lley hari ini tidak ada jadwal kuliah karena weekend, dan dia tidak sudi diganggu dengan alasan apapun. Kemarin menjadi hari tersibuknya karena presentasi sekaligus menjelaskan contoh bisnis skala internasional, lalu rapat membahas pembuatan advertising campus. Biarkan otak dan tubuhnya yang sudah bekerja kemarin beristirahat beberapa jam, sebelum kembali rapat di sore hari nanti bersama BEM kampus.
Sore ini Rilley bersiap untuk rapat kembali dengan rekannya, tidak di kampus tapi di cafe sekitar kampusnya. Dia menunggu ojek online menjemputnya, saat sampai di tempat yang dituju ternyata cafe tersebut tutup.
"Ka Caca kok cafe nya tutup?" akhirnya Rilley menelpon salah satu kaka tingkat nya.
"Kebiasaan Illey gak suka scroll chat group ya, ganti di jl.lombok situ." jawab Carissa. Jalan Lombok itu hanya berbeda satu blok, Rilley rasa tidak akan terlalu jauh jika berjalan.
Belum lama dia berjalan dia merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Ini sore hari bukan malam tapi rasanya bulu kuduk Rilley berdiri semua, dia benar benar merasa sedang diawasi. Sedikit demi sedikit langkahnya dipercepat, jika langsung lari mungkin dia akan dikejar dan akan kalah.
Megantara tidak memberitahu siapapun jika dia akan mengunjungi anak asuhnya dulu, kecuali Rio untuk bertanya dimana mereka berkumpul. Tara kira karena rasa rindunya yang bercokol akhirnya seorang gadis yang sedang berjalan terlihat seperti Rilley.
Tara melambatkan laju motornya, menyelidiki perawakan gadis yang sedang berjalan itu. Tara yakin dia tidak ngigau itu Rilley, bagaimana caranya dia bisa menyapa tanpa canggung. Jujur 6 bulan tidak bertemu dengan Rilley itu cukup menguras sisi warasnya yang setiap hari Tara mampir ke sosial media gadis itu siapa tau di update yang aneh-aneh— meskipun beberapa kali kepergok balesan komen sama temen cowoknya.
Tara harus se-relax mungkin agar Rilley tidak ikutan canggung sepertinya.
Tara mulai mensejajarkan motornya dengan Rilley. Diluar dugaan si puan malah mempercepat langkahnya, membuat Tara terkekeh. 'anak gadis takut diculik' bisik Tara.Tara sedikit mendahului Rilley, siapa tau dia sadar siapa yang sedang mendekatinya. Dan benar saja, Rilley berhenti sejenak meski tidak menengok karena terlihat dari ekor matanya. "Kemana ley?"
Tara melihat Rilley sedikit terkejut, tapi dia berusaha menutupinya. "Rapat FF kak" seolah Tara tidak tahu.
"Naik sini, kasian banget kaya anak ilang."
Rilley memicingkan matanya, raut mukanya seperti akan marah tapi menurut Tara dia seperti kucing garong yang akan mengeong. Rilley kembali berjalan, dan Tara terkekeh dalam helm yang ia gunakan.
"Ley cepetan naik!" Teriak Tara, Rilley berbalik dan melotot. Bisa bisanya dia teriak kan malu sama orang-orang yang disekitar mereka. "Kak kalo gila jangan di embat sendiri"
Meskipun kesal Rilley berjalan mendekati Tara yang masih terlihat tertawa kecil. Tara menyodorkan helm, pikiran Rilley tidak bisa diam, dia berpikir Tara baru saja mengantar pacarnya atau mungkin akan menjemput pacarnya. Oh iya ini malam minggu, udahlah bodo amat mau nganterin pacarnya, istrinya, ibunya, neneknya, uyutnya, Rilley gak ada urusan.
Rilley tidak mengerti kenapa rasanya terasa lama, padahal cafenya itu dekat. Dan ternyata rasa gugup Rilley masih sama padahal udah 6 bulan berlalu, dia udah mau masuk semester 6 sekarang. Sebentar lagi dia akan magang dan persiapan tugas akhir, gawat juga kalo lama lama jomblo ditebengin gini masa jadi baper.
Akhirnya waktu waktu yang lama itu berlalu, mereka sampai di tempat yang mereka tuju. Awalnya Rilley bingung kenapa Tara ikut turun, tapi mungkin emang kangen aja kali sama FF toh siapa yang berani menolak alumni apalagi mantan ketum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Since the Beginning #1
RomanceMegantara & Rilley Rilley tahu dari awal dia suka, tapi dia membantahnya. Akan sulit jika dia bercokol dengan dunia sesempit itu, singkatnya Megantara adalah teman kakaknya sekaligus kakak dari temannya. "Ley, bisa tolong panggil Ian gak. Bilangin...