4. Makan Malam?

19 4 0
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Salam semuaa, kita udah di awal bab 4 gimana perasaan kalian?

How was your day friends?
Happy or Sad?

Semoga kalian suka yaa!

Happy reading gusy!

___________________=___________________

Saat tiba di rumah, Vava langsung turun dan hanya membungkuk 'kan tubuh. Sebagai tanda berterima kasih. Ia tak pernah ingin atau bahkan tak mungkin untuk mengucapkan kata 'terimakasih' langsung pada Verdan. Sangat gengsi. Bisa jadi gosip hot lagi jika Vava mengucapkan terimakasih pada Verdan. Terlebih jika ada fans Vava di sekitar sini ataupun fans maniak dari si manusia gila didepanya ini.

Gerbang telah terbuka. Pak satpam 'lah yang membukakannya. Di saat Vava ingin masuk, Verdan mencegatnya. Tangan Vava digenggam erat. Vava membalikkan tubuhnya. Bingung. Sangat bingung!

"Apa lagi?" ujar Vava bingung.

"Minimal berterima kasih kek, ajak masuk terus bikinin minum. Lo pikir gratis apa?" seru Verdan.

"Cih, ada maunya! Ya udah, masuk!" sentak Vava.

Verdan sudah terbiasa dengan sikap keras Vava padanya. Mungkin, Vava masih merasa sebal akan kejadian setahun lalu. Padahal 'kan Verdan memang tak melihat Vava di sana.

Verdan memasuki halaman rumah. Motornya telah terparkir rapi. Siapa lagi jika bukan pak satpam yang memarkirkannya? Bisa di bilang satpam rumah satu ini ialah satpam yang pengertian. Tanpa perlu di mintai tolong ia sudah berinisiatif sendiri.

Pintu rumah terbuka lebar. Menampakkan seorang wanita cantik yang masih terlihat sangat muda. Seperti masih berusia dua puluhan tahun. Padahal ia telah berusia empat puluh lima tahun.

"Ummaaa..." ucap Vava. Ia langsung memeluk sang Umma.

Umma mengelus rambut panjang Vava. Kini, nerta Umma berganti dan mulai mengamati Verdan. Jarang sekali Vava pulang dengan cowo bahkan sampai mengajaknya masuk. Oke, sedikit koreksi mungkin Vava sering membawa cowo tapi tak lebih dari gerbang. Umma melepas peluknya dari Vava.

"Lo pacar baru anak gue ya? Eh.. tapi tumben ngikut sampe depan pintu?"

Verdam sedikit terkejut. Ini emak emak kok bicaranya kayak anak muda ajah? Suaranya juga masih seperti anak seusianya.

"Ummaa! Dia bukan pacar Vava..." ucap Vava membela diri.

"Yah.. padahal cakep lo Va, buat umma ajah gimana?" ucap umma menggoda.

"Maaf tante, tapi.." ucap Verdan terbata bata.

"Jangan ambil hati, saya cuman bercanda. Nama kamu siapa? Terus kamu siapa nya Vava? Kesini mau apa? Ada hal penting apa sama anak saya?" selidik Umma.

"Umma.... dia cuman nganterin Vava, nggak lebih Umma!" seru Vava sebal. Mengapa Umma nya sangat prefeksionis sekali sih. Sampe nanya nanya segitunya.

"Tadi dia bilang pengen minum, mana maksa lagi!" sindir Vava. Vava memicingkan matanya. Menatap Verdan dengan tatapan membunuh.

Gagal seribu gagal. Verdan sudah kebal dengan tatapan membunuh Vava. Jadi, jika si empu menatapnya begitu, bukanlah masalah besar. Kecuali, jika Vava berbaik hati padanya, nah itu masalah!

"Eh, gue nggak masa yaa. Masa udah di anterin nggak ada rasa terima kasihnya. Itu baru minimalnya, tingkat yang lebih tinggi itu kayak ngajak makan malem atau..." ungkap Verdan dengan sengaja tak melanjutkan kalimatnya.

Queen vs King School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang