Chapter 8

41 9 2
                                    

Jangan lupa tap ⭐ ya sebelum baca

--------------

Kebiasaan Megantara berubah, dulu dia fokus pada kesukaannya, pencapaiannya, dan hal-hal yang menurutnya tidak buang-buang waktu. Sekarang akan selalu ada Rilley disela-sela kegiatannya, terasa asing dan manis secara bersamaan.

Semakin dewasa dia semakin berpikir bahwa menurutnya hidup itu singkat jika hanya untuk berdiam ditempat yang sama, kamu harus berjalan sedikit demi sedikit hingga saatnya nanti kamu berhenti dan melihat ke belakang, sudah banyak yang kamu lewati dengan kakimu.

Tidak ada waktu untuk menyesal dan tidak ada waktu untuk berharap sesuatu yang bukan untuk dirinya.

Sampai sejauh ini ia masih berpegang teguh pada prinsipnya itu. Dan tidak pernah sekalipun Tara keluar dari radarnya.

Sekarang ada Rilley, bersamanya.

Biasanya Tara akan diam di kantor sampe setidaknya pukul enam sore, meskipun jadwal kantor hanya sampai pukul lima alasannya karena jalanan akan macet jika semua keluar bersamaan. Tapi "Aku dari tadi pesen ojol di cancel mulu mungkin karena daerah macet atau gimana aku gak ngerti, boleh minta tolong jemput gak, tapi kalo lagi sibuk gak usah, mungkin aku nunggu bentaran lagi." Megantara terkekeh, kenapa pacarnya sangat menggemaskan.

Untuk sekarang biarlah dia menerjang hal yang paling mengesalkan untuknya, berkelahi dengan macet.

"Boleh sayang"

Megantara ngga pernah nyangka macet bisa semenyenangkan ini, kalo jemput Rilley.

Megantara memasuki pelataran kampus Rilley, tidak sungkan sama sekali dia sudah tidak memikirkan jika ada yang kenal dirinya ataupun Rilley. Nanti juga mereka tau sendiri. Rilley menunggunta di ruang FF, jadi sudah pasti akan ada yang kenal.

Seperti yang dia duga ruangannya ramai. Saat Tara datang dia disambut beberapa anak anak.

"Si Illey ngerjain ketum tuh abis balik gawe doi Ley" ucap salah satu yang ada disana.

"Iri bilang bos" Rilley segera berdiri dari duduknya dan menghampiri Tara yang ada di ambang pintu. "Gue duluan ya" pamitnya.

Rilley sudah biasa saja jika ada orang yang bergunjing tentang hubungan mereka, lagipula mereka memang pacaran.

Tara tidak pernah berpikir jika di repotkan oleh Rilley itu membuatnya merasa sangat dibutuhkan.

Rilley melihat tas tempat makan yang ia berikan pada Tara tadi pagi, lalu mengambilnya dari jok belakang. "Abis gak ini?"

"Abis, beli dimana?" tanya Tara dengan nada bercanda.

"Tanganku kena sutil panas kamu malah nanya beli dimana?”

Tara tertawa sambil mengusap kepala Rilley yang sedang membuang muka.

"Bercanda, makasih ya. My first time dibekelin."

Perasaan Rilley menjadi hangat, ia balik menatap Tara "hehe... sama sama."

"Tapi jangan maksain kalo lagi sibuk, aku gak mau repotin kamu."

Rilley terus merasa bahwa dia telah merepotkan Tara, membuatnya berpikiran untuk memberikan sesuatu pada Tara.

Rilley juga ingat saat abangnya entah sengaja atau tidak menceritakan tentang Megantara dan mantan mantannya termasuk Kenya —pacar abangnya saat ini. Percayalah Rilley menyesal memutuskan untuk mencari tau perempuan di sekeliling Tara, semuanya terlihat anggung, tenang, dan tidak kekanakan. Berbanding terbalik dengan Rilley.

Since the Beginning #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang