Chapter 12

49 8 1
                                    

hari dimana dirinya melihat postingan Nabil membuat Tara sadar Rilley belum sepenuhnya selesai dengan masa lalu, meskipun mereka sudah terlihat seperti teman pada umumnya. Dan parahnya Tara tidak pernah merasakan perasaan kecewa sedalam ini, lebih tepatnya dia tidak pernah berharap pada siapapun dan dengan sombongnya dia menaruh harapan pada Rilley dan berpikir bahwa Rilley tidak akan menyakitinya.

Julian bahkan menghubunginya tak selang beberapa waktu, dia awalnya basa-basi tapi pada akhirnya dia berbicara dengan pasrah. "Soal Rilley, gue gak bisa ngomong apa-apa karena gue ngga bisa bela salah satu dari kalian, but Im pretty sure Illey punya alesan."

Hari ini Tara tahu alasan itu, dan tidak mengobati penuh rasa kecewanya. Mereka bersama hampir satu tahun dan Rilley tidak pernah terbuka soal ini, meskipun tidak ada apa apanya dibanding tiga tahun yang Rilley jalani dengan masa lalunya, atau bahkan jika dihitung setelah putus bisa lebih dari 5 tahun.

Tara tersenyum getir.

Saat melihat Rilley muncul dari pintu masuk coffee shop yang dibicarakan Kevin, Tara tidak mau bertemu Rilley bukan karena sepenuhnya tidak mau tapi Tara takut hilang kendali atau berbuat sesuatu yang menyakiti Rilley.

Tara menahan dirinya saat berdebat dengan Rilley, jika menyakiti gadis itu dia menyakiti dirinya, sahabat baiknya atau mungkin juga Gygy adiknya.

"Kalo kamu ngerti, kamu gak akan giniin aku ley" Ucap Tara lirih.

Dulu Tara terkesan tidak peduli dan dominan memaafkan setiap pasangannya bersalah, karena sejujurnya dia bukan seorang yang gampang terbawa perasaan.

Tapi setelah kejadian ini Tara sadar, dia sudah menempatkan Rilley di satu tempat dalam dirinya. Dan Rilley dengan sengaja menyakiti tempat itu yang otomatis menyakiti Tara juga.

Rilley terpaku pada jalan yang mereka lewati, Rilley tau jija dia akan diantar ke rumah membuatnya panik. Bukan obrolan seperti ini yang dia harapkan.

"Ini mau kemana?" tidak terdengar jawab apapun dari Tara. Rasa frustasi Rilley memuncak.

Mobil Tara berhenti di depan rumah Rilley, Tara menarik rem tangan dan bermaksud untuk keluar membukakan pintu untuk Rilley. Tapi Rilley menahan tangannya. "Kamu harus gini ke aku kak?"

"Aku beneran gak tau lagi harus ngapain biar kamu dengerin aku, maafin aku. Kita harus bicara kak, aku gak mau digantung aku gak suka."

Tara bukan orang yang pendiam dan Rilley yakin itu. Dan Rilley tidak tahan didiemkan begini.

"Yaudah diem aja disini sampe mamih mergokin kita."

Tara terima tantangan itu, mereka diam sambil Rilley terus memegang tangannya, Rilley yang jail mencolek colek pipinya sembari memamerkan wajah sedihnya. Tara membalas tatapan mata Rilley, dan Rilley dengan berani mengikis jarak diantara mereka. Rilley ingin tahu sejauh apa pertahanan marah Megantara ini.

"Ley tante beneran bakal mergokin kita." protes Tara saat jarak itu hampir tidak ada.

"Makanya kabur ayo, jangan disini." Ajak Rilley, anak kecil ini tidak tahu makna diculik rupanya.

Tara sebenarnya malas balik lagi untuk mengantar Rilley pulang, kecuali Rilley tidak pulang. Tahan Tara bukan waktunya.

Rilley mengecup singkat pipi Tara, membuat lelaki itu terperangah. Dia beneran takut di grebek warga kalo gini caranya. "Ngga lucu Rilley."

"Jangan marah marah terus, kan aku udah minta maaf. Beneran terakhir gak akan akan lagi sumpah suwer janji tak kewer kewer."

Tara menghembuskan nafas, menghadap Rilley yang ada di sebelahnya.

"Jangan gitu lagi, jangan kecewain aku lagi please. Bitter is more sweet than lies sayang" Rilley hanya mengangguk kecil, dan mengacungkan jari kelingking nya.

"Sini."

Tara merentangkan tangan siap menarik Rilley dalam pelukannya, Rilley dengan cepat masuk dalam pelukan lelakinya. Tangan Tara mengusap sayang puncak kepala Rilley dan sesekali mengecupnya.

**

Keinginan Tara sederhana saja, hidup dengan nyaman dan bahagia. Meskipun bahagia itu susah untuk disandarkan pada hidupnya. Tara kecil tidak pernah mengerti berbagi peran orang tua, dan bagaimana aturan tidak tertulis keluarga itu bekerja karena dia hidup bersama nenek dan kakeknya.

Bundanya dulu tidak tahu dimana hingga dia mengerti Bundanya berusaha mengobati dirinya dan meninggalkan dia— sekarang bundanya berubah. Bundanya sama sekali tidak pernah menyapa Tara dengan baik dulu, dan Tara bertemu dua adik kembarnya setelah dia lulus SMA.

Membangun ikatan keluarga saat mereka bertemu sudah dengan prinsip hidup masing-masing sangatlah tidak mudah. Bahkan Gyandra dan Gamarro tidak tahu mereka kembar sampai umur mereka 15 tahun. Itu terjadi karena ayah kandung Tara yang membawa mereka dan mereka diurus secara terpisah pisah, jika mengingat itu Tara tidak henti memaki lelaki bangsat pilihan bundanya dulu.

Semua orang bisa jadi orang tua, tapi gak semua orang pantas jadi orang tua.

Luka Bunda berdampak besar membuatnya saat kecil tidak pernah merasa disayang oleh bundanya, seperti orang lain diluar sana. Dia punya nenek, kakek dan itu cukup.

Sangat berbanding terbalik dengan Rilley yang merupakan seorang bungsu yang dimanja keluarga nya. Keluarga yang terdiri sama mamih dan papi nya belum lagi abang yang senantiasa sayang padanya meskipun dengan bumbu pertikaian.

Rilley kecil yang senang menari bahkan mengikuti les ballet, dan berusaha menjadi ballerina saat itu. Dan tiba-tiba ikut model cilik, lambat laun jadwal Rilley mulai sibuk dan orang tuanya kurang setuju untuk mengorbankan pendidikan Rilley akhirnya dia mengurangi aktivitas diluar akademis seperti yang orang tuanya harapkan.

Rilley sangat bersyukur lahir ditengah keluarga yang sangat menyayanginya, membuatnya sekalipun tidak pernah menentang keinginan orang tuanya. Menurut Rilley itulah salah satu cara untuk mengungkapkan rasa bersyukur nya, dengan menjadi anak yang penurut.

Meskipun terkadang kakaknya terlalu berlebihan jika menyangkut dirinya, semata mata rasa bersalah saat kecil Rilley pernah hilang dikeramaian saat liburan bersama keluarga.

**
tap tappp ⭐⭐⭐

Tiba-tiba pengen dibikin angst ga sih hawanyaaa

Since the Beginning #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang