02.00

1K 127 21
                                    

    
     "Jake, ini Sir Ramon, guru private kamu"

Tanpa membalas ujaran sang Papa, Jake sudah terlanjut tertarik dengan pria yang ada di depannya. Jake bahkan rela mendongakkan kepalanya hanya untum menatap pria dengan tubuh tinggi menjulang.

Ahh, homeschooling, Tuan dan Nyonya Shim sepakat untuk tidak menyekolahkan Jake di sekolah umum saat tau anaknya masih belum siap untuk pergi keluar tanpa pengawasan keduanya.

Bahkan, rencana untuk pergi ke rumah Ethan kemarin gagal total. Tepat saat Ethan datang ke rumah keluarga Shim, Jake terlihat sudah rapi, ia bahkan menunggu Ethan di ruang tamu. Namun, Ethan menyadari suatu hal, Jake terlihat pucat, dengan bulir keringat dingin yang mengalir di pelipisnya. Sadar bahwa hal itu bukanlah hal yang baik, Ethan segera melaporkan keadaan Jake pada Nyonya Shim yang berada di halaman belakang bersama dengan bibi Ahn. Awalnya Jake tetap memaksakan keadaannya, mengatakan pada Ethan bahwa ia baik baik saja jika pergi ke rumah Ethan, namun Ethan mengabaikannya, Ethan tak ingin sesuatu terjadi pada Jake.

Hingga pada akhirnya, baik nyonya Shim maupun tuan Shim, mereka sadar bahwa Jake masih belum bisa lepas dari bayang-bayang mendiang Joel.

Kembali pada masa kini, Ramon bersimpuh di depan Jake seraya mengulurkan tangannya. "Hai, jagoan. Sir boleh tau nama kamu siapa?" Tanya ya sekedar basa-basi, padahal ia sudah tau siapa nama anak yang ada didepannya. 

Jake mengangguk, wajahnya masih terlihat begitu terpesona. "Hai Sir Ramon, aku Jake Shim." Jawabnya seraya membalas uluran tangan Ramon.

Mendapatkan respon yang cukup baik dari anak yang akan ia ajari, Ramon tersenyum puas hingga lubang di kedua pipinya muncul tanpa ragu.

"Alright!" tautan tangan mereka terlepas, Ramon kembali menegakkan tubuhnya lalu kembali memfokuskan atensinya pada Tuan Shim. "Jadi, kira kira kapan saya bisa mulai ajarin Jake?"

"Well..." Tuan Shim melirik anaknya yang sepertinya masih saja terpesona oleh Ramon, bahkan mulut anak itu terbuka sedikit.

"Kalau mulai sekarang ga masalah 'kan, Jake?"

Tersadar dari agenda terpesonanya, Jake segera menoleh ke arah Tuan Shim, lalu menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Ya, ya, ya! Mulai sekarang aja, Sir, sini Jake antar ke kamar Jake" Tanpa malu malu Jake segara menggandeng tangan Ramon menuju kamarnya.

Yang digandeng hanya pasrah, sedangan dibelakang, Tuan Shin tersenyum maklum pada Ramon

Mereka bertiga pun sampai di kamar Jake, iya bertiga, Ramon, Jake dan juga bibi Ahn. Bibi Ahn ikut membantu menyiapkan meja belajar dan juga buku yang akan digunakan oleh Jake. Setelah semuanya sudah selesai disiapkan, Bibi Ahn kembali keluar dari kamar Jake, meninggalkan Jake belajar bersama Ramon. Hingga tak terasa tiga jam sudah berlalu, waktunya Ramon menyelesaikan sesi pembelajarannya.

"Good boy, pinter banget, sih? Tos dulu sama sir"

Jake terkikik girang, senang rasanya saat dipuji oleh orang yang lebih dewasa darinya. Dengan senang hati, Jake mendaratkan telapak tangan kecilnya pada tangan Ramon yang sudah terulur.

"Tos!!" Seru Jake dengan girang, saat ini mereka baru saja menyelesaikan sesi pelajaran untuk pertama kalinya. Di pembelajaran pertama kali ini Ramon mengenalkan angka pada Jake, namun, ternyata anak itu sudah lebih dulu mengenal angka-angka. Bahkan saat Ramon mengajarkannya cara mengoperasikan angka, seperti penjumlahan, Jake cepat menanggapi penjelasannya. Jake masih lama dalam menghitung, namun, Jake cukup baik dalam mengingat urutan angka.

"Besok kita belajar lagi, sir? Kita belajar setiap hari? Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu, sir? Jake mau mau setiap hari, nanti Jake jadi pinter, kayak Sir Ramon" Jake berujar sambil bertepuk tangan.

Hear me out | HEEJAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang