chapter 6

66 11 1
                                    

GESS jangan lupa teken ⭐ yaaa

--------

Rilley membalas apa yang terakhir kali Tara lakukan padanya, dia hanya menjawab pesan Tara dengan 'Gimana besok'. Tara yang sekali lagi mencoba bertanya dengan serius, karena dia juga ingin menyudahi segala situasi yang aneh ini. Maju takut, mundur gak mau.

Tara pikir mau gimanapun dia harus pergi, soal ketemu Julian itu urusan lain. Meskipun Tara kesal karena Rilley terkesan kekanakan, tapi dia pikir tanggung udah setengah jalan. Kalo cuma ngomong suka lewat chat, anak SMP juga bisa.

"Permisi"

"Eh Tara, mau nyari Ian ya? Tapi Iannya baru aja ke Surabaya, gak dikasih tahu emangnya?”

"Engga kok tante, Tara mau ketemu Rilley"

"Hah eh... maaf, duduk dulu Tar di dalem biar Tante Panggil"

Tara tidak pernah segugup ini bertamu padahal ia lumayan sering bertamu kesini sejak 3 tahun lalu. Dan kespontanan mama Rilley menambah kegugupannya.

Berselang lima menit Rilley keluar dengan blouse hitam, dan menenteng jaket di tangannya, wajahnya yang cantik tidak berubah dan masih sama seperti terakhir kali Tara lihat.

"Kamu buat mami kaget, baru mami belum abang." Bukan sapaan yang terlontar dari mulut cantiknya, melainkan kalimat yang terdengar seperti tantangan.

Tara tersenyum memyambut Rilley yang menemuinya, "Ya kalo yang bukain pintu Ian juga gak masalah."

"Jangan ngayal, udah ayo katanya mau pergi."

"Pamit dulu Illey."

Ternyata sesekali Tara memang harus berurusan dengan anak kecil—bukan makna sebenarnya, agar hormon endorfin nya aktif. Rilley itu termasuk jenis orang yang Tara pikir dia tidak akan bisa berlama-lama dengannya. Dari umur juga Rilley lumayan berjarak darinya dan Tara malas harus bergulat dengan agenda moody yang naik turun meskipun semua perempuan begitu.

Ternyata rasanya berbeda saat terakhir Rilley berpegang pada pinggangnya dengan hari ini, mungkin karena confess yang Tara bicarakan. Tara jadi penasaran bagaimana jika Rilley memeluknya.

Rilley pagi ini sangat bersemangat, dia mengantar kakaknya yang akan pergi merantau, dan siangnya Tara akan menjemput Rilley di rumah. Dasar timing yang tepat. Rilley ingat saat tadi maminya memanggil Rilley karena Tara mencarinya.

"Adek, ada Tara didepan kirain cari abang ternyata cari adek," meskipun muka bingung maminya seru untuk dinikmati tapi menemui Tara adalah agenda yang dia tunggu hari ini.

Rilley menemui seorang pria yang duduk di sofa ruang tamunya, Tara terlihat tampan meskipun hanya dengan Jaket harrington dan jeans. Seseorang yang seminggu lalu menggantung perasaannya. Berbeda dengan kakanya yang tampan dan manis, Tara itu definisi tampan dan menawan.

Rilley ingin bertanya apa yang Tara lakukan seminggu kemarin, kenapa tidak ada kabar, kenapa tiba-tiba menghilang setelah membuatnya melayang. Dan Rilley sudah menyusun kata katanya, dia penasaran dengan jawaban Tara nanti.

Di kencan pertama mereka Tara membawanya ke sebuah kedai eskrim. Waktunya memang tanggung, sarapan udah kelewat, makan siang juga belum masuk.

Jika seseorang melihat mereka sekarang mungkin akan mengira mereka sepasang kekasih, karena tangan yang saling menggandeng. Selesai memesan, mereka memilih duduk di area outdoor karena suasananya sejuk dan tidak terlalu ramai.

"Tadi pagi abis nganterin Ian?"

Rilley terkekeh 'kaya gak tau aja orang malemnya mereka kumpul dulu kan Rilley tau'. "Coba nanyanya yang kamu gak tau kak."

Tara ikut tertawa, "tapi iya tadi pagi abis nganterin abang." lanjut Rilley.

"Soalnya kalo bahas seminggu ini kamu bete," ucapnya.

"Ya iyalah, siapa yang gak bete. Dikasih harapan, sampe gosip nyebar di kampus, padahal chatan aja engga."

"Kok bisa nyebar di kampus," ini serius dia gak tahu?

"Ga ngobrol sama Gygy?”

"Belum pulang ke rumah" pantesan.

"Iya anak BEM yang waktu itu kayanya ngobrol, jadi nganggepnya gitu"

"Apa isi gosipnya?"

"Sibuk apa seminggu ini?" Rilley gak mau jawab sebelum dia tau alesan pastinya, agar dia bisa mempertimbangkan sikapnya yang akan datang.

"Lagi ada audit di kantor, atasan ada yang ketauan korupsi. Sorry bukan maksud nge-diemin, php, atau apa, dan gak ada alesan lain, kalo mau tanya kevin juga gapapa kita satu kantor. Cuma yang paling kena dampaknya aku karena beliau atasan aku langsung."

Rilley merasa tidak enak, sudah banyak pemikiran negatif di kepalanya untuk Tara, ternyata melenceng sangat jauh. Kenapa dia tidak berpikir bahwa kesibukan Tara dan dia pasti berbeda.

"Terus sekarang kaka di kantor gimana?”

"Masih diawasi tapi yaudah orang aku gak terlibat jadi santai aja, cuma pemeriksaan yang banyak itu yang bikin capek" Tara melihat perubahan raut muka Rilley yang tadinya baik-baik saja menjadi lebih murung, "ada lagi yang mau ditanyain ley?"

Rilley menggeleng sambil menyendok eskrimnya matanya tertuju pada eskrim bukan pada orang dihadapannya.

"Jadi, apa isi gosipnya?"

Rilley langsung menatap Tara dengan mata bulat, membuatnya berkali-kali lebih lucu dimata Tara. "Bisa gak, gausah ngasih pertanyaan yang kakak tau jawabannya" keluh Rilley lagi.

Tara kembali tertawa, "Aku gatau, orang aku udah lulus."

"Sombong!"

"Gosipnya kita pacaran, gitu ley?"

Rilley memilih untuk menatap ke arah lain selain ke arah Tara, dia yakin mukanya semerah kepiting rebus.

"Bukan? apa dong? jawab"

"Iya"

"Iya apa?"

"Kata mereka itu..."

"Apa?"

Rilley bisa gila.

"Kak udah ah"

Ternyata benar keluar dengan Rilley menguapkan semua rasa lelahnya, Rilley yang lucu, kekanakan, dan dominan melawannya. Entah sejak kapan dia terjatuh dalam pesona teman adiknya, sekaligus adik temannya.

Mereka melanjutkan berbincang ringan sambil menghabiskan makanan yang ada dihadapam mereka, dan Rilley baru sadar ini adalah kedai eskrim yang pernah mereka datangi juga saat ada project shooting, Tara yang memberitahunya.


"Ley, aku mau minta kesempatan buat kenal dan deketin kamu. I feel something toward you is a fact and I think I should make sure that you have it either. Aku belum berani nawarin komitmen bukan berarti aku gak serius, kita sama sama tahu kita udah kenal dari lama tapi kita juga tahu kenal nya kita itu ya karena status bukan karena pribadinya pengen kenalan."

Rilley menyetujui itu dalam hatinya, mereka saling mengenal itu fakta. Tapi mereka mengenal karena status juga fakta, statusnya sebagai adik dari Julian dan status Tara sebagai kakak dari Gyandra. Bukan karena secara pribadi Rilley ingin mengenal Tara atau sebaliknya.

"Jadi mau gak kenalan sama aku?”

-----------
Jangan lupa tekan ⭐

Since the Beginning #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang