rilley memastikan wajahnya tidak pucat karena ia mendengar suara Tara di sebrang pintu. Tadi ia hendak kabur tapi bayangan dirinya sekilas pasti terlihat dari jendela tadi.
Akhirnya Tara sampai di rumah Julian, ia berniat untuk menjemput Julian. Ada agenda ngumpul kaya biasanya, kebetulan Julian malas bawa kendaraan berakhir nebeng ke siapa aja yang bisa.
"Ley, bisa tolong panggil Ian gak, bilang aja ada Tara."
Dari nada suaranya dia bisa terdengar biasa saja, bagaimana bisa Rilley tercekak sendiri. Rilley celingukan kanan kiri untuk memastikan tidak ada siapanpun yang melihat mereka sedangkan Tara bingung melihat Rilley sambil mengerutkan dahinya.
Ini kesempatan Rilley untuk menanyakan apa yang terjadi pada malam itu. Setelah seminggu dia mengumpulkan keberanian untuk bertanya, dan semoga Tara tidak lupa.
Hanya mereka berdua tidak ada seorangpun, dan yang pasti bukan Rilley yang mengajak bertemu duluan. Dan jika tiba-tiba ia ingin mencekik Tara tidak ada saksi mata.
"Kak, waktu malem itu..." Rilley menggantung omongannya untuk melihat Reaksi dari lawan bicaranya.
Jelas Rilley tau, Tara pasti akan sadar malam apa itu. Dimana dia menemukan adik sahabatnya menjadi center dari tatapan tatapan lelaki pemangsa.
"Malem apa? oh itu.."
"Kita eh engga maksudnya gue, kenapa?" Rilley menelisik raut muka Tara meskipun sejujurnya tidak Rilley mengerti.
"Lo kobam."
"Masa sih, terus kok bisa ada kakak?""Anak kecil yang belum pernah minum minum malah minum sembarangan di bar itu bahaya Ley, jangan sampe abang lo tau nanti lo digantung idup idup."
Makanya Illey harus tahu duluan, sebelum dia bocor ke abangnya secara mereka kan sahabatan."Woy lu datang kok gak ngasih tau gue, biasa juga ngechat." Rilley merutuki Julian yang datang di waktu yang tidak tepat, sebentar lagi saja.
"Heh lu gak lagi godain adek gue kan?"
"Emang boleh?" ada pernyataan terselubung, jangan tanya reaksi Rilley dia kebal meskipun sedikit salting tapi dia tau teman teman kakaknya memang jahil."Mati aja lu" hardik Julian. "yuk buruan."
"Dek abang pergi, kunci aja gerbang sama pintu. Kalo kemaleman abang palingan nginep di rumah si curut." Rilley hanya mengangguk. Saat Julian menghadap ke arah Tara dan memunggunginya,Rilley otomatis juga menghadap ke arah Tara, Telunjuk Rilley ia tempatkan tepat di depan bibirnya memberi isyarat pada Tara.
"Ngapain lu senyum senyum ke adek gue nyet ayok buruan telat." Julian tidak boleh tahu jika mereka punya rahasia.
Penjelasan dari Tara bahkan tidak mendekati poin utama yang ia cari, jika hanya tidak sadar karena mabuk sudah pasti Rilley tau itu. Yang menjadi poin nya setelah dia mabuk, apa yang dia lakukan dan apa yang mereka lakukan.
Pada malam itu tadinya Rilley memakai outer untuk menutupi sleeveless top nya tapi pagi hari saat bangun outernya tergantung cantik di hanger. Sebelum kesadarannya menghilang Rilley sadar dia sedang di mobil taxi online, tentu saja bukan karena keinginan nya sendiri tapi di tarik entah oleh siapa karena terlalu bising, ramai, dan kepalanya yang sudah tidak fokus.
Hal yang lainnya adalah dia harus secepatnya bertanya, tapi dia tak mungkin sengaja bertemu untuk menanyakan itu yang ada abangnya bisa tau karena curiga. Dan lagi selain di ruangan film tidak ada lagi tempat yang membuat Rilley sering bertemu Tara. Mungkin dia hanya akan menyerah dan menyematkan kejadian itu sebagai 'misteri yang belum terjawab'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Since the Beginning #1
RomanceMegantara & Rilley Rilley tahu dari awal dia suka, tapi dia membantahnya. Akan sulit jika dia bercokol dengan dunia sesempit itu, singkatnya Megantara adalah teman kakaknya sekaligus kakak dari temannya. "Ley, bisa tolong panggil Ian gak. Bilangin...