"Sorry gue kira lo ngomong kalo pergi sama gue, soalnya lo bilang abis pergi sama bang Tara." Mungkin memang harus seperti ini, Nabil memasang status foto Rilley yang sedang berada di rumahnya postingan biasa tapi ternyata bisa menjadi bensin yang diguyur pada kobaran api.
"Udah gak usah dipikirin, ini pure salah gue kok. Biar gue yang ngobrol sama dia," mulutnya berkata begitu. Tapi Rilley speertinya akan mati kutu saat berhadapan dengan Tara. Jangankan berhadapan membalas pesannya pun rasanya bersalah.
Hingga abangnya yang jauh di Surabaya sana, menelponnya tentang masalahnya ini. Bahaya.
"Dek, masih suka makan sama mamanya Nabil?" Sepertinya Tara cerita pada abangnya.
"Kemaren terakhir, aku pamit untuk gak datang datang lagi di ulang tahun selanjutnya. tolong bilangin Kak Tara jangan diemin Illey bang."
"Tara gak cerita, abang liat status Nabil semalem. Makanya abang langsung nanya." Rilley yakin Tara sedang benar benar marah padanya, "tapi kamu udah jadi ketemu bunda nya Tara kan, selain yang ketemu di rumah sakit itu?" lanjut Julian.
Julian tidak mendengar jawaban apapun. Julian mengerti arti bungkam dan suara tangis yang pelan di sebrang sana.
"Abang kira Tara yang gak akan serius sama kamu, malah sebaliknya dek. Abang gak akan ikut campur urusan kalian, abang harap kamu lebih dewasa. Abang ngerti Tara lagi kecewa banget sama kamu, semoga cepet selesai masalahnya"
Tangisannya luruh saat Julian menutup sambungan telponnya, rasanya seperti di tampar.
Hanya satu orang yang muncul dipikiran Rilley, Kevin.
Satu gedung kantor dengan Tara, dan juga sahabat dekat Tara. Tidak mungkin Kevin tidak tahu kabar Tara, atau apa yang terjadi pada kekasihnya itu.
Rilley mencoba menghubungi Kevin lewat social media milik lelaki itu. Rilley mengatakan harus bertemu Tara, tapi Tara tidak boleh tau jika Rilley ingin bertemu. Sepertinya Kevin tau apa yang terjadi, karena Kevin memilih tidak bertanya apapun dan hanya bilang dia akan membantu Rilley.
Rilley memejamkan matanya dan mengatur nafas untuk menahan rasa frustasinya setelah menangis tadi. Rasanya asing, tidak ada ucapan selamat pagi tiga hari ini. Dan Rilley cukup tau diri kenapa Tara bisa sampai begitu padanya. Biasanya saat seperti ini dia akan bercerita pada Gyandra, tapi Rilley malah malu karena telah menyakiti kakaknya. Nabil juga bertanya apakah dia dan Tara baik baik saja, dan Rilley berbohong Rilley memilih untuk menyimpan masalahnya dengan Tara sendiri dan tidak ingin orang lain mengetahui nya.
Kevinfun
Gue udah off, otw aja sekarang. Biasanya Tara gak akan langsung pulang, dia suka males macet macetan.Ada fakta baru tentang Megantara, padahal saat Rilley masih aktif masuk kuliah Tara sering menjemputnya tepat saat bubaran kantor yang artinya macet parah.
***
Rilley berusaha mengatur deru jantungnya, dia takut Tara tidak mendengar apa yang dia katakan. Rilley sudah buntu untuk berpikir bagaimana bertemu dengan Tara jika sekarang tidak berhasil. Lelakinya ini kadang suka tiba-tiba misterius, apalagi lingkungan mereka berbeda.
"Ley, sorry nunggu lama."
"Engga kok, aku baru sampe."
"Gue udah janjian sama Tara di coffee shop sebelah." Kevin memandu jalan untuk Rilley, kemana kepercayaan diri Rilley yang selalu bersamanya itu.
Tepat di dekat pintu masuk Kevin berkata "Lo masuk aja cari Tara, beresin masalah kalian. Kalo ada apa apa gue diluar." Teman teman abangnya memang baik, Rilley dan Gyandra sekalipun mengakui karena mereka merasakannya sendiri. Seperti sekarang Kevin, mungkin selain karena Tara adalah teman baiknya Rilley juga adik dari teman baiknya yang lain. Oleh karena itu Kevin bersedia membantu Rilley.
"Gausah takut ley, Tara tuh sayang banget sama lo."
Kata kata Kevin memecut keberanian Rilley untuk segera nenyelesaikan kesalah pahaman ini.
Dengan berbekal keberanian, dan percaya diri Rilley melangkah memasuki area coffee shop. Netranya mencari Tara, ternyata Tara duduk dekat kaca di ujung sebelah kanan. Tangan Rilley meremas tali tas yang ada digenggamannya.
Deg, mata mereka saling mematap. Rilley rasa dia bisa menangis disini, masa bodoh dengan orang lain Rilley berjalan terburu-buru dan akan menghadang Tara jika dia berani kabur.
"Kamu harusnya dengerin aku dulu, jangan diemin aku gini kak. Mana katanya kalo ada masalah diomongin hari itu biar beres tapi kakak sendiri yang kaya gini." Ujar Rilley dengan tidak sabar.
Tara hanya menatap Rilley, entah apa makna dari tatapan itu Rilley sendiri tidak tahu. "Kak tolong dengerin aku"
"Apa?" suara ini yang Rilley rindukan.
"Aku gak punya pembelaan apapun, aku tahu aku salah gak bilang dulu sama kamu, aku minta maaf"
Baru kali ini Rilley mendengar Tara berdecak, dan untuk dirinya. Rilley belum mendudukan badannya, tapi Tara membawanya keluar. "jangan ngobrol di tempat banyak orang gak enak didenger"
Tara membawa Rilley masuk ke dalam mobilnya dan entah akan dibawa kemana gadisnya ini. Ini pertama kalinya mereka ribut sampai tidak ada komunikasi sama sekali, sungguh mengesalkan terutama untuk Rilley. Dia jadi serba salah sendiri, masa hubungannya digantung lagi.
Lelaki di sebelahnya ini masih sama seperti tiga hari lalu Rilley lihat bedanya sekarang tidak ada aura hangat disekitarnya. Tara yang Rilley kenal itu lelaki yang bawel dan perhatian, sedikit manja dan banyak melayangkan kata-kata manis. Dan sekarang semua itu seketika tertutup oleh aura dingin dan serba diam, tidak terbayang jika suatu saat Tara berubah seperti ini terlebih alasan utamanya adalah Rilley sendiri.
"Semua chat aku gak ada yang dibales setelah kamu nanya aku jawab tapi kamu gak ada jawab lagi."
"Aku kira kamu udah ngga mau tahu lagi kabar aku, kan udah jalan lagi sama Nabil sampe makan sama mamahnya segala."
"Kok ngomongnya gitu"
"Iya emang kamu sama Nabil lama banget dibanding sama aku, udah kebiasaan kan?" Rilley meremas kembali tangannya, tidak ada kata kasar yang keluar tapi rasanya lebih dari diteriaki oleh sepuluh orang. "Susah kalo udah kebiasaan" lanjut Tara.
"Kemaren itu aku pamit, aku cerita kalo aku udah nemu cowok pilihan aku. Aku diundang baik-baik dan aku pengen pamit juga baik-baik kak, pengen mamanya ngerti bukan aku gak mau nyambung silaturahmi atau apa tapi aku udah gak ada hubungan apapun sama anaknya. Itu yang aku bilang"
"Kalo saat kita ketemu kamu ngomong sama aku, pergi kemana, tujuannya apa, gak akan aku gini. Karena aku taunya dari kamu" Rilley harus menahan air mata yang hampir jatuh, ternyata beradu argumen dengan Kak Tara sesakit ini.
"Kakak tau kan hari itu kakak ngajak aku ke rumah kakak, kalo aku cerita mau ke rumah Nabil hari itu disaat yang sama aku nolak kakak. Emang aku tega ngomongnya, aku juga ngerti dan gamau nyakitin kamu."
"Kalo kamu ngerti, kamu gak akan giniin aku ley" Ucap Tara lirih.
**
Jangan lupa tap ⭐ dan kesan pesan Taraley sejauh ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Since the Beginning #1
RomanceMegantara & Rilley Rilley tahu dari awal dia suka, tapi dia membantahnya. Akan sulit jika dia bercokol dengan dunia sesempit itu, singkatnya Megantara adalah teman kakaknya sekaligus kakak dari temannya. "Ley, bisa tolong panggil Ian gak. Bilangin...