"...Masih sama ka Tara, ya pulang lah mamih"
Buat mahasiswa semester tua kaya Rilley sekarang, bisa tidur dibawah jam sepuluh udah jadi suatu anugerah. Lihat pacarnya yang udah lulus duluan bikin dia gerah hati, lihat kakaknya yang lagi ngerantau pun bikin dia kepanasan meskipun kakaknya udah engga tinggal serumah.
belum lagi kalo kaya sekarang laptopnya ngadat, lemot banget. Sedangkan deadline dia banyak. Minjem laptop kakaknya jauh di luar kota, sang papah deadlinenya bisa jadi lebih banyak, maminya cuma ibu rumah tangga yang tiap facebook-an lupa password.
"aku pinjem laptopnya ya, gak buru-buru kan?”
“buru-buru sih engga, cuma aku harus controling. kamu ngerjain di apartku aja entar pulangnya aku anter”
“yaudah deh ngga apa-apa”
“oke, nanti aku jemput”
“ngga usah aku aja yang kesana”
“ngga apa-apa, sekalian aku pulang dari kantor”Sekilas percakapan mereka siang tadi.
“Kamu ke ruang kerja aja sono” ujar Tara, padahal mereka baru sampai dan masuk ke unit milik Tara. karena disepanjang jalan memang Rilley sudah wanti wanti dia harus menyelasaikan tugasnya secepat yang dia bisa.
Lelaki jangkung itu memasuki kamarnya dan memilih untuk membersihkan badan dari segala debu yang menempel, ganti pakaian dan berniat mengunjungi Rilley atau 'mengganggunya sedikit'.
Dengan segelas coklat hangat ditangannya, Tara selesai dengan kegiatan bebersihnya. Kini ia menghampiri Rilley.
“Anteng banget” ejeknya.
“bantuin kek”
“tentang apa?” sambil meletakan mug yang biasa Rilley pakai saat disini.
“ngga usah deh udah kok” meskipun sudah mendengar jawaban Rilley, Tara masih mengintip apa yang kekasihnya kerjakan.“Yakin udah?” tanyanya meyakinkan, kadang Rilley sedikit ngga teliti kalo waktunya udah mepet.
“Eh bentar” tuh kan.
“Kayanya udah deh” Tara mundur selangkah karena Rilley seperti mencari sesuatu dengan rusuh.
“EH KOK LAPTOPNYA MATI?!” Rilley tiba-tiba berteriak, bayangannya lari pada tugas tadi, dan web kampus yang dia buka di laman internet. Dengan buru-buru Tara mengambil alih dan mengungkung badan Rilley yang duduk di kursi.
Entah apa yang Tara lakukan secara ajaib si laptop yang pilih kasih itu menyala seperti biasa, dan seakan ngga ada apa-apa.
“Kamu tuh suka ngagetin orang” cibir Tara.
Yang salah adalah, Tara berbicara dengan bibir tepat di telinga kanan Rilley. Gengsi lah kalo Rilley tiba-tiba ke gap lagi salting, kaya pertama pacaran aja padahal ini udah 1,5 tahun jalan.
'FUH
Demi tuhan, terkutuklah seorang Megantara yang lancang niup telinga Rilley.
“Salting ya” todong Tara dengan entang nya.
“Kaget tau!” alih-alih meng-iyakan Rilley lebih greget sama kelakuan Tara yang jail.
“Udah belum tugasnya, lama banget” keluh Tara yang sekarang posisinya sudah berdiri di belakang kursi dimana Rilley duduk.
“Sabar ini tinggal di upload, tapi aku mau revisi dikit draft aku ya, sebentar aja aku baru dapet pencerahan keburu ilang” Tara hanya berdehem mendengarkan jawaban Rilley, telpon Tara tiba-tiba berdering membuatnya sesegera mungkin mengangkat ponselnya.
“selamat malam... baik.... akan saya cek langsung saya forward ke email bapak... baik... selamat malam pak..”
Rilley cuma bisa melotot liat kelakuan Tara yang tiba-tiba mengambil alih laptop saat tangannya — Tara masih menempelkan posel ditelinga, untung tugasnya sudah selesai di upload.
KAMU SEDANG MEMBACA
Since the Beginning #1
RomanceMegantara & Rilley Rilley tahu dari awal dia suka, tapi dia membantahnya. Akan sulit jika dia bercokol dengan dunia sesempit itu, singkatnya Megantara adalah teman kakaknya sekaligus kakak dari temannya. "Ley, bisa tolong panggil Ian gak. Bilangin...